14. Papa's Daughter [Part 2]

23.6K 186 2
                                    

"AAKHHHH!! Sa-Sakittt ughhh!" Begitu sampai di dalam mobil, akhirnya Aruna dapat berteriak untuk menyalurkan rasa sakitnya. "Pa-pa, to-tolong," ucap Aruna terbata-bata sambil berusaha melepas bajunya.

Sedangkan Fajar sejenak membeku saat melihat keadaan wanita tercintanya. "Tidak apa-apa, Sayang, semuanya akan baik-baik saja," ucapnya berusaha tenang. Fajar kemudian membantu Aruna untuk melepas baju seragamnya dan kain yang mengikat perutnya.

Perut besar Aruna segera terlihat begitu kain itu terlepas.

"UUGGHHHH!!" Aruna menggeram sambil mencengkram perutnya. Ia menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi. Keringat dingin terus mengalir dari dahinya.

Fajar tak kuasa melihat keadaan kekasihnya itu. Ia hanya bisa mengelus perut Aruna sambil menenangkannya. Sepertinya anak angkatnya ini akan segera melahirkan. "Kita ke klinik Saras sekarang," putus Fajar. Saras adalah dokter kandungan yang mengetahui keadaannya dan Aruna. Untunglah dokter wanita itu tidak pernah ikut campur dengan urusan pribadi pasiennya.

"I-iya," sahut Aruna dengan napasnya yang putus-putus. Wanita itu hanya mengenakan bra saat ini. Rok dan celana dalamnya sudah dilepaskan Fajar. Mereka tidak takut dengan orang di luar karena mobil Fajar berkaca gelap, tidak ada satu pun orang yang bisa melihat keadaan di dalam mobil.

"Perutmu keras sekali," gumam Fajar saat ia mengelus perut besar Aruna. Anak yang dikandung Aruna juga terus bergerak-gerak dan membuat Aruna makin kesakitan.

"Hahh hah hah hah..." Napas Aruna terdengar pendek-pendek.

Saat Fajar akan menjalankan mobilnya, tiba-tiba saja Aruna berteriak kembali hingga membuat Fajar menoleh ke arah anak angkatnya itu. Mata Fajar melebar saat melihat ada cairan yang merembes dari vagina Aruna.

"Air ketubanmu pecah, kita harus cepat ke tempat Saras." Tak menunggu lama, Fajar segera mengemudikan mobilnya dengan cepat. Selama di perjalanan, Fajar terus melirik Aruna yang duduk di sebelahnya.

"Agghhh!! Sa-sakitt sekalii ugghh!" Aruna masih berteriak sambil memeluk perutnya.

"EENNGGHHHH!!" Aruna tidak tahu cara melahirkan. Ia hanya mengikuti instingnya saat kontraksi menyerangnya kembali. "ENNGGHHHHH!! HUHHHNGGG!" desah Aruna panjang sambil mengejan berusaha mengeluarkan anaknya dari perutnya.

Saat berhenti di lampu merah, Fajar dengan cepat menoleh ke arah Aruna. Laki-laki itu menyeka keringat yang membasahi wajah Aruna. Dikecupnya dahi Aruna dengan penuh sayang. "Bersabarlah, sebentar lagi kita sampai," ucapnya.

Aruna hanya bisa menangis sambil terus memeluk perutnya. "Aku tidak kuat, rasanya sakit sekali ugghh huhu..."

Fajar menyentuh perut Aruna dan dapat merasakan ada sesuatu yang keras di atas alat kelamin Aruna. "Sepertinya kepalanya sudah mulai turun."

Wanita yang berada dalam pelukan Fajar itu hanya mengangguk. Sudah sejak tadi ia merasakan ada sesuatu yang mendorong vaginanya.

"Sa-sakit sekali. HHHNGGHHH!! UGGHHHH!" Aruna kembali mengejan.

Mata Fajar melihat ke arah vagina wanitanya. Ada rambut berwarna hitam yang sedikit menyembul saat Aruna mengejan. "Kepalanya mulai terlihat, Sayang."

Aruna menggangguk sambil berusaha mengejan kembali. Tapi saat Aruna menghentikan ejanannya, ujung rambut anaknya kembali tidak terlihat.

TIIINNNN!!

Klakson mobil di belakang membuat Fajar mengalihkan perhatiannya. Rupanya lampu lalu lintas sudah berubah warna menjadi hijau. Dengan sigap Fajar kembali ke kemudi dan menjalankan mobilnya kembali.

Di sebelah Fajar, Aruna masih berusaha mengejan dengan air mata yang terus mengalir di pipinya.

"AKH! AKKHHHHHH!! UNGGGG!! AAAKKHHH!" Kali ini Aruna mencoba mengejan dengan cukup panjang. Rasanya badannya seolah-olah terbelah menjadi dua. Perutnya terasa sakit, vaginanya bahkan terasa lebih sakit lagi.

Tentang KitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang