08

578 95 109
                                    

Malam yang kelam adalah ketika manusia menangisi kepedihan tanpa tau apa penyebabnya. Seperti Chika, kembalinya dia dari rumah Oniel semalam. Gadis itu langsung menggeledah seluruh isi kamarnya. Mencari kamera tersembunyi yang berhasil memotret berbagai gambar tak senonoh miliknya.

Seluruh penjuru kamar, Chika periksa satu-satu. Mulai dari daerah kamar mandi dalam kamarnya, yang ternyata tidak membuahkan hasil apapun. Setelah itu beralih pada rak buku yang terletak di sebelah lemarinya, hasilnya pun sama. Chika tidak menemukan barang sejenis kamera di bagian sana. Hingga, Chika mengingat lagi foto dirinya yang sekarang sudah di hapus di grup angkatan Line itu.

Kelima foto itu terlihat di ambil dari tempat yang sama tapi dengan pose Chika yang berbeda. Terlihat jika posisi kamera agak sedikit tinggi bahkan saking tingginya, bagian atas dari meja rias Chika bisa terpotret dengan jelas. Itu tandanya, kamera tersembunyi di letakkan lebih tinggi dari meja rias. Salah satu tempat yang Chika curigai adalah lemari baju miliknya.

Lantas dengan otak Chika yang lumayan bekerja dari biasanya, gadis itu mengambil kursi dari kamar Jinan yang berada di sebelah kamarnya. Saat Chika sudah mencoba naik ke kursi itu, tangannya tetap tak bisa menggapai area atas lemari. Akal Chika tak habis sampai disitu saja, gadis itu kembali mengambil buku-buku persiapan SBM yang bisa dibilang sangat tebal. "Ah bodo amat lah, orang gue masih kelas sebelas." Chika bermonolog, seakan tidak peduli dengan buku yang dipakainya untuk memanjat.

Akhirnya, perjuangan yang membutuhkan usaha terbuahkan hasil. Tangan Chika mampu menyentuh benda kecil kotak berwarna hitam yang ada di antara kedua kopernya di atas lemari. Gadis itu tanpa aba-aba lompat begitu saja dari atas kursi dan tumpukan buku SBMnya.

"Auh..." kakinya sedikit terasa sakit. Tetapi Chika tak peduli. Ia lebih mementingkan kamera kecil yang sekarang sudah ada di genggamannya.

Chika tak tau bagaimana kamera itu bekerja, yang jelas saat dia memegangnya ada cahaya berwarna merah menyala tepat di sebelah lensa yang begitu kecil. Chika memutar-mutar kamera kecil itu sampai dia melihat tombol power di sana. Segeranya, Chika langsung menekan tombol itu. Dan seketika warna merah yang ada di sana mati.

Hembusan napas kasar Chika keluar bebas mengisi seluruh ruangan kamarnya. Pikirannya kalut pada benda kotak kecil berwarna hitam itu. Siapa yang berani melangkah masuk ke dalam kamarnya hanya untuk melakukan hal bodoh begini. Namun, pada satu jawaban yang terlintas di otak Chika, ada nama yang sejak daritadi mengisi pikirannya.

***

Tadi malam selepas Chika menemukan kamera tersembunyi di kamarnya, gadis itu langsung menceritakan semua kepada Jinan, Shani, dan Aya. Mereka bertiga menduga-duga siapa yang dengan jahatnya berani meletakkan kamera itu ke kamar Chika. Tetapi ketiga anggota kekuarga Chika itu tidak tau. Mereka juga jarang di rumah di bandingkan Chika yang notabenenya bisa ada di rumah lebih dari 15 jam dalam sehari.

Pelaku pertama yang dicurigai yaitu bibi yang tiba-tiba memutuskan untuk pulang kampung saat Puccho ditangkap polisi. Namun, Aya menyanggah. Bibi sudah bekerja dengan keluarga mereka sejak Chika kecil. Bahkan bibi yang memomong Chika dan mengajak gadis itu dari kecil main ke taman komplek perumahan. Jadi jelas, bibi sangat sayang dengan Chika, wanita tua itu tak akan melakukan hal macam-macam dengan anak majikannya.

Pelaku kedua yaitu Joko atau supir keluarga Puccho yang juga sudah bekerja lama semenjak Puccho masih menjabat jadi kepala daerah. Kali ini Jinan menyanggah jika bukan Joko yang meletakkan kamera tersembunyi itu. Berulang kali Jinan perhatikan, Joko sangat kudet dengan benda-benda yang berbau elektronik. Jadi tak memungkinkan, jika Joko yang memasang kamera tersembunyi itu di kamar Chika. Toh kepergian Joko untuk mengundurkan diri sudah cukup lama juga, lebih lama bahkan daripada bibi yang sebatas pulang kampung.

LANGIT [VIKUY] (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang