Part 32: Tenda Terbang

125 16 3
                                    

Rombongan JIS sudah sampai di Puncak. Hawa asri nan sejuk langsung menyambut mereka. Di tempat luas didekat sungai semua sibuk mendirikan tenda.

"Rin, ini gimana sih masangnya?" tanya Risa yang kebingungan. Kelompok dibagi menjadi beberapa kelompok. Satu kelompok berisi lima orang. Risa sekelompok dengan Tata, Arin, Berlin dan Yuna.

"Ya pokoknya dipasang gituloh! Masa ngga tahu?" ucap Arin sedikit kesal.

"Santai mbak jangan ngegas nanti cepet tua," celutuk Berlin dengan wajah tak berdosa. Arin melotot ingin mencekik leher Berlin. Beruntung Yuna segera memadamkan api kemarahannya.

"Wajar Rin mereka tanya. Kalau tendanya nggak bener nanti bisa terbang kebawa angin. Eh, tapi seru juga kita bisa melihat pemandangan puncak dari atas, hahaha!" Tata tertawa terpingkal-pingkal lalu ditimpuk patok oleh Risa. Jangan tanya sakitnya gimana.

"Gue pernah loh pas SMP masang tenda. Gini-gini gue orangnya jago banget di pramuka. Kalian tinggal niruin apa yang gue lakukan. Percaya deh, gue cocok jadi panutan," ucap Yuna dengan bangga. Lalu dia mempraktekkan dan yang lain mengikutinya.

Arin hanya melihat kegiatan mereka sambil menghela nafas. Ia ingin sekali pindah kelompok. Ada Tata si menyebalkan, Risa yang sok baik, cabe Berlin, Yuna yang sebelas dua belas sama Berlin. Satu kelompok dengan mereka membuat otaknya mendidih. Lihat, bahkan Berlin tidak bisa memukul patoknya ke tanah.

Tenda akhirnya selesai -setelah terjadi kerusuhan. Yuna tersenyum jumawa melihat karya dari hasil kerja kerasnya. Risa mengagumi tenda itu yang akhirnya bisa selesai. Jangan lupakan Berlin berjalan-jalan disekitar tenda dengan gaya catwalk dan wajah yang sombong.

"Aku lagi bayangin kalau tenda ini beneran terbang," ceplos Tata tanpa melihat Yuna, Berlin, dan Risa menatapnya tajam.

Perkataan Tata bagai doa. Beberapa menit kemudian tenda yang mereka bangun terbang terbawa angin. Mereka berteriak histeris dan mengejarnya. Anak JIS lainnya hanya menonton dan tertawa tanpa ada yang mau menolong mereka. Arin pun hanya diam dan menepuk jidatnya, benar kan yang dia katakan?

"Ini semua gara-gara lo, Ta! Punya mulut itu dijaga jangan asal ceplos," ucap Berlin kesal sambil mengejar tendanya.

"Tau tuh, padahal gue dah berusaha bangun tenda sampai keringetan. Bukannya istirahat ini malah lari-larian," kata Yuna yang juga menyalahkan Tata.

"Heh lo kan yang jadi arahan kita tadi. Pasti tadi lo bohong kan kalau pas SMP pernah ikut pramuka terus sok bisa? Ngaku!" Risa menuduh Yuna yang menurutnya jadi awal masalah tenda terbang ini. Yuna ingin mengelak tetapi tidak jadi karena Tata yang mendadak berhenti dan Yuna hampir menabraknya dari belakang.

"Heh biang kerok, kenapa berhenti sih?" tanya Yuna yang semakin emosi. Tata menunjuk ke atas dan terlihat pemandangan yang tidak ingin dilihat mereka.

Di atas pohon ada sebuah tenda yang tersangkut diantara batang pohon. Iya tersangkut! Mereka berempat langsung melongo dan ingin sekali menangis.

Arin yang melihat dari kejauhan semakin menahan untuk tidak meledak memarahi mereka. Ia lalu ke tenda pembina dan segera melapor. Pembina segera pergi ke tempat kejadian 'tenda terbang' itu dengan tergesa-gesa. Mereka berhasil menurunkan tendanya dan membantu membangun tenda agar kejadian tidak terulang lagi.

○○○

Murid JIS berkumpul di lapangan dekat tenda. Di tengah lapangan itu ada beberapa kayu bakar yang disusun tinggi. Mereka akan mengadakan api unggun lalu dilanjutkan dengan pentas seni.

Pembina menyuruh murid-murid untuk duduk melingkar disekitar api unggun. Barisan duduknya harus satu kelas. Yang paling heboh adalah 11 MIPA 2, seperti ini misalnya,

"Kalau nanti apinya dinyalakan bakal ada makhluk api yang keluar nggak ya?" tanya Mamat ke teman kelasnya.

"Ada, wajahnya persis banget sama tadi yang tanya," jawab Bobby dengan santai.

"Bobby kalau ngomong suka bener deh," sahut Tata dengan nyengir lebar.

"Emang bener, Ta. Giginya aja itu nyeremin." Bobby menunjuk Mamat, lebih tepatnya giginya.

"Ngaca goblok!" Mamat sudah siap memukul Bobby. Untung Arin yang sudah jengah segera melerai mereka.

Arin sekarang jaga jarak dari kelompok-kelompoknya. Bodo amat tadi pagi dia tidak ikut membantu. Nyatanya juga tendanya tidak bisa berdiri eh malah terbang.

Duo serigala -Berlin dan Yuna- menggosipkan kelakuan Arin tadi pagi. Bak pendengaran macan, ia segera menoleh ke arah mereka dan melotot tajam. Berlin dan Yuna segera kicep seolah-olah tidak melakukan apa-apa.

Mas Aka selaku ketua OSIS kembali ke rombongan kelasnya. Pembina menyuruhnya segera kembali karena acara api unggun dan pentas seni akan segera dimulai.

"Ingat rumah juga lo, Rak?" Mamat bertanya dengan nada meledek.

"Namanya juga Pak Sibuk, Mat. Wara-wiri nggak bantu temennya masang tenda," ucap Hayi yang juga ikut mengompori.

"Gue orangnya sibuk, nggak kaya kalian pada gabut semua." Raka membalas telak apa yang dikatakan Mamat dan Hayi.

Tidak hanya Mamat dan Hayi yang kesal, tetapi semua teman kelasnya menyorakinya dan melempar rumput yang mereka duduki.

"Woyyy santuy elah! Gue lapor juga nih sama guru kalau kalian mencabut rumput tanpa ijin." Raka mengancam teman kelasnya tersebut.

"Dasar anak manja!"

"Anak guru!"

"Ketua OSIS penghianat!"

Suara umpatan kelas 11 MIPA 2 bersahut-sahutan. Raka akhirnya pasrah tidak bisa mengendalikan anak-anak buahnya yang liar itu.

"Lo tahu nggak kalau tadi tenda dari kelompok Arin terbang?" Tanya Bobby yang membuat Arin kembali kesal.

"Tahu lah. Jarang-jarang Ririn bisa membuat tenda jadi terbang. Beruntung tenda itu nggak lari. Coba kalau lari mungkin Ririn dan kelompoknya kabur teriak-teriak karena tendanya mengejar mereka, hahaha!" Raka tertawa kencang sambil membayangkan itu semua.

Arin melotot dan berdiri menuju tempat Raka. Arin ingin menjambaknya tetapi Raka gesit menghindar. Deo yang ada diantara mereka segera melerai sebelum kejadian perang dunia ketiga terjadi.

Duo serigala kembali berghosip tentang Arin. Yang paling mengejutkan adalah Tata dan Risa juga ikut-ikutan. Arin sekali lagi mempunyai pendengaran tajam. Ia segera menatap mereka berempat dengan bola mata yang hendak keluar. Hey, sahabat macam apa itu?

Sebelum terjadi perang yang kedua kalinya, pembina mengumumkan kalau acaranya sudah siap dimulai. Api unggun juga siap dinyalakan. Kepala sekolah memegang obor dan berjalan menuju api unggun. Setelah hitungan ketiga api unggun pun menyala. Semua murid dan guru bertepuk tangan lalu menyanyikan lagu api unggun sudah menyala.

Malam itu adalah malam yang sangat mengesankan. Dibawah langit malam yang bertabur bintang, siswa bernyanyi riang dan melepaskan penat dari kegiatan belajar yang melelahkan.

○○○

Maaf readers tersayang, author baru update. Masih melanjutkan membaca beberapa novel yang belum selesai ini tamatnya, panjang bund ceritanya ada banyak series. Mana author ini lagi magang. Jadi pulang istirahat dan pastinya capek. Ini saja aku lagi dikantor -lagi istirahat btw. Dan dulu aku ngilang lagi karena kehabisan ide. Ini muncul lagi karena masih ada tanggungan RAJA yang belum tamat. Doakan semoga bisa tamat ya♡. Sayang banget sama kalian pokoknya, luv❤

#febicya

RAJATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang