22. Duchess Eisberg

7.3K 67 1
                                    

Sinopsis :

Atas perintah Kaisar, Rosalind Mondlicht diharuskan menikah dengan Duke dari utara yang jauh lebih tua 10 tahun darinya itu. Perbedaan umur tidak membuat Rosalind gentar selama kompensasi pernikahannya itu dapat memberikan keuntungan untuk kerajaannya.

"Pa-padahal saya sudah menyiapkan hati dan diri saya jika saya hanya akan dianggap sebagai istri di atas kertas saja. Tapi, ternyata Yang Mulai sangat baik kepada saya."

Tapi akankah kebaikan suaminya itu tetap bertahan? Karena pada akhirnya suaminya itu memilih untuk meninggalkannya ketika Rosalind sedang hamil besar.

.

.

.

Happy Reading ^.^

.

.

"Nona Rosalind, kereta kudanya sudah siap, saatnya berangkat," ucap seorang gadis muda berambut coklat kepada majikannya.

Majikannya yang terbalut gaun berwarna putih bersih itu tersenyum kecil ke arahnya. Rambut pirangnya berayun lembut tatkala ia menoleh, mata birunya memandang teduh ke arah pelayannya itu. "Kalau begitu bersiaplah, Sara," sahutnya kemudian.

Sebelum benar-benar keluar dari kamar yang ia tempati selama tujuh belas tahun itu, Rosalind menatap sekeliling demi menyimpan semua kenangan yang ia miliki di kamar ini.

Saat kakinya membawanya turun ke lantai satu rumahnya, ada banyak pasang mata yang memandangnya. Sebagian besar menatapnya dengan perasaan sedih dan tak percaya. Rosalind hanya dapat tersenyum sambil membalas semua tatapan mata pelayannya.

Di ujung tangga ada ayah dan ibunya yang telah menunggunya.

"Rosa ...," Tak kuasa menahan kesedihannya, sang ibu langsung memeluknya begitu Rosalind sampai di ujung anak tangga. "Ibu akan sangat merindukanmu."

Melihat ibunya menitikkan air mata membuat hati Rosalind goyah, tapi ia berusaha sekuat tenaga untuk menahan tangisannya. Semua yang ia lakukan saat ini adalah demi kepentingan Kerajaan Bedeckt. Sebagai keturunan dari keluarga bangsawan Dukedom Mondlicht, ini merupakan kewajiban yang harus ia lakukan.

"Rosa akan sering mengirimi ibu surat ... Rosa janji, Bu," tutur Rosalind lembut.

Begitu sang ibu dapat menghentikan tangisannya, Rosalind menatap ke arah ayahnya. "Ayah ..."

Memang sang ayah tidak menangis, tapi Rosalind tahu kalau pria yang memiliki rambut pirang itu juga sedang bersedih dalam hatinya. "Ayah bangga padamu, Nak. Semoga kau dapat menemukan kebahagiaan di sana."

"Terima kasih, Ayah," sahut Rosalind tersenyum.

Perpisahan keluarga kecil itu berjalan begitu cepat.

Dan sekarang Rosalind sudah berada dalam kereta kuda bersama dengan Sara, satu-satunya pelayan yang akan ia bawa. Semua kopernya juga sudah diletakkan di dalam kereta barang. Sekali lagi Rosalind menatap wajah kedua orang tuanya melalui jendela.

"Ayah, Ibu, selamat tinggal," pamitnya sedih. Matanya dapat melihat sang ibu yang kembali menangis dalam pelukan ayahnya begitu kereta kuda berjalan.

Sara sejak tadi hanya diam menyaksikan betapa tegarnya majikannya itu. Padahal majikannya baru saja berumur tujuh belas tahun tapi sikapnya sangat dewasa.

Sara kembali mengingat kejadian sebulan yang lalu, tepat saat pesta kedewasaan nona mudanya. Awalnya pesta berjalan dengan sangat lancar dan meriah, masih jelas diingatan Sara bagaimana wajah bahagia dari Rosalind. Tapi menjelang tengah malam, tiba-tiba utusan dari Kekaisaran Himmel datang.

Tentang KitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang