Extra Part Bagian 2: Pov Anita

8.6K 228 2
                                    

Aku bergegas mengemasi pakaian ke dalam koper berukuran besar. Hari ini aku akan pindah dan tinggal di rumah Mas Arya. Dia pasti senang melihat kedatanganku, aku tersenyum membayangkan wajah bahagia Mas Arya, sembari terus memasukkan pakaian ke dalam koper. Tetapi, bagaimana dengan Aini, ah itu bukan masalah besar untuk itu biar kuurus nanti.

Semua pakaian telah tersusun rapi dalam koper, aku segera menutupnya dan memesan taksi online. Aku sengaja tidak minta di jemput MasArya karena ini kejutan untuknya.

Aku sudah berada di depan rumah besar milik Mas Arya dengan perasaan senang, aku tidak sabar bertemu Mas Arya.

Dengan langkah tergesa aku segera menuju pintu utama, menekan bel pintu beberapa kali barulah keluar perempuan tua dan gendut dari dalam.

"Lama amat sih," ketusku saat daun pintu mewah itu terbuka lebar hingga menampakkan isi di dalamnya.

"Maaf siapa ya? Mau ketemu siapa?" Perempuan tua dan gendut itu bertanya, membuatku pusing.

Sambil melepas kaca mata yang masih bertenggar aku memberikan koper yang tadi kubawa untuk di masukan ke dalam.

"Mulai sekarang, akulah Nyonya di rumah ini!" Aku mengibaskan tangan, menyuruhnya minggir agar aku bisa masuk ke dalam.

"Maaf, maksud ibu apa?" Perempuan itu terus bertanya.

Aku membalikkan badan, menatapnya emosi. "Aku Anita istrinya Mas Arya, jadi mulai sekarang akulah Nyonya di rumah ini." tegasku.

"Ta-tapi, Bu?"

"Gak ada tapi-tapian mau saya pecat!" gertakku yang emosi.

"Maaf, Bu istrinya Den Arya hany Non Aini." Perempuan itu terus nyerocos.

Dengan gusar aku segera mengeluarkan ponsel dari dalam tas dan memperlihatkan foto pernikahanku dan Mas Arya, seketika mata perempuan tua itu terbelalak mungkin tidak percaya.

"Sekarang jelas, 'kan? Sudah sekarang jangan banyak tanya cepat angkat koper saya, bawa masuk ke kamar Mas Arya!" titahku.

Dengan wajah pias perempuan itu segera mengangkat koperku menuju lantai dua, aku mengikutinya dari belakang.

Setelah pintu kamar dibuka, aku segera masuk dan menghempaskan diri di atas kasur rasanya enak sekali melepas lelah.

"Oh iya, kamu pembantu di sini, 'kan?" tanyaku memastikan, setelah ia membawa koperku.

"I-iya, Bu," jawabnya takut-takut.

"Panggil saya, Non atau Nyonya!"

"Ba-baik, Non!"

"Oh ya, setelah ini jangan lupa buatkan saya makanan!"

Setelah pembantu itu pergi aku segera mandi dan bertukar pakaian, iseng aku membuka lemari pakaian Aini, setelah ku buka mataku terbelalak melihat sederet pakaian mahal dan trend. Aku mengambil baju tidur warna maroon bahan satin dan memakainya.

Aku mematut diri di depan cermin, memoles lipstik dan bedak, cantik. Mas Arya pasti senang. Aku melirik jam di dinding, sebentar lagi Mas Arya pulang. Senyumku terkembang, rasanya sudah tidak sabar bertemu Mas Arya.

Aku segera duduk ke atas ranjang menyandarkan tubuh ke kepala ranjang. Tidak lama kemudian handle pintu di tekan, hatiku rasanya begitu sudah tak karu-karuan menyambut kedatangan Mas Arya.

Setelah pintu benar-benar terbuka, ternyata bukan Mas Arya yang datang, tetapi Aini. Hatiku sedikit kecewa karena yang datang bukan yang diharapkan. Aku segera bangkit dan melipatkan tangan di dada seraya menghampiri perempuan angkuh itu.

Aku tersenyum sinis sembari mengatakan kalau mulai sekarang apa yang menjadi miliknya, menjadi milikku dan ia harus angkat kaki dari rumah ini.

Setelah melewati perdebatan panjang, wanita itu tetap tak bisa terima kalau akulah yang akan lebih dipilih Mas Arya.

"Lihatlah kau wanita sombong! Kau akan menyesal setelah Mas Arya pulang nanti," tegasku.

Bukannya takut ia malah kembali meledek, hem ... Wanita sombong ini akan segera menyesal dan bersujud di kaki Mas Arya, setelah mendengar keputusan yang akan membuatnya syok, setelah Mas Arya pulang kita lihat saja.

Tidak lama kemudian Mas Arya pun datang, ia begitu terkejut, aku yakin karena ia begitu bahagia melihatku datang ke sini. Tanpa menyia-nyiakan waktu aku segera menghampirinya dan mengadukan semuanya, termasuk memperlihatkan bekas cekalan wanita si*lan itu.

Aku terus mengoceh meminta pembelaan, dan menyuruh Mas Arya untuk mengusir perempuan kasar dan tidak tau diri itu. Tetapi, dari tadi Mas Arya hanya diam. Membuatku sedikit kesal, tetapi aku tidak akan menyerah begitu saja, dan terus membujuk Mas Arya.

Akhirnya sebuah kenyataan harus kuterima saat Mas Arya membuka suara, kalau ternyata semua kekayaan yang Mas Arya miliki semuanya adalah milik Aini.

Rasanya tungkai kakiku terasa lemas dan tubuhku seketika luruh ke lantai, jadi selama ini lelaki yang telah kunikahi adalah lelaki miskin lagi kere. Oh sungguh malang dan si*lnya, kenapa malah apes begini?

Akhirnya kami terpaksa pergi dari rumah yang sudah lama kuimpikan menjadi Nyonya di dalamnya. Tentunya aku tak kan kehabisan akal sudah kepalang basah biar sekalian nyebur saja.

NODA DALAM PERNIKAHANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang