"Lena, maukah kau menikah denganku?" pertanyaan yang tiba-tiba itu membuat gadis berambut sebahu itu membulatkan matanya. Dia tidak pernah berpikir akan dilamar oleh kekasihnya dengan mendadak seperti ini.
"Cakra... apa kau bersungguh-sungguh?" suaranya sedikit bergetar.
"Tentu. Aku serius, Lena. Kau mau kan menjadi istriku?" lagi-lagi Cakra menatap Lena dengan matanya yang tajam.
Lena yang ditatap seperti itu hanya dapat tersipu dengan pipinya yang merona merah. Tanpa ia sadari, air mata mengalir perlahan dari kelopak matanya menuju pipinya. "Tentu aku mau, Cakra."
Detik berikutnya, Cakra segera membawa Lena ke dalam pelukannya. "Terima kasih, Lena."
.
.
.
Pemuda bernama Cakra Ganendra sedang duduk di atas tempat tidurnya dengan mengenakan piama berwarna biru tua. Pikirannya melayang pada peristiwa beberapa jam yang lalu. Sebuah peristiwa yang sudah mengikat dia dengan sang kekasih, Lena Dewari atau mulai sekarang bisa dipanggil dengan Lena Ganendra.
Sejak pagi hingga sore, mereka berdua disibukkan dengan upacara pernikahan mereka. Dan sekarang mereka berdua sedang berada di sebuah kamar hotel yang sangat mewah untuk melewati malam pertama mereka.
Cakra sejak tadi sudah duduk di atas tempat tidurnya. Dia sedang membaca sebuah majalah sambil menunggu sang istri yang sedang mandi di dalam kamar mandi. "Ah... membosankan," gumamnya.
CKLEK!
Pintu kamar mandi itu terbuka menampakkan Lena yang sudah memakai baju piama berwarna biru muda. Wajah gadis itu terlihat tersipu saat keluar dari kamar mandi. Pandangannya pun tertuju pada sang suami yang sedang berjalan ke arahnya.
"Cakra..." gumamnya pelan.
"Hn?" Cakra mendekatkan dirinya kepada Lena. "Kau lama sekali."
"Maaf," sahut Lena sambil membungkukan kepalanya.
Cakra yang melihat istrinya itu tampak terpesona. Diarahkannya tangannya ke dagu sang istri guna menaikkan kepala Lena. "Tatap aku, Lena," ucap Cakra sambil tersenyum tipis. Sedangkan Lena hanya bisa menuruti perkataan Cakra. Wajah Lena semakin memerah karena dipandangi Cakra seperti itu.
"Kau siap, Lena?" tanya Cakra tiba-tiba. Lena yang masih keheranan dengan pertanyaan Cakra hanya dapat terdiam tatkala wajah Cakra semakin mendekat. Hidung mereka pun bertemu. Cakra sedikit memiringkan kepalanya guna mempertemukan bibirnya dengan bibir sang istri.
Kedua benda lembut itu saling bertemu. Cakra pun meminta akses lebih dalam di mulut Lena. Lena pun membuka mulutnya dan membiarkan Cakra menguasai mulutnya. Cakra semakin ganas mencium bibir Lena sambil menyalurkan keinginannya untuk memiliki gadis di depannya itu.
"Aku mencintaimu, Lena," ucap Cakra saat ia menjauhkan kepalanya guna menghirup udara.
Baru saja Lena ingin menjawab pernyataan Cakra tapi Cakra sudah lebih dulu mencium bibir Lena lagi. Kali ini sasaran Cakra adalah bibir bawah Lena. Dihisapnya bibir itu hingga terdengar suara. Lena mengalungkan tangannya di leher Cakra sedangkan Cakra menekan kepala Lena guna memperdalam ciuman mereka.
"Hah... hah..." hanya itu yang dapat keluar dari bibir Lena tatkala Cakra menghentikan ciumannya. Wajah Lena sudah sangat memerah. Ini pertama kalinya dia berciuman dengan cara seperti itu.
"Kau cantik, Lena," ucap Cakra sembari mengelus pipi Lena menggunakan punggung tangannya. Detik berikutnya Cakra segera mengangkat Lena dan menidurkannya di atas tempat tidur.