Anjani menghembuskan napas untuk menstabilkan detak jantungnya. Dipeluknya tugas besarnya di dadanya dengan erat. Ada nilai C tertera di halaman depan tugasnya itu.
Setelah mengumpulkan keberaniannya, Anjani mengetuk pintu ruangan yang ada di hadapannya.
Tok! Tok!
Terdengar suara langkah kaki dari dalam kemudian pintu terbuka dan wajah professor yang mengajar di salah satu mata kuliah Anjani terlihat.
"So-Sore Prof. Haris, saya mau konsultasi untuk tugas besar saya," ucap Anjani gugup.
Dosen yang bernama Haris Ganendra itu memiringkan kepalanya sejenak. "Oh, kau Anjani Dewari? Anak dari pemilik yayasan universitas kan?"
Anjani menggigit mulut bagian dalamnya ketika mendengar pangkat ayahnya disebut. Ayahnya adalah salah satu orang yang ditakuti Anjani. Bagi ayahnya, Anjani diharuskan untuk selalu mendapat nilai sempurna. Karena itulah, sekarang Anjani menemui Haris. Ia ingin meminta tugas tambahan untuk memperbaiki nilainya. Gadis itu benar-benar tidak ingin mendapat amarah ayahnya.
"I-iya, Prof," sahut Anjani akhirnya.
Haris menyingkir sedikit dari pintu. "Masuklah, kita bicara di dalam."
Anjani masuk ke dalam, tanpa sadar ia memperhatikan ruangan milik dosennya itu. Dosen yang baru berumur 35 tahun itu adalah dosen termuda di jurusannya tapi sudah memiliki gelar professor. Bahkan demi membuatnya bisa mengajar di sini, ia diberikan fasilitas ruangan pribadi. Selain masih muda, wajah dosennya ini juga bisa terbilang tampan. Ada banyak mahasiswi yang diam-diam menyukainya. Ditambah lagi, status dosennya ini masih lajang.
"Kenapa berdiri saja? Duduklah di sofa." Ucapan Haris membuyarkan lamunan Anjani.
"A-ah, iya." Gadis berambut hitam panjang itu menurut kemudian duduk di sofa yang ada di tengah sambil meletakkan tugas besarnya di atas meja.
Haris duduk di sebelah Anjani sambil menghela napas. "Jangan bilang kau ke sini untuk meminta tugas tambahan agar nilai tugas besarmu ini bisa berubah?"
"Ba-bagaimana?" Anjani terkesiap sambil menoleh ke arah Haris.
Kembali laki-laki berperawakan tinggi itu menghela napas. "Kau adalah anak kelima yang meminta tugas tambahan hari ini." Haris bangun dari posisinya kemudian mengambil sebuah botol dari dalam kulkas yang ada di sana.
"Dengar, Anjani," ucap Haris setelah kembali duduk di sebelah Anjani. "Apa aku terlihat seperti dosen baik hati di matamu? Aku bukan orang yang bisa seenaknya mengubah nilai mahasiswa. Kalau aku hanya memberikan kesempatan untuk mengubah nilai kepadamu, bukankah itu tidak adil untuk teman-temanmu yang lain, hm?"
Jantung Anjani berdegup kencang mendengar perkataan dosennya ini. Ini tidak boleh terjadi! Ia harus bisa mengubah nilainya. Ia harus bisa menjadi anak sempurna di depan mata ayahnya. Ia tidak boleh mempermalukan nama besar ayahnya. Ia harus bisa lulus dengan nilai sempurna seperti kakaknya.
"Kumohon. Aku akan melakukan apapun!" ucap Anjani mantap.
Sebuah senyuman muncul di wajah Haris. "Apapun? Kau yakin, Anjani?"
Anjani menganggukkan kepalanya cepat.
"Kalau begitu," ucap Haris sambil meraih tangan kiri Anjani dan meletakkannya di bagian selangkangan miliknya.
"Ehh?!" Anjani terkesiap saat tangannya merasakan bentuk penis dosennya walau masih terhalang celana. Ia ingin menarik tangannya tapi Haris mencengkram tangannya lebih erat.
Senyuman Haris berubah menjadi seringaian saat melihat wajah Anjani yang mendadak pucat pasi. Laki-laki itu mendekatkan bibirnya pada telinga Anjani. "Bantu aku masturbasi, bagaimana? Kalau kau berhasil membuatku klimaks, aku akan memberimu nilai A. Aku baik, kan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang Kita
RomantizmKumpulan cerita tentang percintaan, hamil, dan melahirkan.