Sinopsis :
Arya dan Indah sudah menikah selama 10 tahun tapi belum dikaruniai anak. Hingga sebuah kejadian membuat Arya tanpa sengaja menghamili keponakan dari istrinya sendiri yang bernama Tari. Arya dan Tari menjalani hubungan terlarang itu di belakang keluarga besar Indah.
Tari yang awalnya mengira Arya akan jauh lebih menyayanginya terpaksa harus menerima kenyataan pahit. Karena pada akhirnya Arya lebih memilih menemani Indah yang sedang sakit daripada menemani Tari yang sedang dalam keadaan kontraksi melahirkan.
.
.
.
Happy Reading ^.^
..
.
"Sayang, bangun, ini rumahnya Mas Lukman udah deket," ucap Arya sembari mengelus kepala istrinya yang sedang tertidur di kursi penumpang.
Indah mengerjap-ngerjapkan matanya tatkala melihat mobil suaminya berbelok di dekat gang rumah kakak tertuanya. Setelah mengucek matanya, ia tersenyum saat gerbang besar berwarna hitam masuk ke indra penglihatannya.
"Aku kangen berat sama Mas Lukman, Yang."
Arya terkikik kecil melihat tingkah istrinya yang seperti anak kecil kalau akan bertemu dengan kakak tertuanya, padahal umurnya sudah 37 tahun. "Iya, ya? Udah setahun kita gak ketemu."
"Untungnya sih Mas Lukman tetep ngadain acara tahun baruan bersama terus. Katanya sih sekalian jadi acara selamatan soalnya si Irvan berhasil keterima kerja di perusahaan gede."
Arya hanya manggut-manggut mendengar penuturan sang istri. "Irvan itu anak pertamanya Mas Lukman?"
"Iya, Sayang, yang selalu dipuji-puji pinter sama Mbak Nindya," balas Indah. "Kyaknya lupa tu Mbak Nindya kalau dia juga punya anak cewek," tambahnya.
"Kok jadi kesel gitu sih, Yang?"
"Habisnya gimana dong, Yang? Dia udah dititipin dua anak, kok bisa-bisanya pilih kasih gitu? Sedangkan kita bertahun-tahun berusaha belum juga dikasi. Padahal aku yakin bisa jadi ibu yang lebih baik dari Mbak Nindya."
Saat itu tepat mobil mereka sampai di depan pintu rumah Lukman. Terlihat satpam yang bekerja di sana membuka gerbang sebelum tersenyum ke arah Arya ketika lelaki itu menurunkan jendela mobilnya.
Tak lebih dari lima menit, Arya memarkirkan mobilnya. Ia melepas sabuk pengamannya dan milik istrinya. Kedua lengan besarnya itu kemudian merengkuh sang istri. Suasana hati istrinya pasti langsung jadi buruk kalau sudah membicarakan perihal anak.
Mereka memang sudah menikah selama sepuluh tahun dan sampai saat ini masih belum dikarunia seorang anak. Dokter mengatakan kalau memang sperma Arya sedikit lemah dan sel telur Indah juga sulit dibuahi. Tapi mereka tidak pernah menyerah. Segala macam usaha sudah pernah mereka coba.
Indah semakin menenggelamkan kepalanya pada dada bidang suaminya. Dibiarkannya Arya menepuk-nepuk punggungnya. Rasanya nyaman sekali.
"Sudah lebih tenang?" Arya merenggangkan pelukannya kemudian mengecup bibir istrinya sekilas yang langsung dapat membuat Indah tersenyum. "Yuk turun."
.
.
.
Lukman yang sudah berumur 52 tahun segera menyambut adik bungsunya dengan sebuah pelukan. "Gimana kabarmu?"
Indah mencium punggung tangan kakak tertuanya itu. "Baik, Mas. Yang lain belum datang?"
"Baru kalian aja yang datang."
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang Kita
RomantizmKumpulan cerita tentang percintaan, hamil, dan melahirkan.