01

1.4K 149 45
                                    

Alarm terus berbunyi tanpa henti, bahkan suara ayam berkokok memenuhi sudut ruangan kamar Chika. Tetapi, gadis itu masih belum bangun. Mungkin sedang asyik menjelajahi mimpi-mimpinya.

Bibi masuk ke kamar Chika, menarik selimut yang dipakainya dan membuka gorden hingga cahaya matahari dengan sopan membakar kulit putih majikannya. "Non Chika ayo bangun." teriak bibi cukup kencang. Tak ada respon dari Chika, bibi mematikan AC kamarnya. Berteriak lagi dengan cukup lantang "Non Chika!!!"

Seketika, Chika terkejut. Gadis itu membuka matanya lebar-lebar. Berasa gelagapan karena teriakan dari si bibi. Jantungnya terpacu cepat, ingin rasanya memaki di pagi hari begini, "Apa sih bi? Berisik banget tau ga!?" Chika kembali menarik selimut, menutup semua badannya agar tidak terkena pancaran sinar matahari.

Kalau saja Chika bukan majikannya, bibi tidak perlu repot-repot membangunkan gadis yang tidurnya sudah seperti burung unta. Air liurnya dimana-mana dan kakinya melentang jauh dari pojok kanan kasur ke pojok kiri kasur. "Bangun non, udah jam setengah tujuh." bibi tidak hanya menarik selimut Chika, tetapi juga menarik kaki Chika.

Saat jam disebutkan oleh bibi, mata Chika seketika langsung terkejap beberapa kali. "Hah? Demi apa?" Chika langsung berdiri menatap sinis si bibi, seperti tatapan intimidasi. Jika sudah seperti ini pasti bibi akan terkena marah oleh gadis bermata cokelat.

"Demi alek non." jawab bibi mengangkat dua jarinya ke atas sembari tersenyum menampakkan gigi.

Gadis yang masih menggunakan piyama dan belum mengusap bekas air liurnya itu segera berlari menuju lemari, mencari baju seragamnya. "Bi, rok aku warna abu-abu mana? Kok ga ada di lemari sih?" tak ditemukan rok miliknya sesuai jadwal hari Senin, Chika menekuk raut wajahnya.

Bibi yang melihat itu segera berlari keluar kamar dan beberapa menit kemudian sudah menenteng rok abu-abu yang dimaksud oleh Chika "Ini non, maaf baru disetrika tadi pagi." bibi menggigit bibir bawahnya, merasa takut.

"Sekalian, siapin buku dong. Chika mau mandi." pinta gadis manja itu lagi, semakin membuat bibi pusing kepala. Pasalnya, bibi tak tau buku mana yang harus dibwa oleh Chika ke sekolah. "Bibi teh ga tau non, apa yang dibawa." ucapnya seraya menunduk.

Chika berdecak sebal, tangannya sudah berkacak pinggang sedari tadi melihat kelakuan bibi yang lemot. "Itu bi, jadwalnya ada di atas meja belajar." tunjuk Chika pada kertas yang tertempel tepat di atas dinding meja belajarnya.

Lagi-lagi bibi hanya meringis sambil menepuk keningnya pelan, "Haduh non, maaf nih bibi teh juga ga bisa baca."

Chika yang masih berdiri di depan lemari, membenturkan kepalanya penuh kesal pada lemari miliknya, "Astaga, yaudah deh ga usah. Udah sana keluar nyusahin aja sukanya." mendorong bibi yang menurutnya tidak berguna itu sampai hilang dari pandangannya.

"Maaf ya non." lirih bibi dari luar pintu kamar. Merasa bersalah tidak bisa melakukan kewajibannya sebagai pembantu Chika.

Perdebatan kecil di pagi hari membuat Chika harus mandi secepat kilat, yang biasanya bisa sampai satu jam. Sekarang ia hanya mandi selama lima menit. Chika yang biasanya memoles wajah menggunakan berbagai make up juga tak sempat karena waktu sudah sangat mepet. Gadis itu setelah bersiap-siap dengan semua barang bawaannya ke sekolah, keluar dari kamar untuk hendak berangkat. Menghampiri saudara dan juga ibunya yang sedang sarapan.

"Makan dulu Chika." ucap Aya, ibu Chika yang kurang memperhatikan anak bungsunya itu. Aya lebih terfokus dengan anak tengahnya yang terbilang sempurna. Sampai-sampai, dia lupa jika Chika masih butuh untuk di perhatikan.

Chika yang cukup kesulitan membawa tas dan merapikan rambutnya, menolak permintaan Aya. "Chika udah telat mah." jam juga sudah mepet, pasti bakal dapat hukuman lagi di sekolah.

LANGIT [VIKUY] (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang