Kita Yang Salah

15.6K 2.1K 27
                                    

"Abang rapih banget mau kemana?" Ujar Cyra setelah menghentikan laju motornya. Berhenti tepat di depan gerbag rumah Ilham.

Memang berkah bangun pagi langsung bantuin bunda. Seger, pagi-pagi sudah melihat pemandangan yang menutrisi mata. Besok-besok Cyra akan lebih semangat bangun pagi.

"Mau jenguk Senja, Ra." Jawab Ilham dengan senyum bertabur gula. Manis banget. "Kamu juga pagi-pagi sudah rapih mau ke kampus?"

Cyra jadi tersipu malu. Ilham ternyata memperhatikannya juga. Tenang-tenang jangan memalukan di depan calon imam.

"Huum. Ada kelas pagi nih." Jawab Cyra lesu. Kuliah sama dengan bertemu manusia bernama Abimanyu itu tuh membuat mood Cyra terjun ke dasar paling gelap. Mana manusianya tidak peka selalu berada di sekeliling Cyra.

"Loh kok kaya lesu gitu. Harus semangat bentar lagi skripsi!"

"Masih lama bang baru semester 5. Tapi, ini jadi semangat soalnya udah ketemu penyemangatnya!" Kata Cyra dengan wajah polos. Aslinya ia ingin loncat-loncat kegirangan melihat gurat merah di pipi Ilham.

Netra mereka bertemu, saling terpikat satu sama lain. Kemudian Ilham berpaling berucap istighfar. Sayangnya, lelaki berwajah menyejukan itu tidak bisa membohongi perasaanya, bibir tipis itu tersenyum malu.

Rumit ya, saling memiliki rasa. Namun, takdir kuasa belum juga menyatukan. Tidak apa, Allah tau yang terbaik. Bisa jadi ekspetasi yang terlalu indah di bayangkan, tidak sesuai realita. Maka, Allah sedang menjaga kedua hati hambaNya agar tidak terluka.

"Kalau saya bilang kamu cocok pakai jilbab pink, kamu percaya. Ra?" Tanya Ilham tiba-tiba membuat Cyra yang semula sedang berimajinasi dengan pikirannya, terbatuk. "Eh, maaf saya bikin kamu kaget ya. Bentar ya Ra saya ambilin minum!"

Cyra memegang lengan baju Ilham secara spontan. Lagi, tatapan yang belum boleh itu kembali saling bertemu. Jantung keduanya berdetak hebat, mengapa mencintai diam-diam itu berat. Bukan, hanya menahan rindu. Tapi menahan luapan cinta yang ingin di utarakan.

"Allah!" Ujar Ilham dalam hati. Mungkin lelaki itu bingung bagaimana lagi caranya menahan perasaan yang terlalu lama di pendam.

"Ehem!" Ibu berdiri dengan sosok lain yang menjadi saksi bagaimana sosok Ilham dan Cyra saling mengungkapkan perasaan dengan caranya masing-masing. Cara paling elegant yang Anis lihat. Tanpa suara tapi terasa. Tidak riuh namun nyata.

"Ibu!" Cyra menjauhkan tanganya dari lengan Ilham. Wajahnya merah padam seperti tertangkap basah tengah melakukan tindakan tidak terpuji. "Em. Maaf!"

Ibu Anya hanya tersenyum singkat, sibuk memasukan beberapa barang-barang yang akan di kirim untuk Senja. Anis juga begitu telaten membantu ibu. Membuat Cyra merasa semakin kecil. Cyra pernah bilang akan mengikhlaskan Ilham jika perempuanya seperti Anis. Namun, mengapa nyeri walau hanya membayangkanya saja.

"Kak Anis juga ikut jenguk Senja? Tanya Cyra sambil mencoba membantu apa yang dia bisa bantu.

____________

CERITA SELENGKAPNYA BISA KALIAN DAPATKAN DENGAN MEMBELI VERSI EBOOK.

Keuntungan membeli versi Ebook:

1. Minim Typo dan lebih enak di baca.

2. Beberapa bab tambahan yang tidak ada di Versi WP.

3. Beberapa revisi alur dan memiliki ekstra part.

4. Memberikan semangat pada Author hehe.

Harga Asli : 50.000 full bab
Harga promo : 25.000 full bab (Ebook akan di dapatkan di akhir bulan) selama itu promo berlangsung.

Tetangga Tapi Nikah (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang