Happy reading wayzenni!!!
Brug!
Irene terjatuh, dia tak melihat segumpalan minyak goreng yang tadi tertumpah dan belum sempat dibersihkan. Darah segar mengalir dari bawah kakinya. Irene menjerit kesakitan sambil memegangi perutnya.
Dia tak sanggup untuk memanggil Suho atau kedua anaknya sekarang. Yang dia pikirkan bayi yang ada di dalam kandungannya saat ini.
Irene menjatuhkan piring di sampingnya, memberi isyarat pada tiga pemuda di rumah itu. Tak lama muncul Suho, dia terkejut melihat darah segar mengalir dari istrinya.
"Irene! Jaehyun, Kun! Cepat kemarin! Tolongin Papah!" teriak Suho lantang. Kedua anaknya berlari ke arah dapur.
"Mamah!" ujar Jaehyun terkejut. Kun hanya bisa membulatkan matanya terkejut melihat darah sang Ibu yang tak berhenti mengalir.
"Bawah Mamah ke rumah sakit, Pah!" ucap Jaehyun.
Suho mengangguk, dia mengendong Irene dan berlari menuju halaman depan. Jaehyun yang menyetir, sedangkan Suho dan Kun duduk di belakang sambil menemani Irene yang sudah tak sadarkan diri sejak tadi.
Mobil itu melaju dengan kencang di jalanan Makassar, sesekali Jaehyun membunyikan klakson agar mobil di depannya menepi dan memberinya jalan.
Benar saja, hanya butuh waktu 10 menit dia sudah sampai di rumah sakit. Suho turun lebih dulu memanggil perawat untuk membantunya.
Dua orang perawat datang dan segera membawa Irene menuju ruang operasi. Darah terus saja mengalir tanpa henti di bawah sana.
Ketiga laki-laki itu hanya bisa berdoa dan berharap tak terjadi sesuatu pada keduanya di dalam sana. Terlebih Suho yang begitu khawatir akan keselamatan anak dan istrinya.
"Papah, duduk aja. Mamah pasti nggak papa kok," ucap Jaehyun berusaha menenangkan sang Ayah.
Suho hanya menggelengkan kepalanya dia tak ingin duduk dan tenang. Berbeda dengan Kun, dia terlihat berpikir kenapa sang Ibu bisa terpeleset.
Satu jam sudah berlalu, namun dokter belum juga keluar dan hal itu semakin membuat Suho cemas.
Pintu ruang operasi itu akhirnya terbuka, setelah penantian yang cukup ketiga laki-laki itu berdiri, berharap bukan kabar buruk yang mereka dapatkan.
"Dokter," ucap Suho.
Dokter menatap mereka lekat, berat untuk mengatakan hal yang dia dapatkan tentang Irene dan bayinya.
"Maaf, Tuan. Bayi anda tidak bisa kami selamatkan," ucap sang Dokter menyesal.
"APA?! TIDAK!" ucap Suho terkejut. Dia terduduk di kursi tunggu.
"Dokter, bagaimana bisa calon adik bayiku tidak selamat?" tanya Jaehyun.
"Nyonya Irene mengalami keguguran setelah terpeleset."
"Terpeleset? Bagaimana bisa?"
"Dari jejak yang tertinggal dialas kaki Nyonya Irene itu adalah minya goreng."
Jaehyun mengertikan keningnya, lalu menoleh ke arah Kun.
"Lalu bagaimana dengan kondisi Mamah saya?"
"Dia baik-baik saja, kami akan memindahkannya sesegera mungkin."
"Terimakasih, Dok." Dokter itu mengangguk kemudian pergi meninggalkan ketiga laki-laki di sana. Jaehyun duduk di samping Suho, mengusap pundak sang Ayah.
Sedangkan Kun, dia masih tidak bergerak dari tempatnya. Dia terdiam memikirkan tentang minyak goreng yang tadinya dia pegang sebelum diseret oleh Jaehyun ke kamarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Qalifa [Qian Kun] ✔
Fanfiction- BASED ON TRUE STORY ❝Dia Qalifa Kun, sang pengagum hujan dan senja yang dipandang rendah namun memiliki sejuta kelebihan❞ Rank position 1#relly 040521 15#azaleaspublisher 040521 14#azaleaspublisher 050521 12#azaleaspublisher 100521 10#azaleaspub...