Ruangan gudang peralatan olahraga yang biasa bernuansa gelap ditambah dengan bau apek itu, sekarang sedikit terasa berbeda karena dua remaja yang sedang melakukan sesuatu di sana. Nuansa di sana terasa sedikit panas dan erotis apalagi sejak tadi ada suara desahan yang menggema.
"Asha, kau basah," ujar seorang pemuda yang sedang asyik mengocok vagina Asha dengan jari tengahnya. Jari telunjuk dan jempolnya setia memainkan klitoris yang terus membuat Asha mendesah kenikmatan. Wajah Asha yang seputih porselen itu mulai berwarna kemerahan seperti kepiting rebus.
"Nat... Nathann... ahh..." desahan erotis Asha semakian menggoda saat Nathan lagi-lagi mengulum payudaranya yang terbuka karena baju seragamnya disingkap ke atas oleh Nathan.
Nathan dengan jahil memperlambat gerakan tangannya. Asha mulai protes tapi tetap tidak bisa mengeluarkan suaranya dengan jelas. Nathan mengangkat wajahnya dari dada Asha lalu mengulum bibir kemerahan Asha. Lidah Nathan memasuki lorong penuh lendir itu. Menyatukan dua rasa saliva berbeda di dalamnya. Asha berusaha membalas tapi selalu kalah oleh Nathan.
"Nnhh..." Asha mulai kehabisan napas tapi Nathan tetap mengulum bibir Asha bahkan kulumannya terasa semakin keras saat Nathan mendorong Asha ke arah dinding. Tangan kanan Nathan memijat payudara kenyal Asha yang sangat menggoda.
Melihat Asha yang sudah sulit bernapas, Nathan melepas kulumannya. "Cantik," gumam Nathan lalu menawan bibir Asha lagi. Tangan kiri Nathan tetap mengocok vagina Asha dengan gerakan yang sangat keras. Tiga jari sudah masuk ke dalam lorong hangat itu.
"Ahhhnnn... Nathann..." Asha mendesah sangat panjang. Cairannya membasahi jari-jemari tangan kiri Nathan.
"Cepat sekali, Asha," Nathan menghisap jari-jarinya yang berisi cairan Asha. "Manis seperti dirimu."
Asha tersenyum menggoda mendengar ucapan Nathan sambil mengatur napasnya karena ia baru saja selesai orgasme. Nathan mendekatkan kepalanya ke leher Asha. Menciumnya di beberapa sisi diukuti dengan hisapan keras dan satu gigitan. "Ah!" Asha mengerang sekaligus mendesah.
Nathan menyeringai melihat penampilan kekasihnya itu. Baju seragam dan bra terangkat ke atas. Roknya berada di lantai, celana dalamnya tertahan di lutut. "Nah, Asha," ucapan Nathan menggantung. Nathan menggerakkan tangannya guna menurunkan resleting celananya dan mengeluarkan kejantannya yang sudah tegak berdiri. "Sekarang giliranmu," lanjut Nathan.
Asha yang mengerti akan ucapan Nathan lalu bersimpuh di hadapan Nathan. Membuat kejantanan Nathan tepat berada di hadapan Asha. "Kau menegang, Nathan," ucap Asha sembali memegang kejantanan Nathan.
"Cepatlah Asha," perintah Nathan. Asha lalu menjilat ujung kejantanan Nathan dengan gerakan memutar, membuat saliva menutupi kejantanan Nathan. Asha menurunkan lidahnya lalu naik lagi, terus seperti itu. Kedua tangan Asha tak tinggal diam, tangannya mengelus-ngelus kedua testis Nathan. Indra peraba Asha dapat merasakan betapa kasar dan berkerutnya skrotum Nathan. "Bagus As-Asha," gumam Nathan saat Asha mulai mengulum penisnya dengan gerakan cepat.
"Kau menyukainya?" tanya Asha lalu kembali mengulum penis Nathan.
"Nhnn..." Nathan menahan desahannya. Wajahnya sedikit memerah karena ulah Asha di bawah. "Cu-cukup," ucap Nathan dan menarik Asha berdiri. "Sekarang giliranmu, Asha," Nathan lagi-lagi memojokkan Asha ke dinding. Tangan Nathan menaikkan kaki kiri Asha ke pundak kanannya. Jari tangan kirinya membuka labium minora dan mayora Asha sedangkan tangan kanannya mempersiapkan kejantanannya di depan lubang vagina Asha. "Kau siap?"
Asha mengangguk lalu menumpukkan kedua tangannya di pundak Nathan. Nathan memasukkan ujung kejantanannya.
TEETT! TEETT!
Tapi suara bel masuk pelajaran kelima membuat tangan Nathan berhenti memasukkan penisnya. Asha terkesiap lalu cepat-cepat menurunkan kakinya dari pundak Nathan. "Kita harus ke kelas, Nathan."