Hari ini adalah hari kedua sejak diamnya seorang Kezie. Ah salah. Kezie tak mendiamkan semua orang, diamnya hanya berlaku pada Valya.
Tidak ada balasan pesan. Tidak ada sapaan hangat. Tidak senyuman manis. Hanya ada sindiran nyinyir yang terkadang di lontarkan oleh gadis manis itu. Dan itu sama sekali tidak membuat Valya menemukan inti permasalahannya. Valya terlampau tidak peka. Ke pekaannya sangat minim. Seperti sekarang ini.
Mereka sedang mengerjakan beberapa tugas yang diberikan guru piket karna guru nya sedang berhalangan masuk. Kata kata aneh selalu di sebutkan sebagai kode untuk seseorang. Na'as nya, orang yang dimaksud tidak mengerti kalau itu adalah clue pemecahan masalahnya.
"Hfftt enaknya punya kenalan baru"
"Pasti sibuk sama diaa sekarang, dudududu"
Valya melirik kearah suara. Memerhatikan teman sebangku nya dengan seksama, tak lupa menyatukan alisnya keheranan.
"Hah! Atau jangan jangan mereka udah jadian? Hmm itu ceweknya yang murah atau bagaimana ya?? Apa mungkin cowok nya tampan banget? Hftt iyasih mungkin aja".
Valya memutar bola matanya malas terlebih saat Kezie menekankan kata cowok di sela sela nyinyirannya.
"Lo tuh kenapa sih Kez?"
Tidak ada respon. Kezie diam. Sementara Val masih menatapnya aneh. Dahinya masih mengkerut, alisnya menyatu.
"Lo marah sama gue Kez? Hmm... Emangnya gue punya salah apa sih.." tanya Valya dengan nada yang sangat rendah hampir berbisik.
Gadis bermata coklat terang itu menatap balik sahabat nya. Memperdalam tatapan mereka yang terhalang kacamata valya. Keduanya memliki tatapan yang berbeda. Valya dengan tatapan sendunya, dan Kezie dengan tatapan tajamnya.
"Crita sama gue sebenernya ada apa Kezz?" tanya Val lagi saat melihat Kezienya enggan membuka suara. Tatapannya masih tajam. Valya merasakan sedikit amarah di pancaran matanya.
"Val. Coach udah sampe di lobby tuh. Ada briefing buat turnamen lusa. Yuk samperin"
Itu Tari, capten tim basketnya. Tentu saja Valya lupa kalau turnamennya besok lusa. Jelas saja lupa karna fokusnya saat ini adalah Kezie.
Ucapan Tari tadi memutuskan kontak mata antara Valya dan Kezie. Valya sedikit mendengus dan berjalan menuju lobby sekolahnya. Tanpa menoleh sambil melambai kepada Kezie seperti biasanya. Valya berjalan dengan kepala tertunduk lesu.
"Lagi brantem sama Kezie?"
Valya hanya mengangkat sekilas bahunya dan terus berjalan.
***
Drrrtt
Drrttt
Valya menekan tombol merah untuk me-reject panggilan itu ntah untuk keberapa kalinya. Nomor tidak dikenal itu terus menghubunginya dari dua hari yang lalu, dan itu tidak membuatnya berminat untuk menjawab panggilan tersebut.
"Val dicariin Kekez tuh, nih tas lu. Gue duluan yak" ucap Fanya seraya memberikan tas Valya.
"eh eh dia dimana?"
"tadi sih masih di kelas. Gatau deh sekarang"
"oke thanks"
Tanpa ba bi bu, Val langsung berlari menuju kelasnya untuk bertemu bidadari yang membisu dua hari ini. Ya, sejak di panggil Tari untuk menemui coachnya tadi pagi, Valya tidak lagi naik kekelas dan enggan menemui Kezie. Diamnya Kezie adalah kesedihan Valya. Dan basket adalah pelampiasannya.
Tapi sekarang Kezie mencarinya, yaampun dia sangat merindukan tangan kecil Kezie mengobrak abrik isi kantong jaketnya. Ia rindu memasangkan helm ke kepala gadis imut itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bestfriend or Girlfriend(?)
Teen Fiction"Apapun yang menyangkut kamu, tidak ada kata tidak" -Valya "Val ayuk kesini". "Iyaa". "Val makan ini yaaa". "Pesen aja". "Val punya kamu rasanya enak, tukeran ya?". "Nih". "Val terima aja, dia ganteng". "Hah? Iya deh". "Val putus dong, dia mau me...