•• tiga puluh dua ••

32 5 10
                                    

Kala and Her Prince Bee – 32

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kala and Her Prince Bee – 32

Sayangnya, kamu terlalu sibuk mengoreksi kesalahan orang lain, hingga lupa bagaimana caranya memperbaiki kesalahanmu.

┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈

Waktu terus berjalan maju, tanpa berhenti bergerak sedikitpun. Seolah-olah, manusia memang diciptakan untuk terus menjalani hari, dan tidak boleh berleha-leha barang sejenak. Sama seperti halnya dengan Kala yang tidak bisa merasakan kebebasan barang sejenak. Nyaris sebulan terakhir, hari-hari Kala dipenuhi dengan referensi bacaan yang ia gunakan untuk menyempurnakan karya tulis ilmiahnya.

Ia juga telah mencari bagaimana caranya untuk menyusun karya tulis ilmiah yang baik dan benar. Bahkan, untuk bab pertama yakni bab pendahuluan, Kala perlu waktu selama empat hari lamanya guna menyusun bagian itu. Itu belum terhitung dengan penambahan waktu selama sehari yang ia gunakan untuk meminta pendapat terhadap teman-temannya. Kepala gadis itu rasanya ingin pecah saja, apalagi ketika ia mulai memasuki bab tinjauan pustaka, dan metode penelitian. Tapi beruntungnya, gadis itu bisa melewati bulan penuh perjuangan itu dengan baik. Walau sepertinya, ia nyaris stress.

Gadis itu terlihat lebih lega dari sebelumnya, ketika telah mengirimkan dua fail ke email panitia perlombaan. Fail pertama adalah fail karya tulisnya, yang berjumlah lebih dari dua puluh halaman itu. Sedangkan, fail kedua hanya berjumlah satu halaman. yakni berisi pernyataan keaslian karya ilmiah.

Gadis itu meregangkan kedua tangannya ke atas, dan akhirnya, ia bisa bernapas dengan tenang, tanpa bayang-bayang keterlambatan pengiriman karya. Walau, ia harus mengumpulkannya di hari terakhir pengumpulan.

Suara pintu yang terbuka, membuat Kala sontak berbalik, guna bisa melihat siapa yang masuk ke dalam kamarnya. “Eh, Ma. Ada apa?”

Tessa berjalan mendekat, lantas tersenyum dan mengelus puncak kepala putrinya itu. “Udah dikumpulin ke email panitia belum?”

Kala mengangguk. “Taraa. Udah dikumpulin.” Kala menunjuk layar laptopnya yang masih menyala. Tessa sedikit menunduk untuk melihat layar yang kini menampilkan aplikasi email yang menyala itu.

“Ya, udah, kalau gitu. Makan dulu, yuk,” ajak Tessa. Kala lantas mengangguk, dan mengikuti Tessa berjalan ke bawah. Semenjak hari-hari Kala disibukkan dengan penyusunan karya tulis ilmiah itu, sifat Riko dan Tessa menjadi berubah kepadanya. Keduanya menjadi lebih peduli dengan Kala, dan itu jelas membuat Kala sangat bahagia.

🐝🐝🐝

Hari ini merupakan hari yang paling mendebarkan bagi seorang Kala Kaneyshia, dimana pengumuman karya ilmiah terbaik akan dilangsungkan di gedung auditorium kampus Universitas Lentera sebagai universitas yang menyelenggarakan lomba tersebut. Para peserta lomba telah berkumpul sejak 8 pagi, hingga sekarang waktu sudah menunjukkan berjalan sekitar satu setengah jam lamanya. Kegiatan pengumuman ini dilangsungkan dengan meriah, dengan sambutan dari rektor universitas, ketua Badan Eksekutif Mahasiswa, dan ketua panitia perlombaan karya tulis ilmiah. Tak lupa juga dihadirkan bapak gubernur dan wakil gubernur untuk membuka kegiatan tersebut.

Kala memandangi wajah-wajah peserta di sekelilingnya. Tidak ada seorangpun yang menampilkan wajah penuh kegelisahan. Semuanya tersenyum, seolah mereka semua ialah juaranya. Sayangnya, hanya ada tiga di antara mereka yang terpilih sebagai juara lomba karya tulis.

Di antara semua peserta itu, tidak ada satupun wajah yang Kala kenali, kecuali seorang lelaki yang tiba-tiba menduduki kursi kosong di sebelah Kala.

“Halo, Kala. Long time no see,” ujar lelaki itu, sembari memamerkan senyum termanisnya. Namun, bukannya luluh, Kala malah memalingkan wajahnya ke arah lain.

“Sombong amat, sih, La. Sama temen lama, gak boleh gitu,” ujar lelaki itu lagi.

Kala masih tidak mengindahkan ucapan itu, berharap lelaki itu akan segera berhenti mengganggunya. Namun, yang Kala harapkan ternyata salah besar, mengingat lelaki itu malah semakin gencar mengganggunya dengan terus mengoceh.

“Bri, aku dateng ke sini, mau dengerin pengumuman, bukan mau dengerin ocehan kamu,” jawab Kala pada akhirnya. Abri yang sedari tadi merasa dikacangkan, lantas tersenyum. Rencananya membuat gadis itu buka suara, akhirnya berhasil.

“Buat apa kamu dengerin pengumuman itu? Toh, mau kamu denger apa nggak, nama kamu gak bakalan disebut, kok. Kamu itu gak berpotensi buat menang.” Ucapan Abri merujuk kepada sebuah penghinaan. Lelaki itu menghinanya.

“Oh, gitu, ya? Tapi, menurut aku, yang jauh lebih gak berpotensi menang itu kamu. Karena apa? Karena, sebenarnya, ya, ciri-ciri pemenang sejati itu gak akan merendahkan lawannya.” Ucapan Kala membuat Abri sukses terdiam. Lelaki itu  langsung mengatupkan bibirnya, dan berpura-pura fokus memandang ke depan.

Dua MC perempuan itu berucap dengan semangat yang membara, apalagi ini adalah waktunya pengumuman juara.

Abri menahan napasnya sejenak, lantas mengembuskannya kembali. Lelaki itu membetulkan almamater yang dikenakannya, seperti tengah bersiap-siap untuk namanya dipanggil maju ke depan.

“Baiklah. Inilah saat yang kita tunggu-tunggu, yaitu pengumuman juara lomba karya tulis ilmiah seprovinsi. Pastinya, kalian udah pada gak sabaran, kan, mengetahui siapa juaranya?”

Seisi ruangan mendadak riuh, menyahuti pertanyaan yang dilontarkan oleh MC.

“Nah, kalau begitu, mari semuanya, pasang telinganya baik-baik. Jangan sampai, kamu kelewatan ketika nama kamu disebut sebagai juaranya, ya. Baiklah, kita umumkan dari juara ketiga lomba karya tulis ilmiah seprovinsi, dengan total perolehan poin 1.390. Juara tiga diraih oleh … Agung Hermawan dari Universitas Panca Bhakti. Selamat, Agung! Silakan maju ke depan.”

Suara tepuk tangan mengiringi langkah seorang lelaki berbadan jangkung berkacamata itu. Semua pandangan kini terfokus pada lelaki itu, termasuk juga Kala.

“Kita lanjutkan dengan juara kedua, dengan total perolehan poin 1.393. Wah, cuma beda 3 poin aja, ya, dengan juara ketiga. Ada yang bisa nebak siapa orangnya?”

Suasana kembali riuh, dengan terdengarnya beberapa nama yang dilontarkan sebagai pemenang.

“Wah, kayaknya banyak banget yang disebutin namanya, ya. Kalau begitu, kita langsung aja panggilkan juara kedua, dari Universitas Kertagama, yaitu Bianca Adhe Calistyo! Selamat Bianca!”

Kala tersenyum melihat seorang gadis dengan paras bak model itu berjalan maju ke depan. Benar-benar menunjukkan aura seorang pemenang.

“Udah, gak usah terlalu dilihatin. Kamu udah gak mungkin berada di depan sana, dan menemani mereka,” ujar Abri. Namun, Kala tidak mengindahkannya.

“Dan, inilah juara pertama kita, yang akan membawa pulang piala bergilir lomba karya tulis ilmiah. Poin yang diperoleh 1.413. Wah, cukup signifikan, ya, perbedaannya. Tak perlu lama-lama lagi, kita sambut dengan meriah juara kita. Selamat untuk Kala Kaneyshia dari Universitas Permata!”

“Apa?” pekik Abri, dan seketika menoleh ke arah Kala. Ia pikir, namanya yang akan disebut sebagai pemenang. Lantas, mengapa Kala?

Apa itu artinya … selamanya ia hanya akan berada di bawah Kala?





1 part lagi, dan kita akan menuju epilog alias ending cerita ini.

Semoga kalian tetap menunggu akhir cerita ini, ya✨

Salam hangat, penulis.🎀

Kala and Her Prince Bee [Completed✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang