Kala Kaneyshia, gadis cantik yang sering dijuluki "bodoh" dan "gila". Ia tidak mempunyai teman dekat. Satu-satunya teman Kala ialah bunga matahari yang ditanam di pekarangan rumahnya.
Hingga suatu masalah datang, dan kehadiran manusia lebah bernama...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Kala and Her Prince Bee – 29
Berubah itu suatu proses. Perlu diingat, bila proses artinya bertahap. Jadi, maklumi saja bisa perubahanmu masih ada di tahap permulaan, nanti juga akan terasa perubahannya.
┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈
Kala menggigit jemarinya sembari menunggu di depan ruangan yang diisi oleh dosen-dosen dari jurusan kimia. Di sebelahnya, ada juga Anisa, Ririn, dan Rahma yang juga sama tegangnya dengan Kala. Mereka tengah menunggu hingga teman-temannya yang lain keluar dari ruangan, hingga mereka dapat mendapat giliran menemui dosen pembimbing akademik mereka masing-masing. Mereka menemui dosen pembimbing untuk mengetahui nilai indeks prestasi akademik mereka untuk semester ketiga ini.
Sebenarnya, mereka dapat melihat nilai mereka di sebuah situs yang telah disediakan dari pihak universitas. Tidak hanya dapat melihat nilai, mereka juga dapat melihat grafik perkembangan nilai mereka, juga memilih mata kuliah yang akan mereka tempuh berikutnya. Bahkan, untuk mengajukan cuti kuliah dan mencetak kartu tanda mahasiswa juga dapat diakses melalui satu link.
Akan tetapi, untuk beberapa terakhir, link itu mengalami gangguan, sehingga tidak dapat diakses. Maka dari itu, mereka diminta untuk menemui dosen pembimbing mereka masing-masing untuk mendapatkan nilai indeks prestasi mereka.
Sejujurnya, Kala tidak pernah peduli dengan ruangan yang terkesan menegangkan itu sebelum-sebelumnya. Namun berbeda dengan saat ini, rasa tegang bercampur takut bersatu padu membuat keringat dingin senantiasa mengaliri wajah gadis itu. Gadis itu tentunya masih ingat dengan ucapan papanya, yang mengharuskan dirinya untuk mendapat nilai IP yang tinggi.
“La, yang lain udah pada keluar, masuk, yuk,” ajak Anisa yang kebetulan mempunyai dosen pembimbing yang sama dengan Kala. Bu Halimah adalah dosen pembimbing dari Kala dan Anisa. Sejauh ini, mereka belum pernah diajar oleh beliau, mengingat bu Halimah hanya mengajar di semester 5 dan ke atasnya. Mereka hanya menemui dosen itu di saat masa-masa bimbingan awal semester. Dosen itu baik, juga ramah. Senyumannya terus mengembang, meski wajahnya sudah dipenuhi oleh kerutan.
“Halo, Kala dan Anisa, ya? Tumben bareng. Biasa sendiri-sendiri ngadep Ibunya,” ujar bu Halimah, lantas tertawa kecil. Kala dan Anisa pun tertawa kecil, mengingat ucapan bu Halimah yang benar adanya. Dulu sebelum mereka dekat, baik Kala maupun Anisa akan menemui bu Halimah sendiri-sendiri. Sebenarnya masih ada lagi satu teman mereka yang juga dibimbing oleh bu Halimah, namanya Arumi, dari kelas sebelah.
“Eh, iya, Bu. Mumpung kami sekalian mau ngecek nilai, ya, udah, bareng,” jawab Anisa tersenyum.
“Oh, gitu. Bagus, deh, biar sekali ketemu sama Ibu ramai-ramai, ya.” Bu Halimah membuka laci pertama mejanya, kemudian mencari dua lembar kertas beratasnamakan dua mahasiswinya itu. “Ah, ini LIHS kalian. Mohon maaf kalau tulisannya agak berantakan, soalnya Ibu buru-buru nulisnya. Kalian kan tahu sendiri, biasanya kita ngeceknya lewat situs secara online, jadi gak perlu minta nilai ke dosen lain, trus direkap,” ujar bu Halimah panjang lebar.
LIHS adalah singkatan dari Lembar Isian Hasil Studi. Sesuai dengan kepanjangannya, LIHS memuat hasil studi dari para mahasiswa selama satu semester terakhir. Dalam LIHS, ada data mahasiswa dan dosen pembimbing, dilengkapi dengan daftar mata kuliah yang ditempuh di semester itu, dan juga abjad dari A-E yang digunakan untuk mendeskripsikan hasil studi.
“Anisa, seperti biasa, nilai kamu itu sempurna. IP kamu masih bertahan di angka 4. Pertahankan terus, ya, IP mu.”
“Baik, Bu, terima kasih.” Anisa menerima LIHS itu, dan tersenyum.
“Nah, Kala, Ibu gak tahu mau bilang apa, tapi untuk semester 3 ini, kamu membawa perubahan yang cukup besar. IP kamu 3,22. Sangat meningkat dari semester sebelumnya. Tingkatkan terus, ya, Nak.”
Kala menerima LIHS itu, dengan perasaan yang campur aduk. Harusnya ia senang, karena upayanya untuk berubah membuahkan hasil yang menakjubkan. Namun, rasa-rasanya yang berlaku ialah sebaliknya. Ia tidak bisa mencapai target yang diberikan oleh papanya. Dan, apakah itu berarti, ia harus siap-siap diusir dari rumah?
“Kala? Kenapa melamun?” tanya bu Halimah, yang membuat Kala langsung tersadar dan tersenyum.
“Eh, nggak pa-pa, Bu, saya cuma kaget aja, IP saya bisa meningkat dari semester sebelumnya,” ujar Kala. “Terima kasih banyak, ya, Bu.”
Bu Halimah tersenyum, kemudian menganggukkan kepalanya. Anisa dan Kala lalu pamit untuk undur diri dari ruangan tersebut. Namun, suara pak Andre yang memanggil Kala membuat gadis itu harus tetap tinggal di ruangan. Pak Andre selaku dosen pembimbing Ririn sepertinya sudah selesai memberikan LIHS kepada gadis itu. Kala segera mengambil posisi duduk di kursi yang ditinggalkan oleh Ririn.
“Ada apa, ya, Pak?” tanya Kala.
“Ah, ini, ada lomba karya tulis ilmiah antar mahasiswa. Kamu ikut, ya?”
“Ha? Lomba karya tulis ilmiah? Bapak minta saya ikut?” kejut Kala.
“Iya, Kala. Bisa, ya? Pendaftarannya terakhir lusa. Deadline pengumpulan karya tulisnya itu masih sekitar satu bulan lagi. Kan kalian sudah ambil LIHS, jadi sudah tidak ada kuliah. Bisa lah kamu fokus menulis karya tulisnya. Temanya juga relate dengan kehidupan kita. Bisa, ya?”
“Ehm, mohon maaf sebelumnya, Pak. Saya kan belum pernah ikut lomba-lomba seperti ini, apa gak sebaiknya yang diikutkan yang sudah berpengalaman aja, Pak?”
“Sebenarnya, Bapak ingin meminta Anisa untuk mengikuti lomba ini. Namun, Bapak baru ingat kalau bulan depan Anisa ada jadwal lomba debat, jadi dia tentunya gak bakal fokus untuk mengikuti lomba karya tulis ini. Jadi, kamu bisa, ya? Bapak kebingungan mencari mahasiswa yang ingin mengikuti lomba ini, ditambah lagi kebanyakan dari mereka lebih memilih menikmati masa libur mereka dibanding mengikuti lomba yang bermanfaat ini. Jadi, Bapak harap, kamu bisa ikut, ya. hitung-hitung menambah pengalaman,” jelas pak Andre panjang lebar.
Kala yang mendengar penjelasan itu merasa kasihan dengan pak Andre. Lagipula, sesuai yang dikatakan dosen itu, mahasiswa sepertinya tentunya ingin lepas dari segala macam tugas dan lomba barang sejenak, jadi mereka enggan mengikuti lomba ini.
“Ehm, lalu, Pak, kenapa Bapak bisa kepikiran untuk meminta saya mengikuti lomba ini, ya?”
“Ada yang merekomendasikan kamu kepada saya, malah dia menjamin bahwa kamu tidak akan mengecewakan universitas. Setelah saya lihat, nilai IP kamu meningkat drastis dari sebelumnya, maka saya mantapkan untuk mengajak kamu ikut lomba ini. Jadi, saya harap, kamu gak menyia-nyiakan kesempatan emas ini, ya,” pinta pak Andre. Beliau menyerahkan selembar kertas dengan judul besar yang ditulis kapital FORMULIR LOMBA KARYA TULIS ILMIAH SE-PROVINSI itu ke hadapan Kala.
“Ini formulirnya. Jika kamu berkenan mengikutinya, kamu bisa isi formulir itu, dan lengkapi dengan foto ukuran 3 x 4. Setelah itu, besok kamu bisa kembalikan formulir itu ke saya. Untuk tema dan segala ketentuannya akan saya share ke nomor WhatsApp kamu nanti, jadi kamu bisa baca, ya.”
“Baik, Pak, nanti saya pikir-pikir lagi. Ngomong-ngomong, kalau boleh tahu, siapa, ya, Pak, yang merekomendasikan saya ke Bapak?”
Pak Andre tersenyum kecil. “Sayangnya, dia meminta saya untuk menyembunyikan identitasnya, Kala.”
• • •
Hayo, kira-kira siapa, ya, yang merekomendasikan Kala ke pak Andre? Temukan jawabannya di part berikutnya. Tetap stay, ya🌺