Part 26: Dua Pilihan

603 37 11
                                    

Tet... Tet...

Bel istirahat telah berbunyi. Anak-anak JIS ramai pada pergi ke kantin.

"Hello wasap Ta! Kuy kantin!" Ririn mengajak Tata pergi ke kantin.

"Kamu duluan lah. Gue males."

"Tumben males?"

"Pokoknya hari ini gue males Ririn." Jawab Tata sambil merengek dan menendang kecil meja.

"Jangan bilang lo lagi PMS?"

"Ya nggak sih. Gue lagi badmood."

"Badmood? Kenapa?"

"Mr.William tadi negur aku, Rin." Kata Tata sedih.

"Ya elah, Ta. Cuma ditegur doang. Emang ditegur apa sih?" Ririn heran lama-lama sama nih anak.

"Gara-gara Mr.William nggak terima kalau namanya aku kasih kebonekaku dan dijodohin ama Jessy. Katanya itu termasuk pelanggaran, memberi nama tanpa ijin bisa melanggar undang-undang." Kata Tata sambil memperagakan kata-kata Mr.William tadi.

Ririn ingin mengumpat sekarang. Itu mah Mr.William malu lah Ta. MALU. Polos benerah nih bocah.

"Mending lo pergi ke kantin. Biar badmood lo ilang." Ririn kali ini mencoba untuk sabar.

"Au ah. Aku disini aja."

"Ya udah lah. Gue ke kantin dulu. Nitip nggak nih?"

"Nggak."

"Ya udah, bye."

"Bye."

Setelah Ririn pergi, Tata melipat tangannya dimeja dan memberenggut kesal.

"Oi!" Tata kaget karena ada yang menepuk pundaknya.

"Oh kamu, Vin." Ternyata itu adalah Arvin.

"Nggak ke kantin?"

"Nggak. Males."

"Kenapa?"

"Pokoknya aku hari ini lagi mager."

"Gue temenin mau?"

"Nggak perlu. Kalau kamu ke kantin ke kantin aja." Tata menolak ajakan Arvin.

"Kalau gue traktir ramen mau?"

"Wah... Ya mau lah!" Kata Tata dalam hati.

"Yakin nggak mau?"

"Mau tapi gengsi." Tata mulai bimbang.

"Ramen kan kesukaan lo. Enak loh yang ada di kantin." Tawaran Arvin sangat menggiurkan.

"Yaudah, mau!" Tata langsung berbinar. Ramen loh ini. Gratis ya jangan ditolak.

Tata langsung berdiri dan jalan cepat ke kantin. Meninggalkan Arvin seorang diri.

"Ya elah, sok-sok an nggak mau, mager, badmood. Kalau ada yang gratis aja mau. Dasar cewek!" Gerutu Arvin yang tidak terdengar Tata pastinya.

___

Sesampainya di kantin,

"Ramennya yang mana ya, Vin? Kayaknya enak semua. Rasa apa ya? Pedas atau asin? Eh yang rasa berbeque enak deh kayaknya. Atau rasa original?"

"Terserah kamu deh." Biarin aja Tata heboh sendiri. Lagipula Arvin juga yang bayar.

"Yang rasa original aja deh. Kamu kan yang bayar?"

"Iya iya." Arvin hanya pasrah saja. Lagian dia juga yang traktir.

"Mbak, ramen rasa original dua. Dia yang bayar." Kata Tata sambil menunjuk Arvin.

RAJATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang