Nevan Ganendra hanya bisa menggeram frustasi mendengar wasiat ayahnya yang baru saja meninggal sebulan yang lalu. Ia harus menikahi seorang perempuan bernama Zanna Dewari yang tidak ia kenal sama sekali. Jika Nevan tidak menikahinya, maka ia tidak akan mendapatkan warisan ataupun perusahaan keluarganya. Dan dengan berat hati akhirnya Nevan menerima persyaratan yang ada di wasiat ayahnya tersebut.
Surat pernikahan sudah ia tanda tangani. Semua hal tersebut sudah diurus oleh asisten ayahnya, Thomas. Hari ini adalah hari pertama ia bertemu dengan istrinya yang umurnya lima belas tahun lebih muda darinya itu. Ayahnya memang sudah gila menikahkannya dengan perempuan yang baru saja lulus SMA.
Thomas membukakan pintu untuk Zanna dan membawa koper milik gadis tersebut. Begitu membuka pintu, mereka berdua sudah disambut oleh Nevan. "Selamat pagi, Paman Thomas," sapa Nevan ramah.
"Pagi, Nevan. Kau terlihat lebih rapi."
"Jadi, dia Zanna, kan?"
Zanna membungkuk sopan, "Sa-salam kenal, namaku Zanna."
"Jangan seperti itu, Zanna. Sekarang kau ini istriku, jangan bersikap formal hanya karena aku lebih tua darimu," sahut Nevan tersenyum lebar.
Zanna juga ikut tersenyum lembut, sepertinya pria di hadapannya ini adalah pria baik.
Nevan mengambil alih koper Zanna dari tangan Thomas. "Aku urus sisanya, Paman."
"Baik, jaga Zanna, Nevan. Aku pergi dulu," balas Thomas kemudian pergi.
Setelah Thomas menghilang, senyum di wajah Nevan juga ikut menghilang. Pandangannya terasa sangat menusuk di mata Zanna dan berhasil membuat Zanna bergidik. "Ne-Nevan?" ucapnya.
"Ikut aku, Zanna," Nevan menarik tangan Zanna dengan kasar. Dibawanya Zanna ke lantai dua tepatnya ke kamar yang akan mereka tempati berdua yang semula adalah kamar Nevan.
Nevan menghempaskan begitu saja koper di tangannya ke pojok ruangan lalu mengunci pintu kamarnya. "Jadi, Zanna," ucapnya sambil melepas pergelangan tangan Zanna. "Aku mau tanya, apa alasanmu menandatangani surat pernikahan kita?"
Dipandangi dengan tatapan menusuk seperti itu membuat Zanna ketakutan. Dia menunduk sambil meremas kedua tangannya. "A-aku... a-aku..."
"Cepat jawab, Zanna."
Zanna tetap saja gugup, remasannya semakin kuat. Ditanyakan oleh pria asing dengan pertanyaan yang sangat tidak ingin dia dengar. "Uang. A-aku perlu uang," aku Zanna.
Sebuah seringaian muncul di wajah Nevan. "Cih! Kau sama saja seperti perempuan-perempuan jalang di luar sana. Uang, uang, dan uang," ucap Nevan sambil mendekati Zanna dan berhasil membuat Zanna mundur. "Jika dibiarkan begitu saja, kau bisa menjadi perusak keluarga orang, Zanna," geram Nevan dan mengunci Zanna di antara kedua tangannya.
Zanna hanya bisa memandang Nevan dengan tatapan horor. Sepertinya pria di hadapannya ini telah salah paham. Zanna bukan gadis seperti itu. Melihat seringaian di wajah Nevan membuat bibirnya kelu. Ingin ia menjelaskan duduk perkara yang sebenarnya tapi ketakutan telah menguasainya.
"Tidak bisa berkata-kata lagi, Zanna? Kenapa? Kedokmu terbongkar, hm?"
Zanna benar-benar tidak bisa bergerak saat ini. Tatapan mata Nevan benar-benar seperti menelanjanginya. Dia sudah tidak bisa bergerak. Punggungnya terhalang dinding sedang sisi kanan dan kirinya terhalang kedua lengan Nevan.
"Bu-bukan," gumamnya lirih.
"Hm? Bukan apa? Kau berusaha mengelak?" Nevan semakin mendekatkan dirinya. "Aku akan memberi pelajaran bagi perempuan sepertimu, Zanna."
Detik berikutnya, Nevan sudah menarik paksa baju kemeja Zanna hingga beberapa kancingnya terlepas.
"Ahh!" satu teriakan keluar dari mulut Zanna.
"Berisik! Jangan sok suci, kau pasti sering menjual tubuhmu demi uang, kan?" ujar Nevan sambil menarik kedua pergelangan Zanna dan meletakannya tepat di atas kepala Zanna. Mencengkramnya dengan sangat erat dengan kanan kirinya.
"A-apa yang akan kau lakukan?" ujar Zanna takut-takut.
Nevan semakin menekan tangan Zanna hingga gadis itu merintih. "Melakukan hal yang pasti sudah sering kau lakukan, Zanna,"
Dengan sekali tarik, bra yang ada di tubuh Zanna terhempas menampilkan payudaranya yang ukurannya di atas rata-rata. Nevan tersenyum menyeringai. "Aku yakin dengan tubuh seperti ini, kau bisa menghasilkan banyak uang setiap harinya. Tapi melihat kau menandatangani surat nikah itu, aku rasa kau benar-benar serakah, Zanna. Aku benar-benar benci perempuan sepertimu!"
"Akh!" erang Zanna saat Nevan tiba-tiba menggigit buah dadanya dengan sangat keras. "AHH! Ku-kumohon hen-hentikan," genangan air mata terlihat jelas di mata Zanna.
Zanna memang memerlukan uang tapi dia bukan pelacur seperti yang dipikirkan Nevan. Zanna bukan gadis serakah, dia memerlukan uang yang cukup banyak demi kepentingan ayah kandungnya, bukan demi kesenangan pribadinya. Ingin Zanna menjelaskan hal itu tapi Nevan sudah begitu brutal menyerangnya hingga Zanna sulit berbicara.
Bukan hanya buah dadanya yang menjadi sasaran gigitan Nevan. Tapi leher juga telinganya berkali-kali ia gigit. Perih dapat Zanna rasakan di sekujur tubuhnya. Air matanya sudah tak terbendung lagi.
Nevan masih tetap menggigit area payudara Zanna dan sesekali menghisapnya. "Akh! Akh!" hanya erangan kesakitan yang keluar dari bibir Zanna diikuti dengan isakan tangisnya.
Berhenti menghisap, Nevan menggigiti lagi payudara Zanna dan kali ini benar-benar membuatnya berdarah. Tangisan Zanna semakin keras.
"Lihat! Lihat! Kau masih berusaha berpura-pura menyembunyikan jati dirimu, Zanna?" tanya Nevan sambil memperhatikan wajah kesakitan Zanna.
Nevan benar-benar benci dengan wanita yang rela mengorbankan semuanya demi mendapatkan uang. "Cih!" Nevan semakin kesal saat melihat Zanna. "Kau benar-benar harus diberi pelajaran, Zanna!" Nevan mempererat cengkramannya pada kedua tangan Zanna.
Hanya dengan satu hentakan, kali ini rok yang berada di pinggang Zanna terlepas. Jantung Zanna semakin memompa darah dengan cepat. Wajah Zanna memerah dengan tangisan yang masih belum berhenti.
Tangan kanan Nevan membuka resleting celananya dan mengeluarkan penisnya yang sudah ereksi hanya karena melihat tubuh molek Zanna. "Aku tidak akan memberi ampun perempuan sepertimu," ucap Nevan kemudian menarik turun celana dalam Zanna.
Mata Nevan dapat melihat kemaluan Zanna yang menggiurkan. Benar-benar sesuai dengan ukuran dada Zanna. Tanpa melakukan pemanasan lagi, Nevan menyentakkan penis ke lubang vagina Zanna dengan sangat kasar.JLEBB!
"AKKH! Khh!" teriak Zanna saat penis Nevan berhasil menembus keperawanannya. Kakinya serasa lemas seketika karena benda asing yang memasuki tubuhnya.
Tanpa menghiraukan keadaan Zanna yang sudah sangat hancur, Nevan memaju-mundurkan penisnya di lubang vagina Zanna. Ingin melihat Zanna semakin tersiksa, Nevan dengan kasar menggigiti leher Zanna sembari menahan nikmat yang dirasakannya.
Zanna hanya bisa pasrah diperlakukan seperti ini. Tenggorokannya sudah benar-benar kering hanya untuk sekedar berbicara. Rasa sakit di selangkangannya kini sudah menyebar ke seluruh tubuhnya. Dengan penis yang sangat besar memasuki liangnya yang sempit. Ditambah lagi Zanna baru pertama kali melakukan hal seperti ini dan ia diperlakukan dengan sangat kasar dan brutal.
Nevan sendiri benar-benar merasa nikmat di antara perasaan kesalnya. Tubuhnya semakin kencang memompa Zanna. Benar-benar tidak dihiraukannya Zanna yang sudah penuh peluh dan kesakitan. Mata Zanna tampak sangat sayu. Sedangkan Nevan masih tetap memaju mundurkan penisnya dengan tempo yang tidak teratur, dia benar-benar berusaha membuat Zanna kesakitan.
"Grr..." desah tertahan Nevan saat ia merasakan dirinya akan klimaks.
Nevan semakin mempercepat gerakan tubuhnya. Dan gigitannya semakin keras di leher Zanna. Akhirnya dengan hentakan yang sangat keras, Nevan berhasil klimaks dan menumpahkan benihnya di dalam rahim Zanna.
Nevan masih menikmati sisa-sisa orgasmenya saat ia merasa tubuh perempuan di hadapannya merosot. Nevan melepaskan penisnya dari tubuh Zanna dan membiarkan tubuh Zanna merosot ke bawah.
Bibir Nevan naik sebelah saat ia melihat keadaan Zanna yang benar-benar hancur. Dia pingsan, sepertinya Nevan sudah memberi pelajaran yang sangat baik.
"Pelajaran yang cukup untukmu, wanita jalang," umpatnya lagi sembari membenahi pakaiannya sendiri.
Saat itulah, mata Nevan tanpa sengaja melihat sesuatu yang mengalir dari vagina Zanna. Cairan berwarna kemerahan dengan campuran putih yang sepertinya sperma milik Nevan.
DEG!
Jantung Nevan seakan berhenti berdetak saat itu juga. Ada apa ini? Dia masih perawan? Apa hipotesanya soal perempuan ini salah? Bukannya semua perempuan yang berumur belasan dengan tujuan utama berupa uang seperti Zanna sama saja dengan pelacur. Nevan yakin akan hal itu. Tipe-tipe remaja belasan yang rela menyerahkan tubuhnya demi uang dan barang-barang mahal. Tapi, dia... Zanna... kenapa dia masih perawan?
Satu titik keringat dingin turun dari dahi Nevan dan menetes melewati pipinya. Cukup sulit bagi Nevan untuk meneguk ludahnya sendiri. Dia yakin Zanna adalah tipe perempuan jalang. Tapi saat mengetahui Zanna masih perawan, mau tak mau hal ini membuat keyakinan Nevan goyah.
Saat itulah pandangan Nevan bertemu dengan koper Zanna yang ia lempar seenaknya tadi. Ada sesuatu yang menarik perhatiannya. Sebuah buku yang sedikit menyembul keluar di antara resleting yang sedikit terbuka.
Nevan mengambil buku bersampul ungu tersebut. Dibukanya halaman demi halaman, sepertinya itu buku diari milik Zanna. Dia membuka buku itu pada halaman terakhir yang berisi tulisan singkat Zanna mengenai ayahnya yang sedang koma di rumah sakit.
Hal ini semakin menohok Nevan. Penilaiannya telah salah terhadap Zanna, dia gadis baik-baik yang begitu menyayangi ayahnya yang bahkan rela melakukan pernikahan aneh demi uang untuk operasi ayahnya.
Nevan menggigit bibir bawahnya kemudian memperhatikan keadaan Zanna yang berantakan di dekat pintu. "Dasar bodoh," umpatnya pada dirinya sendiri.
Dengan langkah sedikit terhuyung, Nevan mengangkat tubuh Zanna perlahan dan merebahkannya di atas tempat tidurnya. Ada begitu banyak bercak darah di sekujur tubuh Zanna dan itu hasil gigitan Nevan.
Belum pernah selama hidupnya Nevan merasakan rasa bersalah sebesar ini. Gadis baik hati sepertinya sudah ia hukum dengan tidak sepantasnya.
Dengan cepat, Nevan keluar dari kamarnya dan mengambil air hangat di dapur beserta dengan handuk bersih. Sesampainya di kamar, Nevan secara perlahan membersihkan tubuh Zanna dan mengobati luka-luka di sekujur tubuhnya.
Hati Nevan semakin kelu saat melihat hasil perbuatanyaan pada gadis tak bersalah seperti Zanna. Setelah membersihkannya, Nevan secara perlahan mengenakan pakaian yang dia ambil secara asal dari koper Zanna. Kemudian menutupi gadis itu dengan selimut tebal sampai sebatas lehernya.
Wajah Zanna yang semula datang ke rumah itu dalam keadaan segar, kali ini telah berubah seperti mayat. Dengan bibir yang pucat serta mata yang bengkak karena terlalu banyak menangis.
Nevan duduk di tepi tempat tidur dan tanpa sadar menggerakkan tangannya guna menyusuri lekuk wajah Zanna. "Maaf... Zanna," ucapnya dengan penuh penyesalan..
.
.
FIN
***
Terima kasih sudah membaca cerita ini.
Vote akan sangat membantu author untuk semakin semangat menulis ^^