4. During Pregnant [Part 1]

43K 278 3
                                    

Wanita berambut hitam sepunggung itu menatap pantulannya di depan cermin yang ada di kamarnya. Pantulan seorang wanita cantik dengan pipi yang agak tembam, mengenakan baju daster berwarna merah muda. Dan yang paling menarik perhatian si wanita ini adalah perutnya yang membesar.

Disentuhnya perutnya yang membucit itu tatkala ia merasakan suatu pergerakan di dalam sana. "Anak ibu sangat aktif," ucapnya pada si cabang bayi yang masih ada di dalam kandungannya. "Tinggal satu bulan lagi kita akan bertemu, Sayang," tambahnya sambil mengusap perutnya penuh sayang.

"Ah!" wanita bernama Thalia itu tersentak saat ada sepasang tangan yang memeluknya dari belakang. Tangan itu dengan kasih sayang mengusap perutnya. "Daniel! Jangan mengejutkanku," gurau si wanita sambil melihat wajah si pria melalui cermin di depannya yang merupakan suaminya.

"Thalia, kau cantik," goda Daniel pada sang istri.

Thalia mencubit kecil pinggang sang suami. "Jangan mengejekku!" Thalia memasang wajah cemberut tapi tiba-tiba Thalia mendesah, "Ahh..."

Ternyata tangan Daniel dengan nakal meremas kedua payudara Thalia dari belakang. "Sekarang semakin besar saja,"

"Da-ni... el... ahh... ja-ahh... ngaannn..." Thalia berusaha keras berbicara tapi tetap tidak terdengar dengan jelas karena desahannya. Bukan karena tangan Daniel yang sejak tadi meremas dan memijat payudaranya. Tapi juga karena bibir Daniel bergerilya di sekitar leher Thalia bahkan tak jarang menjajah cuping telinganya juga.

"Teruslah mendesah, Thalia. Kau tahu, sudah delapan bulan aku merindukan suara itu," ujar Daniel lalu meneruskan kegiatannya lagi. Tangan Daniel pun semakin nakal, kedua tangan itu menurunkan daster Thalia dan membuat Thalia hanya ditutupi bra dan celana dalam.

Thalia yang wajahnya sudah semerah tomat tak dapat melakukan hal lain selain mendesah dan memejamkan matanya. Jujur saja, dia juga sangat merindukan sentuhan sang suami. Karena kehadiran sang bayi di perut Thalia, mereka sudah tidak pernah melakukan hal yang dulu sering mereka lakukan. Tapi sekarang hasrat terpendam itu memuncak di dalam diri keduanya. Tidak ada yang bisa mengendalikan diri lagi.

"Kau tambah seksi, Sayang," Daniel melepas bra Thalia dan melemparnya ke sembarang arah. Sekarang tangan Daniel lebih leluasa meremas payudara Thalia yang sangat kenyal. "Susumu pasti banyak," Daniel meremasnya dengan sedikit keras dan membuat ASI mengalir dari payudara Thalia.

"Ahhh... Dani-el..." Thalia berusaha berkata di sela desahannya. Dia berusaha membuka matanya dan betapa kagetnya dirinya saat melihat pantulan dirinya di cermin. Tidak ada pakaian, hanya ada celana dalam putih di tubuhnya. Sejak kapan? "Daniel, kau mau apa?" tanya Thalia saat Daniel membalik tubuhnya dan sekarang mereka berdua berdiri berhadap-hadapan.

"Melakukan ini!" sahut Daniel lalu sedikit membungkukan tubuhnya dan menjilat payudara Thalia. Kedua tangan Daniel memegang kedua bahu Thalia agar tubuh Thalia tidak bergerak. Lidah Daniel mulai bergerilya di dua gundukan yang kian membesar itu sejak Thalia hamil.

"Ahh..." selesai menjilat, mulut Daniel melahap salah satu gundukan di depannya. Dihisapnya pelan gundukan itu layaknya bayi yang sedang menyusu. "Ja-jangan Da-Daniel, i-itu mi-ahh... lik bayi ki-taaahhh..." Thalia mendesah lagi saat air susunya keluar dan semuanya dihisap oleh Daniel.

"Enak, Thalia," ucap Daniel. "Sebelum bayi kita yang meminumnya," Daniel menyentuhkan satu tangannya di perut Thalia. "Aku harus lebih dulu mencobanya," lanjut Daniel dan kembali melahap gundukan yang satu lagi. Daniel menyesap semua susu putih yang keluar dari payudara Thalia, tapi kali ini Daniel tidak menelannya. Ia menahan susu itu di mulutnya lalu Daniel menegakkan tubuhnya.

Thalia yang merasakan Daniel berhenti menyusu padanya pun bertanya, "Ada apa?" Daniel mendekatkan wajahnya ke wajah Thalia. Menyatukan kedua bibir berbeda itu. Daniel dengan nakal memindahkan susu di mulutnya ke dalam mulut Thalia. "Nhnn!" Thalia dapat merasakan cairan putih berasa hambar itu melewati indra perasanya tapi sayangnya ada beberapa yang keluar dari mulutnya hingga menetes ke lantai.

Tentang KitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang