- Basket -

658 130 137
                                    

Pagi ini diawali dengan suara hujan yang terdengar dari luar jendela kamar Relly, alarm yang berada di atas nakasnya sedari tadi sudah berbunyi layaknya boom yang akan segera meledak namun, sang empu tak kunjung bangun juga atau bahkan berniat mematikan.

Hingga knop pintu kamarnya terputar dan menampakkan sosok wanita yang sudah siap memanggil namanya. Wanita itu berjalan ke arahnya dengan langkah anggun nan indah.

Dia duduk di tepi kasur, mengusap pucuk rambut Relly dengan halus sembari memanggil namanya dengan lembut, membuat matanya bergerak ingin dibuka.

Wanita itu tersenyum tak kala memelihat tingkah gadis remaja itu yang mulai mengangkat selimut. Hingga sepersekian detik kemudian dia membuka lebar matanya membuat wanita yang tak lain adalah Ibunya itu terkejut.

"Relly, ada apa sayang?" tanya Ibunya lembut.

"Sekarang jam berapa, Mah?"

"Jam 7 lewat 10," matanya membulat lalu dengan sigap dia keluar dari dekapan selimut, berlari menuju kamar mandi.

Kini Relly sudah siap hanya dalam waktu kurang dari 5 menit, dia keluar dari kamarnya dan langsung pergi dia memilih untuk tidak naik bus sebab sudah dipastikan dia akan terlambat sampai di sekolah.

Hujan yang tadinya deras mulai reda, dengan sangat berat dia berlari menuju tempat dimana banyak terdapat taksi, cuaca yang tidak mendukung membuatnya tidak bangun pagi.

Sudah berada dalam perjalanan 10 menit lagi gerbang sekolah akan di tutup dan ponselnya sedari tadi sudah bergetar karena Yuta dan Ten bergantian menghubunginya melalui semua aplikasi chatting. Taksi itu berhenti tepat di depan pagar sekolah dan dengan sigap dia turun tidak memikirkan kembalian yang supir itu berikan padanya.

Tepat setelah kedua kakinya masuk ke area sekolah, bell akhirnya berbunyi dan Relly baru bisa bernafas lega. Mereka bertiga berjalan santai menuju kelas.

Hari-hari seperti inilah yang Relly benci sebab lorong di setiap gedung akan dipenuhi dengan murid yang duduk sembari menunggu guru masuk.

"Hari ini Kun masuk nggak?" tanya Ten.

Relly baru ingat dengan pemuda itu gara-gara harus bergelut dengan hujan dan rasa malasnya.

"Kayanya sih masuk," balas Yuta.

"Ayo! cepat deh males banget gue diliatin sama anak anak cewek."

Dan memang benar karena, sepanjang lorong menuju kelasnya, murid perempuan selalu berbisik sambil menatapnya dengan tatapan mengintimidasi dan itu mengerikan bagi Relly.

Di dalam kelas, sudah ada Kun duduk sembari melihat ke arah Jendela sambil tersenyum manis. Dia belum sadar jika Relly sudah ada di sampingnya, memandangnya tanpa berkedip.

Kun terlalu menyukai hujan padahal menurut Relly hujan adalah hal yang paling dia benci sebab hujan merusak segalanya seperti acara bangun pagi harinya.

"Kun?" panggil Relly. Pemuda itu menoleh mendengar namanya dipanggil.

"Ada apa?" tanyanya sambil tersenyum.

"Kamu nggak papa?"

Kun masih tersenyum sambil memandangnya. "Iya aku tidak papa," Relly menghela nafas lega melihat jawaban dari pemuda itu.

"Oh iya, aku boleh minta nomor wa kamu nggak?" tanya Relly.

"Boleh. Tapi, kamu hanya bisa meneleponku."

"Iya aku paham kok. Mana sini hp kamu biar aku yang simpan nomor aku," Kun mengambil ponsel dari dalam tasnya, lantas memberikannya pada Relly. Gadis itu kemudian mengetik nomor wa dan setelahnya memberikan kembali kepada sang pemilik.

Qalifa [Qian Kun] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang