Part 28: Senja

179 24 5
                                    

I'm back!
Maaf nih yang udah nunggu lama update. Makasih ya😢. Maaf banget maaf hiatus dari nulis ini. Banyak banget yang aku urusin di real life. Sekali lagi maaf ya. Selamat membaca❤

○○○

Ririn dan Tata berjalan bersama. Mereka akan pulang. Rencananya Tata nanti pulang langsung ke rumahnya Ririn dan menceritakan semuanya.

Awalnya tidak terjadi apa-apa sampai Ririn melihat Seno ada agak jauh di depannya.

"Ta, putar balik yuk!"

"Loh kenapa? Kalau putar balik kapan sampai rumah?" Tata menatap Ririn bingung.

"Tuh depan gue ada Seno!" Kata Ririn menunjuk Seno.

"Seno? Bukannya kamu satu ekstra ya? Emang ada masalah?" Tata semakin dibuat bingung oleh Ririn.

"Iya, ada masalah. Kalau latihan aja kita canggung."

"Canggung? Emang ada masalah apa?"

"Nanti deh gue cerita. Tapi sekarang kita putar balik aja dulu. Please..." Ririn sudah memasang tampang memohon.

"Ya sudah iya." Tata mengiyakan. Kasihan tahu kalau lihat Ririn begitu.

Mereka mau putar balik tapi,

"Hai Arin!"

"Waduh mati gue!" Katanya sambil berbisik ke Tata.

"Terus kita mau ngapain sekarang?" Tata juga ikutan berbisik.

"Ya mana gue tahu. Kita aja udah ketahuan. Mau kabur juga nggak bisa." Ririn sudah keringat dingin.

"Mending kamu samperin. Aku balik dulu ke kantin kek apa kemana. Bye Ririn!" Tata langsung pergi gitu aja. Iya pergi. Meninggalkan Ririn yang sudah hampir kehabisan oksigen.

"Awas aja nanti Ta kalo lo ke rumah gue. Tata anjir." Umpat Ririn yang daritadi dia coba tahan.

"Woi! Dipanggil juga." Seno tahu-tahu sudah ada disampingnya.

"Oh, manggil gue ya. Emang ada apa?" Ririn memasang wajah datar. Laki-laki di hadapannya ini sudah punya pacar guys. Yang ada di Bandung. Tapi masih deketin Ririn. Cih, dasar buaya.

"Kenapa sih jutek amat?"

"Gue emang gini." Jawab Ririn tanpa menatap lawan bicara.

"Dari kemarin loh, lo nggak bicara sama gue."

"Gue kan sibuk latihan."

"Tapi biasanya nggak gini." Seno menatap Ririn heran. Memangnya dia salah apa?

Ririn ingin sekali mencakar wajah lawan bicaranya ini. Dasar lelaki nggak peka, buaya darat, buaya buntung, buaya laut, buaya ciliwung, pokoknya yang jenis buaya.

Ririn menyamakan Seno dengan hewan buas itu. Tanpa sengaja dia melihat mobil di depan gerbang JIS. Dan disana ada seorang cewek cantik yang mungkin sudah menunggu terlalu lama. Dan cewek itu melihat ke arah kami. Lebih tepatnya ke arah Seno.

"Sen, tuh udah dijemput." Kata Ririn sambil menunjuk cewek tadi dengan ekspresi datar.

"Oh, lama banget pasti nunggu. Itu Seulgi, pacar gue dari Bandung."

Gue udah tahu Bambank!

"Mau kenalan nggak?"

Wah, ngajak berantem ya?

Saat Ririn mau membalas perkataan Seno, Mas Aka lewat. Mungkin dia baru selesai acara OSIS-nya.

"Woi Raka!" Mas Aka lalu menoleh. Tanpa aba-aba Ririn menggandeng lengan Mas Aka. Tentu saja itu membuat Mas Aka kaget.

RAJATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang