Sama Memuakkan

6.4K 389 3
                                    

Tiba di rumah, suasana nampak sepi dan lenggang sepertinya Mas Arya belum pulang. Aku segera menuju lantai atas, ingin segera melepas lelah dan penat dengan berendam di bathup. Saat membukakan pintu betapa terkejutnya aku, melihat pemandangan yang membuat emosiku seketika mendidih.

Anita dengan santainya sedang bersandar di kepala ranjang , sambil memakai baju tidurku. Menyadari kedatanganku, ia segera bangkit dan menghampiriku sambil melipatkan tangan di dada, dan tersenyum sinis. Pamandangan yang sangat wow bukan?

"Mulai sekarang kamar ini, Butik jadi milikku, dan kamu harus angkat kaki dari rumah ini!" Telunjuknya mengarah ke wajahku, ia berucap begitu percaya diri, tanpa rasa malu.

Ha, rasanya aku ingin tertawa melihat tingkahnya yang sudah seperti seorang bos, dan apa katanya aku harus angkat kaki dari rumah ini? Benar-benar lelucon.

"Jangan mimpi kamu, Anita!" Rasa muakku sudah tak tertahan lagi melihat gayanya seakan pemilik rumah ini.

Tidak lama kemudian, Bi Jana datang dengan membawa nampan berisi air dan makanan, melihat itu membuatku semakin tak percaya.

"Untuk siapa, Bi?" tanyaku saat Bi Jana sudah di ambang pintu.

"U-untuk, Non Anita, Non," jawab Bi Jana takut-takut. Lalu menaruhnya di atas nakas.

"Lama banget sih!" Anita berucap dengan nada kesal.

"Ma-maaf, Non," jawab Bi Jana.

Anita segera mengambil makanannya, dan menyendokkannya ke dalam mulut.

"Cih, asiin ...." Anita menyemburkan makanannya. Lalu, kembali meletakkan makanannya ke atas nakas. Aku yang sejak tadi berdiri di dekat pintu tertawa melihat dramanya.

Ia berdiri menghampiri Bi Jana, wajahnya mengggambarkan kekesalan.

"Bisa masak gak sih? sia-sia Mas Arya bayar kamu kalau gak bisa masak. Kalau masih gak bisa masak aku akan memotong gajimu! Karena mulai sekarang akulah nyonyamu!" ucap Anita layaknya nyonya besar. Ha, wanita itu lawaknya sungguh membuatku ingin tertawa. Apa wanita itu 0sudah tidak wa*as?

"Jangan, Non! Maaf. Biar Bibi ganti ya! Tapi jangan potong gaji, Bibi," ucap Bi Jana sambari mengambil kembali makanan di atas nakas dengan gemetar ketakutan, hingga tanpa sengaja makanan yang di pegangnya tumpah mengenai Anita.

"Aww ... Punya mata gak, sih? Kamu tau berapa mahalnya baju ini Mas Arya beli? Gajimu tidak akan cukup!" ucap Anita murka, seketika membuat telingaku terasa panas. Tiba-tiba angan Anita terangkat ingin men*mpar Bi Jana. Ah, wanita ini berani sekali dia, sudah cukup dramanya. Dengan sigap aku mencekal pergelangan tangan Anita. Lalu menghempaskannya dengan kuat hingga tubuhnya mundur ke belakang. Ia meringis kesakitan sambil memegangi pergelangan tangannya.

"Jangan coba-coba tangan kotormu itu menyentuh Bi Jana, kalau tidak kau akan menyesal," ancamku dengan amarah, melihatnya yang sudah begitu keterlaluan.

"Sudah, Bi jangan lagi masak apa-apa. Ini perintah!" ucapku pada Bi Jana.

"Ba-baik, Non," Suara Bi Jana bergetar karena ketakutan.

"Bibi, kembali saja ke dapur," lanjutku lagi, Bi Jana pun, pergi meninggalkan kami.

Anita tersenyum miring ke arahku, seolah belum puas dengan apa yang dilakukannya.

"Lihatlah kau wanita sombong! kau akan menyesal setelah Mas Arya pulang nanti," ancamnya. Ia begitu percaya diri. Membuatku rasanya ingin muntah.

"Wow takut," ledekku. "Kita lihat saja!" balasku sengit sambil melipatkan tangan ke atas dada.

Suara ketukan sepatu semakin mendekat sepertinya Mas Arya sudah pulang, dan sedang berjalan menuju kamar. Begitu pintu terbuka betapa terkejutnya wajah Mas Arya melihat Aku dan Anita berada dalam ruangan yang sama. Dengan manja Anita menghampiri Mas Arya dan bergelayut manja di tangannya Mas Arya, membuatku muak.

"Mas lihat, istrimu dia berani menyakitiku," rengeknya pada Mas Arya sembari melihatkan pergelangan tangannya yang tadi memar bekas cekalanku.

Mas Arya bergeming, wajahnya terlihat pucat pasi. Lalu memndangiku yang masih berdiri tak jauh dari mereka sambil melipatkan tangan di dada.

"Mas kok diam aja? Usir saja Mas perempuan kasar itu," rengeknya, menyuruh Mas Arya melawanku.

"Apa yang kamu lakukan di sini, Anita?" Akhirnya Mas Arya buka suara.

"Aku hanya mengambil hakku," ucapnya manja sambil cemberut. Oh Tuhan lempar saja mkhluk satu itu ke planet lain.

"Apa maksudmu, Anita?" Mas Arya bertanya dengan wajah bingung.

"Rumah ini, ini rumahmukan, Mas? Aku hanya ingin tinggal bersamamu!"

Mas Arya tertunduk lesu. Membuatku seketika berdecak sebal apa-apaan ini?

Aku tersenyum sinis dan menghampiri dua manusia yang saat ini sama memuakkannya. Meski Mas Arya bilang dia di jebak melihatnya lemah seperti itu rasanya aku ingin menenggelamkannya ke dasar lautan.

"Jawab saja Mas, rumah ini, butik dan perusahaan tempat Mas bekerja punya siapa?" ucapku sinis.

Sekilas Mas Arya menatapku, lalu berucap. "Punya, Aini."

Seketika mata Anita terbelalak tak percaya, "Mas, kamu pasti bohongkan?" ucapnya seraya mengguncang-guncang tangan Mas Arya. "Jawab, Mas!" Mas Arya hanya menggeleng pelan. Seketika tubuh Anita luruh ke lantai mendengar pengakuan Mas Arya.

Jangan mimpi kamu Anita dengan menikahi Mas Arya kamu pikir akan menjadi nyonya besar? Kamu sendiri yang membuat sengsara hidupmu dengan mengusik kehidupanku, memaksa Mas Arya untuk menikahimu.

NODA DALAM PERNIKAHANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang