•• lima belas ••

23 5 0
                                    

Kala and Her Prince Bee — 15

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kala and Her Prince Bee — 15

Sesekali, kamu perlu memahami cara mengabaikan setiap pendapat orang. Bukannya tidak ingin dikritik. Lebih tepatnya, untuk menjaga pikiran kita dari sugesti buruk yang berlebihan.

┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈

“Sebentar lagi, ya, Pa. Kala lagi di—”

“Pulang sekarang juga!” ujar Riko, sebelum sambungan telepon itu terputus.

Kala mendesah kecewa, mengapa di saat seperti ini papanya malah menyuruhnya pulang? Festival baru berjalan 2 jam. Bahkan ia belum sampai pada puncak acara di jam 12 siang, yakni acara penerbangan balon udara beserta harapan-harapan.

Kala menoleh ke sebelah, mendapati Bebe yang menatapnya penuh tanya. Alis lelaki itu naik sebelah, seolah mengindikasikan pertanyaan, “Ada apa?”

“Papa suruh aku pulang, Be,” ujar Kala lemas. Ah, dirinya masih enggan beranjak pulang. Masih banyak agenda yang bisa ia lakukan di festival ini, untuk beberapa jam ke depan, seperti membeli dan memakan kembang gula yang dijual di salah satu stand, atau mungkin membeli jus untuk menyegarkan tenggorokan. Dan, bahkan, ia nyaris lupa akan agendanya membeli bibit bunga matahari.

“Ya udah, yuk pulang,” ajak Bebe, yang kemudian dibalas gadis itu dengan sebuah gelengan kepala. “Loh, katanya udah disuruh pulang?”

“Temenin aku beli bibit bunga matahari.”

Kala bangkit dari bangku yang ia duduki, disusul Bebe. Keduanya berjalan menuju salah satu toko yang kini begitu ramai akan antrean orang-orang.

“Yah, rame banget. Gimana, dong?” cemas Kala.

“Ya, tunggu aja.”

Kala menggeleng. “Tadi papa udah suruh aku pulang, mana ngomongnya penuh penekanan. Aku takut, Be.” Kala menundukkan kepalanya, saling menautkan jemarinya, tanda gadis itu tengah cemas akan sesuatu. “Apa papa marah sama aku? Tapi, ada apa?”

🐝🐝🐝

Dengan perlahan, Kala mendorong pagar rumahnya, menapaki pekarangan, hingga gadis itu berhenti di teras rumahnya. Ada semacam perasaan takut ketika ia hendak membuka pintu utama rumahnya. Bebe yang ada di sebelahnya ikut menegang, seolah dapat merasakan aura-aura ketegangan gadis itu.

Setelah mengumpulkan niat, Kala membuka pintu rumahnya, dan berjalan masuk ke ruang tamu. Baru selangkah, dan ia sudah dapat melihat aura-aura menegangkan dari papa dan mamanya yang duduk di sofa. Dua langkah, masih aman. Tiga langkah, suara bass milik Riko mulai terdengar mengetuk indra pendengaran Kala.

Kala and Her Prince Bee [Completed✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang