Sinopsis :
Salah satu tradisi turun temurun yang dimiliki Kerajaan Sonnen adalah:
Wanita yang menikah ke keluarga kerajaan diharuskan masih suci.Tapihal itu dilanggar oleh Richard Sonnenkern sang Putra Mahkota sehingga akhirnyamembuat tunangannya sendiri hamil lebih dulu sebelum upacara pernikahan.
Demi menutupi tradisi yang telah mereka langgar, Clarissa Fruhling yangmerupakan tunangan Putra Mahkota dipaksa untuk menunda proses melahirkannyasampai waktu yang telah ditentukan oleh Ratu Kerajaan Sonnen. Sanggupkah iamelakukan hal tersebut?.
.
.
Happy Reading ^.^
.
.
.
Masih jelas dalam ingatan Richard ketika gadis di hadapannya ini menjadi tunangannya. Teman masa kecilnya yang telah lama ia sukai itu menjadi tunangannya ketika ia berumur 20 tahun. Dan sekarang sudah hampir lima tahun berlalu.
"Richard? Ah kenapa Anda melamun lagi?"
Richard mengerjapkan kedua matanya ketika ada tangan yang melambai-lambai di hadapannya. Dengan jahil ia meraih tangan tersebut kemudian mengecupnya hingga membuat wajah sang empunya menjadi merah.
"Rissa, kau tahu kau terlihat sangat cantik sekarang," ucap Richard menggoda.
Gadis bernama lengkap Clarissa Fruhling itu dengan cepat menarik tangannya dan segera beranjak dari tempat duduknya. Ia kemudian membawa langkahnya pergi ke arah kebun mawar yang ada di istana Kerajaan Sonnen, meninggalkan sang putra mahkota yang masih terduduk di gazebo.
Sebuah senyuman jahil terlihat di wajah Richard tatkala melihat langkah tunangannya itu semakin menjauh. "Dasar, dia masih saja belum terbiasa."
Richard dan Clarissa memang sudah bertunangan selama lima tahun, tapi Clarissa masih saja merasa malu jika mereka mengumbar kemesraannya di depan umum. Itulah yang terjadi sekarang. Gadis itu sengaja pergi ke arah kebun karena tindakannya barusan disaksikan oleh banyak pelayan yang ada di sekeliling gazebo.
Dan seperti biasanya, pasti Richard yang akan mengejar Clarissa. "Kalian semua diam saja di sini," perintahnya kepada semua pengawal dan pelayannya.
Tak perlu waktu lama bagi Richard untuk menemukan Clarissa. Gadisnya itu sedang terpaku pada beberapa bunga mawar merah yang masih setengah mekar.
"Hei," Richard dengan cepat memeluk Clarissa dari belakang. Tak lupa ia juga mengecup sekilas pipinya.
"Anda masih saja suka melakukan ini di luar. Apa Anda tidak malu, Yang Mulia Putra Mahkota Richard Sonnenkern?" cecar Clarissa dengan menekankan kalimat terakhirnya sebelum membalik tubuhnya menghadap Richard.
"Rissa Sayang, kau harus terbiasa. Sebentar lagi kita akan menikah," balas Richard.
"Itu artinya Anda harus semakin menjaga martabat Anda. Tidak baik calon pemimpin kerajaan mengumbar kemesraannya di depan umum."
Bukannya membalas ucapan tunangannya itu, Richard malah hanya tersenyum lebar sembari menarik pinggang Clarissa agar mendekatinya. Iris biru Richard menatap iris keemasan tunangannya dengan penuh damba. Mengerti dengan keinginan sang Putra Mahkota, Clarissa akhirnya menyerah dan membiarkan Richard mencium bibirnya.
Cup!
Awalnya hanya kecupan-kecupan kecil yang diberikan Richard. Kecupan yang mampu membuat Clarissa tersenyum geli bahkan tertawa kecil.