Part 41: Diculik

59 5 10
                                    

Arin berjalan santai pulang ke rumah. Ia melewati gang sempit dimana itu adalah jalan pintas untuk cepat sampai. Ia tidak menebeng Mas Aka ataupun Mamat, ya karena kejadian beberapa hari ini yang membuat hubungan mereka semakin merenggang.

Huft...

Arin menghela nafas mengingat hal tersebut. Sudah satu minggu yang lalu saat Mamat mengungkapkan kebenaran. Sungguh, ia tidak percaya kalau Geng RAJA akan mengalami hal serumit ini. Bagaimana bisa ia terjebak dalam cinta segiempat yang berturut-turut macam kereta. Tidak sekalian saja cinta gagar genjang biar sama dengan matematika?

"Neng cantik!"

Seruan itu membuyarkan pikiran Arin. Ia melihat orang yang memanggilnya. Tubuh tinggi, wajah garang, badan besar nan kekar, rambut panjang, tato di sepanjang lengan atas sampai bawah, jangan lupakan tindik yang menempel sana-sini.

"Kok sendirian neng?"

"Cihuy tipe gue banget nih."

"Lihat tuh body-nya."

Arin langsung menatap sekitarnya. Terlihat ada beberapa orang berkisar dua puluh orang yang kini menatap lapar ke arahnya. Sial, kenapa ia baru sadar kini dirinya melewati gang yang penuh dengan preman?! Oh, ia ingin menangis saja kali ini.

"Sini neng, main sama om," goda salah satu preman tersebut seraya memegang lengannya.

Tak butuh berapa lama Arin langsung saja menghempaskan tangan menjijikkan itu dengan kuat.

"Jangan sentuh gue anjing!" teriaknya disertai tatapan tajam.

"Wah, berani juga."

"Dasar perempuan sok jagoan."

"Nggak takut nih sama kita-kita?"

"Jalang kecil mah bisa apa."

Arin langsung saja memukul wajah pria yang memanggilnya jalang tersebut. Pria itu terdorong mundur dengan kuat. Arin sungguh tidak suka akan panggilan itu. Enak saja memanggilnya jalang kalau tidak tahu apa-apa tentang dirinya.

Pria itu berdecih. Kelihatan sekali kalau dirinya tidak suka dengan Arin. Ia lalu melirik teman-temannya untuk menangkap gadis dihadapan mereka secepatnya. Sebelum mereka berhasil menangkap, Arin sudah menendang betis lelaki yang ada di dekatnya. Lelaki itu mengerang kesakitan. Kawannya yang melihat itu merasa marah dan berencana menangkap lengan Arin. Sebelum itu terjadi, Arin menangkap pergelangannya dan memelintir ke belakang.

"Sakit jal-" Orang itu tak meneruskan kata-katanya karena Arin mendorong tubuhnya dengan kasar sampai jatuh.

Lima orang kemudian menyerang Arin bersama-sama. Satu orang di antaranya mengincar kepala Arin. Ia mengayunkan tangannya tetapi Arin sudah membaca gerakan itu. Ia lalu buru-buru menunduk dan berhasil menghindar. Arin menyikut leher pria itu dan berhasil. Pria itu pingsan.

"Dasar lemah!" maki Arin melihat hal tersebut.

Empat orang lainnya tak tinggal diam. Dua orang menyerang dari depan dan dua orang lainnya dari belakang. Eitsss, jangan ragukan kemampuan bela diri seorang Arin Gabriella. Satu orang berencana memukul perut Arin tetapi Arin buru-buru berkelit dengan cepat. Tak butuh beberapa detik, pria yang satunya berniat menendang dadanya. Sebelum sempat mengenai Arin, Arin langsung menangkap pergelangan kakinya dan menarik tubuhnya kuat. Pria itu terjatuh bersamaan dengan orang yang tadi menyerang Arin. Sudah jatuh tertimpa tangga, itulah definisinya.

Arin merasa seperti ada angin yang terdorong dari arah belakangnya. Ia cepat-cepat menghindar ke arah kiri. Yak meleset. Ternyata ada tangan yang ingin memukul tubuhnya. Arin membalikkan badan, terlihat ada dua orang dengan wajah memerah menahan emosi. Arin sampai lupa terhadap mereka.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 14, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

RAJATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang