Pelajaran Untuk Anita

6.2K 321 1
                                    

"Nit, kamu kenapa?" tanya Mas Arya panik saat melihat Anita menggaruk-garuk tubuhnya.

"Gak tau, Mas badan aku gatal-gatal semua, kayaknya aku alergi seafood," jawab Anita sambil terus menggaruk tubuhnya yang terasa gatal.

Aku yakin Anita alergi, seperti yang dibilang Mamanya Anita alergi seafood, setelah memakan seafood, tidak perlu menunggu lama tubuhnya langsung terasa gatal. Maaf ya Nit! Habisnya kamu ngeyel sih.

"Mas, tubuhku gatal semua, Mas," teriaknya yang terlihat mau menangis.

Dalam hati kasian juga, tetapi mau bagaimana lagi aku harus sedikit lebih tega agar dia kapok.

"Kok, kamu gak ngomong kalau, kamu alergi seafood," ucapku pura-pura tidak tahu. Dalam hati aku tertawa.

Ia tidak menanggapi dan masih terus sibuk menggaruk tubuhnya.

Saat tengah memperhatikan Anita tiba-tiba ponselku bergetar, sebuah pesan masuk dari Hani, aku sengaja janjian sama Hani. Saat tubuh Anita mulai alergi aku akan pergi bersama Hani, dan berpura-pura sibuk. Tentu saja aku tidak mau direpotkan dan dimintai bantuan ini itu.

Kulihat Mas Arya sibuk menenangkan Anita yang sudah tidak tahan menahan rasa gatal disekujur tubuhnya, ia begitu perhatian. Melihat itu seketika dadaku terasa nyeri. Tetapi, aku tidak boleh lemah menghadapi orang-orang seperti mereka.

Rasanya tidak adil jika hanya Anita yang diberi pelajaran, Mas Arya juga harus di kasih pelajaran. Untuk itu, biar nanti kupikirkan pelajaran apa yang pantas untuk diterima Mas Arya tersayang. Sekarang saatnya aku happy dulu sama Hani.

"Mas, maaf ya aku gak bisa bantu, nenangin Anita. Aku lupa ada janji sama Hani. Aku pergi dulu ya!" pamitku yang sengaja ingin pergi meninggalkan rumah, biar saja Mas Arya menjadi kemarahan Anita. Aku yakin perempuan itu akan mengamuk mendapati kulit mulusnya mulai tergores kukunya. Rasakan sendiri akibat dari permainan gila kalian.

"Iya," ucap Mas Arya tanpa menoleh dan sibuk membantu Anita menggaruk tubuhnya. Lalu, berhenti sejenak. "Maaf, Mas gak bisa anter," ucapnya kemudian.

"Gak apa-apa, Mas urus saja Anita," balasku.

Kalau tidak mengingat akan sisi kemanusian ingin rasanya aku kutertawa sepuasnya di depan Anita yang sudah tak karu-karuan ekpresinya.

Aku segera menemui Hani yang sudah menunggu di depan.

"Lama amat, Neng," gerutunya, saat melihatku sudah berdiri di depannya.

Aku hanya tersenyum, lalu memeluk tubuh sahabatku itu dan menceritakan hal yang barusan terjadi.

"Ha, gila lo, Ai. Anak orang lagi hamil lo kerjain," ucapnya lalu tertawa terbahak-bahak.

Aku menggendikkan bahu, "Ya mau bagaimana lagi?" Akhirnya kami kembali tertawa bersama.

"Ya udah mau ke mana kita?" tanyaku setelah puas bercerita, kami pun segera masuk ke dalam mobil.

"Happy- happy lah!" jawab Hani.

"Let's go!"

"Gue gak bisa bayangin gimana wajah itu pelakor saat alerginya kambuh karena lo sengaja kasih seafood," seloroh Hani saat mobil sudah mulai meninggalkan rumah.

"Ya yang jelas lo gak bakalan bisa nahan tawa," balasku semangat.

"Ya, gue yakin itu orang pasti sudah kayak kucing kecebur got," cicit Hani, lalu tertawa.

"Tapi, kasian juga," ucapku kemudian.

"Ngapain sih, Ai lo harus kasian? Ingat lo gak boleh lemah ngegadapin orang-orang kayak gitu," ucap Hani menyemangati.

"Siap, bos," balasku.

Tidak terasa mobil Hani sudah memasuki arena parkir basemen. Kami sengaja memilih pergi ke sebuah mall merefshing mata dan pikiran. Tak lupa juga makan-makan bersama, setelah merasa puas berkeliling dan bersenang-senang, akhirnya memutuskan untuk pulang.

***

Tiba di rumah suasana sudah nampak sepi, mobil Mas Arya juga tidak ada di garasi, ke mana mereka? kulirik jam yang melingkar di pergelangan tangan sudah pukul 23 lebih 19 WIB. Aku berjalan menuju dapur untuk mengambil minum, karena tenggorokanku terasa kering karena sejak tadi ngoceh terus sama Hani di dalam mobil.

Kulihat meja makan, piring-piring dan peralatan dapur lainnya sudah terlihat rapi, pasti Bi Jana yang membereskan. Aku kembali melangkah menuju kamar di lantai atas, saat di tengah tangga terdengar suara deru mobil Mas Arya memasuki garasi.

Dari sini aku melihat keadaan Anita sepertinya sudah lebih baikan, ia terus menempel ke Mas Arya bagai perangko. Pemandangan yang sangat memuakkan. Ah, sudahlah membiarkan mereka tinggal bersama di sini, bukankah itu artinya aku harus terbiasa melihat pemandangan menyebalkan seperti itu?

Aku segera berlalu, masuk ke dalam kamar menghempaskan tubuh ke atas kasur. Aku tidak peduli Mas Arya mau tidur di mana, lebih baik aku segera tidur. Besok pagi-pagi aku harus bersiap-siap ke kantor dan menjalankan misi selanjutnya.

Tunggu saja kejutan demi kejutan yang akan kamu terima Nit! Ini tidak seberapa. Kamu sudah bermain api denganku dan bersiaplah untuk terbakar!

NODA DALAM PERNIKAHANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang