Cyra menatap Ilham kesal, merasa dipermainkan oleh lelaki itu yang sendari tadi mengatakan bacaanya salah. Ya wajar kalau salah, tetapi Ilham terlalu banyak menyalahkannya. Patut dicurigai bukan?
"Kok salah terus sih Bang? Ini aku rasa bener kok!" Kekeuh Cyra.
Ilham menghela napas, memikirkan cara agar ucapannya mudah dipahami perempuan yang sendari tadi protes disetiap pembelajaran. Seberusaha mungkin Ilham juga tidak menatap Cyra. Karena sudah jelas bukan bertatap-tatapan dengan yang bukan mahram itu tidak boleh. Cukup tadi itupun lebih dari cukup.
"Memang salah!" Ujarnya dengan penuh kesabaran. "Setiap huruf memiliki cara membaca dan sifatnya masing-masing. Sedangkan jika salah satunya tidak tepat, maka bisa menyebabkab perubahan arti dalam bacaan al quran. Nah kenapa itu pentingnya belajar makhrajul huruf."
"Ya Abang tuh pelan-pelan ngajarinnya. Cyra jadi bingung!"
Sebenarnya Cyra tidak mau mendrama. Sayangnya, permasalahan yang belum selesai dulu, menjadi pemicu munculnya rasa sebal, marah, kecewa dan sedih. Memang aneh, seperti halnya marahnya kesatu orang semua kena batunya.
Ilham melepas kaca matanya. Mencoba lebih bersabar atas segala sifat Cyra yang ternyata tidak berubah jauh. Toh selama kurang lebih 7 tahun, dulu dirinya tetap sabar menghadapi Cyra. Bahkan tidak melihat Cyra sehari membuat Ilham bolak-balik ke rumah Cyra dan mengintip dari gerbang rumah Cyra, berharap setidaknya dia mendengar teriakan Cyra atau tawa Cyra yang nyaring. Menandakan bahwa Cyranya baik-baik saja.
"Kamu besok tidak belajar quran dulu."
"Hah?!" Tanya Cyra kaget. Cyra menatap Ilham dengan mulut terbuka.
"Kamu besok bawa iqro." Ulang Ilham.
"Apa?"
Ilham menatap Cyra sekilas, menggeleng pelan ketika kilas dulu dia masing sering mencubit pipi tembam Cyra, menghantui pikirannya.
Bukan mahram Ham.
Sabar Ham. Ini ujian! Insyaa Allah bisa melaluinya.
"Mulai besok kamu tidak belajar quran dulu. Mulai belajar dari iqro 1. Kalau sudah baik cara pengucapan dan penepatan sifat huruf baru mulai ketahap selanjutnya belajar hukum tajwid. Nah, selama kamu belajar sama saya, kamu harus menerapkan pelajaran ini di rumah."
Cyra menggeleng tidak terima mendengar penjelasan Ilham. Kenapa rumit sekali? Jadi harus berapa lama lagi Cyra terbebas dari melihat wajah damai Ilham? Cyra tidak mau mencintai sepihak lagi.
"Masa Cyra iqro 1 sih, Bang!" Protes kesekian kalinya. "Rafa udah quran."
"Lalu?"
Cyra berdecak sebal. "Ya nanti Cyra di ejek kalau Rafa tau Cyra belajar iqro 1. Quran aja deh Bang, ya?" Bujuk Cyra dengan menampilkan wajah melasnya yang sayang sekali tidak dilihat Ilham.
"Kalau tidak mau saya bisa bilang ke bunda!"
Ternyata Ilham masih tidak bisa diajak kompromi sejak dulu. Terlalu lurus jalan hidupnya. Beda sekali dengan hidup Cyra yang penuh siasat.
"Mainnya ngadu dari dulu!" Decak Cyra sebal.
"Saya ngomong apa adanya."
"Sudah-sudah!" Lerai Ibu yang memang dari tadi berada tidak jauh dari mereka. "Nanti Cyra bilang aja ke bunda pasti bunda ngerti. Belajar dari iqro itu biar bacaan Cyra lebih baik, usia kan bukan jadi patokan. Sudah jangan berantem!"
Ilham tidak mau kalau berdua disuatu ruangan dengan yang bukan mahram. Jadi, dia meminta tolong ibu agar berada di antara mereka walau tidak terlalu dekat. Yang terpenting tetap ada ibu yang menjadi orang ketiga.
Cyra menghela napas panjang, lupa kalau di ruangan ini bukan hanya dirinya dan Ilham. "Ya udah deh!" Lesunya.
"Apa?" Tanya Ilham yang bingung dengan perkataan Cyra dengan wajah polos.
"MAU IQRO SATUUU!"
__________________________
"Kamu gimana kabarnya?"
Cyra menoleh kesamping di mana Ilham kini tengah menatap sepedah pink miliknya. Dia bersikukuh mengantar Cyra dengan alasan bahaya perempuan pulang malam-malam, padahal kalau Ilham ingat ini masih satu komplek cuman beda blok saja.
Cyra yakin Ilham modus! Mana pakai acara Ilham yang mendorong sepedahnya lalu Cyra mengikuti di samping Ilham. Ngeribetin dan ngelamain, tapi sedikit mengobati rindu naik sepedah bareng juga. Nah, mulai hati dan pikiran tidak sejalan.
"Abang kan tadi udah nanya. Udah Cyra jawab juga!" Kesel Cyra.
"Maksudnya, lebih dari keadaan. Em... kuliah gitu!"
Laki-laki yang dulunya sangat cerewet dengan Cyra kini malu-malu hanya sekedar ingin tau tentang Cyra. Waktu yang mengubahnya ternyata, atau perasaan?
"Ya baik!" Judesnya. Ilham itu tidak paham proses move on ya? Kenapa sih harus manis-manisin Cyra, udah tau Cyra imannya tipis.
"Masih suka bolos?" Pertanyaan basa-basi yang sangkat kepo dan Ilham menyesalinya telah mengucapkan itu.
"Masih! Dan itu bukan tipe calon Abang. Gak kaya-"
Suara Cyra berhenti seiring dengan Ilham yang menatapnya di bawah lampu komplek. "Kenapa?" Tanya Cyra gugup. Galak-galak gini kalau ditatap Ilham masih sedikit luluh.
"Saya minta maaf!" Tulusnya. "Atas semua kata-kata terakhir saya waktu itu. Niat saya bukan mau nyakitin kamu, saya cuman mau kamu ngertiin saya!"
"Udahlah gak usah dibahas!" Ujarnya sambil mengibaskan tangan. Berjalan meninggalkan Ilham dibelakangnya. Cyra memang masih sepengecut itu membahas masa lalu.
"Cyra!" Panggil Ilham lembut.
Tidak ada jawaban dari Cyra, perempuan itu semakin berjalan cepat. Satu belokan lagi dan sampai rumahnya. Mungkin Cyra akan memikirkan stategi cara yang lebih ampuh agar tidak menjadi murid Ilham lagi.
"Saya beliin es krim!" Kini Ilham berada di belakang Cyra menaiki sepedah kesayangan Cyra tanpa meminta ijin terlebih dahulu. "Kamu tunggu di sini, di ujung gang saya liat ada yang jual es krim!"
Cyra berbalik memegang bagian depan sepedahnya. Paham laki-laki bernama Ilham sudah tidak bisa disentuhnya dengan bebas. "Bang. Gak semua hal di masa lalu bisa sama rasanya kalau di masa ini kita coba lakuin lagi!"
Ilham menyatukan alisnya, mencerna ucapan Cyra. "Oh itu. Tadi Bunda yang nyuruh saya buat beliin kamu es krim. Untuk mengapresiasikan hasil kamu yang mau belajar. Kebetulan saya baru inget sekarang!"
Buru-buru Cyra melepaskan sepedahnya. Mundur beberapa langkah, menggelengkan kepalanya beberapa kali. Sepertinya kuping miliknya ini sudah berwarna merah menahan malu. Pipinya juga terasa sedikit panas.
Cyra lo kenapa bodoh?
Lo tuh kepedean, Cyra!
Orang lain belajar dari masa lalu. Lo kenapa masih terbayang-bayang oleh masa lalu? Bangun-bangun! Mimpi lo terlalu tinggi dari dulu.
"Jadi, saya beliin dulu es krimnya ya. Amanah harus saya jalankan!"
"Kamu masih suka es krim strawberry, kan?"
Semua pertanyaan Ilham di jawab anggukan lesu Cyra. Permasalahan dulu-dulu saja sudah cukup bagi Cyra menjauh dari Ilham, lalu ditambah tingkat kepercaya dirinya yang berlebih rasanya Cyra mau pindah kota saja.
"Abang Ilham itu matahari yang terlalu silau bagi mata Cyra yang lagi belekan!"
_______________________
![](https://img.wattpad.com/cover/249276703-288-k923007.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Tetangga Tapi Nikah (END)
SpiritualitéBELUM DI REVISI. Kisah ini berawal dari seorang Bunda yang menginginkan putrinya yang sudah menginjak usia 20 tahun bisa mengaji. Kehadiran Ilham kembali setelah empat tahun menamatkan pendidikannya di luar kota, membuat Bunda memaksa Cyra mengikuti...