Kala Kaneyshia, gadis cantik yang sering dijuluki "bodoh" dan "gila". Ia tidak mempunyai teman dekat. Satu-satunya teman Kala ialah bunga matahari yang ditanam di pekarangan rumahnya.
Hingga suatu masalah datang, dan kehadiran manusia lebah bernama...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Kala and her Prince Bee – 17
Aku tahu, setiap pertemuan pasti akan disusul dengan perpisahan. Namun, bolehkah aku menunda perpisahan itu sekarang? Bahkan, kalau bisa, aku ingin menghapus kata itu, agar selamanya aku bisa denganmu.
┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈
Setelah satu setengah hari terkurung di dalam kamar, akhirnya Kala bisa juga menghirup udara segar di luar. Gadis itu mengeratkan pegangannya pada totebag berwarna kuning pastel yang akan ia gunakan untuk kuliah, sembari menarik napasnya dalam-dalam. Hari ini, gadis itu baru saja diizinkan keluar dari kamarnya, mengingat jadwal perbaikan nilai pada mata kuliahnya. Walaupun hari ini tidak sebebas biasanya, yakni Kala tidak diizinkan berangkat kuliah sendiri, tapi tetap saja Kala bahagia.
Yang pertama, ia sudah bisa keluar kamar. Yang kedua, ini kali pertamanya Riko menawarkan semobil dengan Kala. Ah, lebih tepatnya, Riko memang sengaja melakukan hal tersebut, agar putrinya itu tidak macam-macam lagi seperti hari sebelumnya.
“Ayo, buruan berangkat. Jangan senyam-senyum seperti itu, membuang waktu saja,” ujar Riko yang membuat Kala segera masuk ke dalam mobil lelaki itu. Wajah berseri Kala masih belum bisa dihilangkan, tatkala gadis itu sudah masuk ke dalam suasana tegang yang diciptakan oleh papanya.
“Kamu gila?” Pertanyaan Riko sedikit menusuk hati Kala, tetapi tidak masalah.
“Makasih, ya, Pa. Papa mau nganterin aku kuliah.”
“Jangan senang seperti itu. Papa anterin kamu sekolah supaya kamu gak berbohong demi ke festival lagi.”
Perbincangan terhenti, ketika Kala bingung hendak merespons seperti apa. Keheningan mulai tercipta di dalam mobil. Kala tidak bersuara. Ia lebih memilih untuk menyumpal telinganya dengan earphone, dan mendengarkan alunan lagu yang ia putar.
“Kamu harus giat belajar. Jika kamu tidak bisa mencapai target yang Papa berikan, bukan hanya kuliah kamu yang akan diberhentikan, melainkan kamu juga gak segan Papa usir dari rumah. Papa gak mau punya anak bodoh kayak kamu. Memalukan!”
Suara tegas dari Riko membuat Kala mengecilkan volume suara lagu yang tengah ia putar. Hatinya sedikit teriris ketika papanya dengan mudahnya menyebut kata pengusiran. Apakah itu sebuah aib untuk memiliki anak yang tidak sepintar Albert Einstein?
🐝🐝🐝
“Be, lihat, ada festival bunga matahari lagi di akhir pekan ini. Cuma, festivalnya kecil, sih, tapi pasti keren banget. Nanti temenin aku pergi lagi, yuk!” Semangat Kala berkobar-kobar. Senyuman gadis itu juga terpampang nyata, meski pada akhirnya harus surut akibat jawaban Bebe.
“Nggak!” jawab Bebe tegas. “Kamu itu gak kapok kena marah sama orang tua kamu? Masih mau ulangin kejadian tadi? Bolos kuliah demi ikut festival?”