•• enam belas ••

28 7 0
                                    

Kala and Her Prince Bee — 16

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kala and Her Prince Bee — 16

Cukup jadi dirimu sendiri, maka kelak kau 'kan temukan dia yang benar-benar mencintai sosokmu, bukan sosok lain yang mendekam di dalam dirimu.

┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈

“Apa maksud dia?” tanya Bebe ketika membaca pesan yang ada di ponsel Kala.

Kala belum menjawab. Gadis itu masih sibuk menyusun beberapa persepsi di kepalanya.

“Kayaknya aku tahu, kenapa papa bisa tahu aku bolos kuliah.”

Bebe mengernyitkan dahinya, “Maksud kamu, Elena dan Clara dalangnya? Tapi, bukannya mereka gak sejurusan dengan kamu?”

Kala mengangguk. Mereka berdua memang tidak berada di jurusan yang sama dengan Kala. Namun, Kala dapat mengetahui alur permainan mereka. “Febri. Ini pasti kerjaan Febri.”

“Febri?” Bebe membeo.

“Iya, ini pasti kerjaan Febri. Febri itu teman sekelas aku, sekaligus teman dekatnya Elena dan Clara. Dia juga kurang suka sama aku. Dan, aku yakin, ketiganya memang sengaja lakuin ini sama aku, biar aku dimarahin papa.”

Bebe mengangguk paham. Namun yang masih jadi pertanyaan Bebe ialah mengapa baik Elena dan Clara terlihat begitu membenci Kala. Apa Kala pernah melakukan kesalahan terhadap mereka, sehingga rasa benci itu tak kunjung menghilang?

“La, aku mau tanya. Kenapa Clara dan Elena kayaknya benci banget sama kamu?”

Pertanyaan Bebe hanya dijawab dengan sebuah gelengan kepala dari Kala. Bahkan, hingga saat inipun, gadis itu tak tahu-menahu perihal alasan Clara dan Elena yang begitu membencinya. Kala benar-benar tidak merasa pernah berbuat salah kepada kedua gadis itu.

“Coba, deh, kamu pikir lagi. Kenapa mereka benci banget sama kamu? Pasti kamu pernah buat kesalahan, La,” ujar Bebe, membuat Kala terdiam. “Gini, La, aku bukannya nuduh kamu gak mau ngakuin kesalahan kamu. Cuma, logikanya kalau gak ada sesuatu hal yang buat mereka merasa terganggu, pastinya mereka gak bakalan benci sama kamu, La.”

Lagi, ucapan lelaki itu benar adanya. Bahkan selama ini, Kala tidak pernah berpikiran seperti itu.

“Coba, deh, kamu pikir-pikir, mana tahu dulu kamu pernah buat salah sama mereka. Atau mungkin, ada sangkut pautnya dengan masalah percintaan? Karena kan, biasanya kalau kaum cewek musuhan, ada kaitannya dengan masalah cinta-cintaan.”

Kala berpikir sejenak, berusaha mengembalikan memori saat SMA. Ingatannya melayang ke sebuah kejadian, yang sepertinya berpotensi mengarah kepada ucapan Bebe. “Apa jangan-jangan karena Rival?”

Kala and Her Prince Bee [Completed✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang