"Pacar? Boleh Juga"

1.9K 174 22
                                    

Huffttttt

Entah ini nafas panjang keberapa yang Valya hembuskan dipagi hari. Dalam teriknya matahari dan panasnya retina mata hitam yang dihadapkan dengan pemandangan tak menyenangkan.

"mudah banget. Semudah itu ternyata hati ini sakit"

Dari kejauhan, mata hitam legam itu menangkap sosok yang membuat hatinya bergemuruh. Sosok yang menjadi dambatan hatinya selama 6 bulan ini. Lesungnya yang menjadi candu serta kepribadiannya yang menyenangkan, membuat Valya semakin menggilai Kezie.

"hfft... Terlihat dekat, tapi ternyata sulit digapai"

Saat ini, manusia yang didamba oleh gadis keturunan Amerika itu sedang membetulkan duduknya. Menghadap teman sebangkunya yang entah mengapa meliahatnya dengan mata sendu.

"ada apa?"

Tanya gadis keturunan Jawa saat mata coklat terangnya bertemu pandang dengan iris hitam Valya. Mata itu terkesan tenang, gelap, misterius, dan sendu. Seperti Kezie akan tenggelam didalamnya jika berlama lama memandangi iris sahabatnya. Hmm iya, hanya sahabat.

Tanpa menjawab apapun, Valya memalingkan pandangannya keluar jendela. Menatap sendu orang orang dibawah tanpa mengetahui bahwa saat ini guru mereka sudah masuk ke dalam kelasnya untuk mengajar jam pertama. Valya terlihat masih asik memandang pemandangan diluar. Terlihat lebih menarik dibanding pemandangannya dikelas ini.

"apasih Val. Kenapa harus ngerasain gini? Berhenti jadi iblis untuk seseorang. Cukup Ralyn dulu, jangan lagi. Jangan memulai nya lagi dengan orang yang baru. Cukup Val"

Huffftt

***

"Pulang sama siapa?" tanya Valya datar.

"hmm... Gue mau bilang sesuatu"

"apa? Lo mau balik sama Rio? Karna dia yang anter lo kesekolah, jadinya lo harus pulang sama dia lagi?"

Nada bicara Valya sangat datar tapi agak terdengar sinis. Serta mata yang tak mau melihat manik coklat yang biasa jadi kesukaannya itu. Valya sibuk menatap layar ponselnya yang entah sedang apa disana. Kezie yakin Valya hanya menggeser menu utamanya saja. Karna manusia jenis dia tidak mau repot repot membalas pesan seseorang jika itu memang tidak penting.

"kenapa emangnya? Kenapa kalo gue pulang sama Rio?"

Sekilas Valya menatap Kezie sebelum akhirnya dia memutuskan untuk pergi dari kelas. Meninggalkan Kezie nya sendiri, oh tidak. Berdua, Kezie dan kebingungannya.

Valya melangkahkan kakinya kearah toilet perempuan yang lumayan jauh dari kelasnya. Menatap wajahnya dari pantulan cermin. Wajah yang lagi lagi terpaku oleh sosok yang berbeda. Wajah yang terus mendambakan seorang gadis, bukan pria. Valya mengusap wajahnya kasar seraya menarik nafas panjang.

"please stop Val. Jangan lagi"

Lagi. Valya mengingatkan dirinya untuk tidak lagi memulai sesuatu yang menyenangkan untuk akhir yang menyedihkan. Valya terus memperingatkan hatinya agar tidak lagi bermain dengan api yang membuatnya terbakar di akhir cerita. Valya enggan menyentuh api itu, tapi hati dengan lancangnya mempersilahkan gadis keturunan Jawa itu memenuhi pikirannya.

"cukup Ralyn. Cukup dia.."

-----$

"kamu darimanaaa~~?"

Valya terkekeh melihat aksi manja seseorang di hadapannya. Seseorang yang menemaninya 4 tahun belakangan ini. Yang selalu mengisi hari harinya. Mempersilahkan dirinya mengisi rongga di dalam hati wanita cantik yang memiliki mata biru seperti lautan, membuat siapapun pasti terjerat dan tertarik kedalamnya.

Bestfriend or Girlfriend(?) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang