Part 40: Dibalik Kemarahan

111 15 14
                                    

Mamat mencoba tak peduli dengan Tata serta Arin dan berjalan ke arah pintu. Tangannya sibuk memutar kunci dan mengabaikan dua wanita yang memandangnya penasaran.

Klek

Pintu kelas akhirnya terbuka. Mamat berjalan masuk diikuti oleh Risa dan Tata. Saat sudah masuk sedikit jauh dari pintu, Mamat mengernyit kala melihat siluet seorang lelaki. Ia langsung saja mendekat untuk memastikan siapa lelaki tersebut.

Sementara di lain sisi, Raka bingung saat tadi mendengar perdebatan kedua sahabatnya, ralat, mantan sahabatnya yang berada di depan kelas. Ditambah ada seseorang yang kini mendekat kepadanya. Raka tentu saja tahu siapa orang tersebut.

Raut wajah Mamat terlihat terkejut saat mengetahui siapa lelaki tadi. Entah kenapa ia emosi hanya dengan melihat lelaki tersebut. Pikirannya mulai menduga-duga dan membayangkan hal-hal yang buruk.

"Lo ngapain Risa?"

Raka yang mendengar pertanyaan itu hanya mengernyit bingung. Dia saja baru datang ke kelas tadi dan mencari Risa yang belum ketemu juga. Untuk apa Mamat menuduhnya seperti itu. Lagipula Raka bukan lelaki brengsek yang tega menyakiti wanita.

"Risa lo sembunyikan dimana, ha?"

Mamat seperti gelap mata saat Raka tak menjawab satupun pertanyaannya. Ia lalu melangkah maju dan mulai melayangkan tinjunya ke arah pipi Raka dengan keras. Disusul tangannya yang lain bergantian menonjok wajah maupun tubuh milik Raka. Raka yang diperlakukan seperti itu tentu saja ingin melindungi diri. Ia lalu meluncurkan serangan balasan yang tak kalah brutalnya.

Ririn terkejut saat melihat adegan perkelahian yang sangat tiba-tiba itu. Sementara di sampingnya Tata menangis saat melihat dua orang sahabatnya berkelahi untuk kedua kalinya. Mereka sudah berteriak untuk berhenti tetapi Raka dan Mamat tak menghiraukan itu.

Ririn tak punya pilihan lain selain memisahkan mereka berdua. Ia menarik kerah seragam Raka tetapi sayang perutnya kena tonjok entah siapa. Ririn melangkah mundur sambil memegang perutnya kesakitan. Mungkin pukulan itu terkena ulu hati, untung saja daya tahan Ririn kuat tak sampai menyebabkan ia pingsan. Tetapi tetap saja pukulan itu membuat Ririn sakit setengah mati.

Tata yang melihat Ririn begitu sungguh merasa kasihan. Ia juga manusia yang masih mempunyai perasaan. Netranya tanpa sengaja menangkap sebuah tongkat besbol yang ada di bangku paling belakang. Ia kemudian melangkah berniat mengambil tongkat besbol itu. Setelah sampai, ia mengambil lalu membawa tongkat besbol itu dan kembali ke tempatnya tadi.

Karena ini adalah pilihan terakhir untuk memisahkan Raka dan Mamat, Tata langsung saja memukul tengkuk Raka dengan sedikit keras. Raka seketika mundur karena merasakan sakit yang amat sangat di tengkuknya serta kepalanya mulai terasa pusing.

Ririn yang melihat Raka dipukul seperti itu langsung menatap Tata dengan tajam. Tetapi Tata tak mempedulikan itu karena ini adalah pilihan terakhir. Lagipula ia melakukan ini dengan terpaksa. Tata lalu menghampiri Mamat dan menenangkannya. Mamat dan Raka saling berpandangan tajam seakan ingin membunuh satu sama lain.

"Vin, kalau rencana ini nggak berhasil gimana?" tanya Risa khawatir dengan bisik-bisik. Semua anak kelas 11 MIPA 2 sekarang berada di balik semak-semak yang ada di depan kelas mereka. Semua menyaksikan perkelahian tersebut. Tentu tidak yakin kalau rencana mempersatukan mereka kembali dengan mengunci di kelas akan berjalan mulus.

"Kalian semua tenang dulu. Kalaupun hari ini nggak berhasil, kita nggak boleh ikut campur karena ini adalah masalah mereka. Kalau berhasil, berarti usaha kita nggak sia-sia," ujar Arvin menenangkan anak kelasnya.

Kembali ke adegan di dalam kelas. Ririn emosi melihat Mamat dan Raka yang seperti ini. Ia lalu berteriak meluapkan semua perihal yang ia simpan selama ini.

RAJATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang