Gadis bernama Kaira Dewari itu terlihat sedang bersenandung riang sambil membuat pasta tomat kesukaan tunangannya. Hatinya sudah tidak sabar untuk menunggu kepulangan laki-laki yang sangat dicintainya itu. Sudah selama seminggu lebih Theo melakukan perjalanan dinas keluar kota karena pekerjaannya dan hari ini ia akan pulang.
Ya, pulang. Pulang ke apartemen yang sudah mereka berdua tempati sejak setahun yang lalu. "Ya, sudah selesai," ucap Kaira saat melihat saos tomat yang akan dicampur dengan pasta. Baru saja ia akan mengambil pasta, ia mendengar suara pintu apartemennya dibuka. "Itu pasti Theo," ucapnya ceria sambil mematikan kompor.
Dengan langkah ringan Kaira melangkah menuju ambang pintu. Matanya mendapati Theo yang sedang membuka sepatu di dekat rak sepatu. "Theo."
Merasa ada seseorang yang memanggilnya, Theo mengangkat kepalanya. Mata hitamnya segera bertemu dengan manik coklat milik Kaira. Senyum tipis tercipta di wajah Theo saat ia melihat tunangan yang sangat dicintainya itu.
Belum sempat Theo membalas panggilan Kaira, dirinya sudah lebih dulu dipeluk sehingga membuat Theo sedikit terhuyung ke belakang. "Aku merindukanmu, Kaira."
"Aku juga sangat merindukanmu, Theo," balas Kaira. Theo semakin mengeratkan pelukan mereka sambil menumpahkan segala kerinduan yang mereka rasakan. Pria bermarga Ganendra itu menenggelamkan kepalanya di leher Kaira, berusaha menghirup aroma gadisnya itu sebanyak-banyaknya.
"Kau sudah makan malam?" tanya Kaira yang disambut dengan gelengan Theo. "Bagus, kalau begitu kau mandi dulu lalu makan."
Kali ini Theo menjauhkan kepalanya dan menatap lekat-lekat Kaira. "Tapi aku ingin memakanmu, Kaira."
"Eh?"
Belum sempat Kaira bereaksi, Theo sudah lebih dulu mencium bibirnya brutal dan mendorongnya hingga punggung Kaira menyentuh tembok. Bibir Theo dengan lihai membelai bibir atas dan bibir bawah Kaira bergantian.
"Hhh..." Kaira mendesah. Saat bibir mereka terpisah, Theo dapat melihat wajah Kaira yang merona merah dengan tatapan sayu. Ah sial! Dia benar-benar tidak dapat mengelak kalau dia sangat merindukan gadisnya ini.
Baru satu tarikan napas yang dapat Kaira ambil, tapi Theo sudah membungkam mulutnya lagi. Kali ini lidah Theo yang memanjakan mulut Kaira. Otot tanpa tulang itu segera mencari langit-langit mulut Kaira yang memang sangat sensitif.
Theo bahkan sengaja memperlambat gerakan lidahnya saat menyentuh langit-langit mulut Kaira. "Engghh..." Kaira mengerang erotis saat rasa geli menjalari tubuhnya.
Jika mulut Theo sibuk dengan mulut Kaira, maka kedua tangan Theo sejak tadi sudah berhasil melepas celemek Kaira dan sekarang sedang menggulung kaos Kaira ke atas. Ciuman Theo terlepas lagi. Pria itu menyeringai saat melihat keadaan Kaira yang sudah kacau, membuat selangkangan Theo terasa panas seketika.
"Kau menggoda, Sayang," ucap Theo sambil menaikkan bra Kaira sehingga terlihatlah dua gunung kesukaan Theo. Tanpa aba-aba, laki-laki itu menjilat salah satu payudara Kaira. Sedangkan tangan kanan Theo dengan asyik mengelus dan meremas payudara yang lain.
Kedua tangan Kaira hanya bisa meremas rambut Theo sambil terus mengeluh. "Enghh... Ahhmm... Theoohh..."
"Hn?" tanya Theo sambil menaikkan kepalanya dan mempertemukan bibir mereka kembali. Tangan kanan Theo masih setia meremas payudara Kaira. Sedangkan tangan kirinya sudah berhasil turun ke paha Kaira dan menyelinap masuk ke rok juga celana dalam Kaira.
Karena gesekan erotis Theo di vaginanya, Kaira merasa semakin panas. Tubuhnya sudah tidak sabar dan ia ingin meminta lebih dari ini. Tempo Theo terlalu lambat, tunangannya ini pasti sedang berusaha mengerjainya. Saat ciuman mereka terputus, Kaira menatap Theo memohon.