Anaya Nursalsabilla
Setelah kepergian tiga pemuda tersebut, Naya menghampiri kamar putrinya. Banyak hal yang ingin dia tanya perihal sosok pemuda polos yang menjadi teman putrinya saat ini dan juga kemana perginya 3 sahabat gadisnya itu.
Namun, saat masuk ke kamar sang putri tampaknya sedang mandi dan dia memutuskan menunggu putri tunggalnya itu.
Relly yang sudah selesai mandi akhirnya keluar, dia cukup terkejut melihat sang Ibu duduk di kasurnya sambil melihat foto-foto masa kecil anaknya itu.Relly berjalan perlahan mendekati sang Ibu. "Mamah?" panggilnya.
"Sudah selesai mandinya, Nak?" tanya Naya.
"Udah, Mah. Mamah kenapa? Perlu bantuan aku?" tanya Relly yang kini sudah duduk di samping sang Ibu.
"Nggak, Nak. Lihat kamu ternyata sudah besar sekarang. Mamah rasa baru kemarin Mamah melahirkan seorang putri kecil yang cantik tapi, sekarang putri kecil Mamah sudah besar."
"Makasih udah ngelahirin aku, Mah," ujar Relly tersenyum. Naya mengusap lembut rambut putrinya, lantas tersenyum pada gadis itu.
"Mamah boleh nanya tentang Kun?" tanya Naya. Relly sedikit terdiam mendapat pertanyaan seperti itu. Lalu kemudian mengangguk kecil.
"Kenapa kamu bisa kenal sama dia?" Relly terdiam sejenak. Kemudian menarik nafas.
"Dia anak baru, Mah di sekolah aku. Belum ada satu bulan dia pindah tapi, karena dia cacat anak anak baru ngucilin dia bahkan Doyoung ngebully dia dengan cara yang jahat banget," jelas Relly.
"Doyoung? Teman Jaehyun?" Relly mengangguk cepat dengan wajah cemberutnya.
"Kenapa? Mamah rasa Doyoung anak yang baik kenapa dia tegas menindas orang lemah?"
"Aku juga mikir gitu, Mah. Seakan ada hal yang bikin dia benci banget sama Kun," Naya mengangguk mendengar penuturan gadis itu.
"Jangan pernah membenci Kun, ya. Dia anak yang baik dan dia butuh teman untuk berbagi cerita. Kamu juga mulai paham setiap bahasa isyarat yang dia berikan, kamu harus jadi teman di kala dia susah maupun senang," jelas Naya menasehatinya.
"Mamah, nggak marah?"
Naya tertawa kecil, "Untuk apa Mamah marah, Sayang? Kamu nggak berbuat kejahatan."
"Tapi, apa Papah ngizinin aku berteman dengan Kun?"
"Papah pasti ngizinin. Nggak ada yang salah dengan hal itu. Sama hal dengan kamu dan Yuta, kalian berbeda sangat berbeda. Dia bahkan bukan warga negara ini tapi, apa Mamah sama Papah pernah ngelarang kamu? Nggak, kan? Jadi, jangan takut, ya," Relly memeluk Ibunya. Naya kembali mengusap lembut rambut gadis itu.
Relly sangat berterima kasih pada Tuhan karena, memberinya keluarga yang begitu sangat baik dan mampu memberinya nasehat dengan cara halus.
Bagi Relly, dia tidak ingin kedua orang tuanya digantikan dengan siapapun. Naya dan Diyo sangat menyayangi putri tunggalnya itu. Dan Relly sangat bahagia akan hal itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Qalifa [Qian Kun] ✔
Fanfiction- BASED ON TRUE STORY ❝Dia Qalifa Kun, sang pengagum hujan dan senja yang dipandang rendah namun memiliki sejuta kelebihan❞ Rank position 1#relly 040521 15#azaleaspublisher 040521 14#azaleaspublisher 050521 12#azaleaspublisher 100521 10#azaleaspub...