17

671 78 80
                                    

Pria yang tubuhnya dibaluti kaos berwarna hitam duduk di pinggir ranjang. Membawa plastik berisikan makanan ringan. Kemudian tak lama, pria lainnya masuk ke dalam ruangan itu sambil terkejut melihat pria yang tadi duduk di pinggir ranjang miliknya. Direbutlah plastik berisi makanan ringan tersebut dan dibukalah roti sandwich yang biasa dibeli di Indomaret seperti kegemarannya.

"Kemana aja baru kesini?" tanya pria itu sambil mengunyah roti sandwich yang dibukanya.

"Gue ada urusan." jawab si pria berkaos hitam.

"Apa gue udah ga penting di hidup lo, sampe-sampe lo ga pernah kesini lagi?"

Pria berkaos hitam memijat keningnya yang terasa pusing. "Gue udah bunuh Gito, apa lagi yang lo mau?"

"Lo lupa, kalo korban kita masih ada tiga lagi?" tunjuk pria yang sedang mengunyah roti pada papan mading miliknya yang menyisahkan tiga buah foto polaroid. Satu foto pria dan dua foto wanita.

"Lo ga capek kak, jadiin gue sebagai robot lo?"

"Robot? Bukannya ini kemauan kita, bales dendam demi ayah."

"Kemauan lo, bukan kita!"

"Apa lo ga capek kayak gini terus? Apa lo ga kasihan jadiin adek lo sebagai pembunuh!? Orang tua kita ga pernah ngajarin kayak gini, terus kenapa kita mesti lakuin ini!"

"Gue capek kak! Gue capek! Setiap hari tidur ga tenang, pikiran gue berat banget, dirundung rasa bersalah banyak-banyak! Sedangkan, lo cuma seenaknya nyuruh gue bunuh orang, yang bahkan orang itu ga tau kesalahan bokap mokap mereka!!!"

"Setelah berhasil bunuh Gito sampe habis. Sampe semuanya ga bersisa wujud dan bentuknya. Gue baru sadar, dosa gue penuh. Bahkan lebih penuh dari dosa-dosa penjudi! Gue pikir ini semuanya harus berakhir. Gue tau, lo pasti juga lelah."

Pria berkaos hitam kemudian beranjak dari duduknya hendak keluar kamar karena terlalu frustasi dengan pria yang disebutnya 'kakak' itu.

"Berhenti. Berani lo keluar dari rumah ini, gue bunuh semua orang yang lo sayang. Siapapun itu."

"Dan asal lo tau. Gue ga pernah lelah dan gue ga akan peduli atas apa yang lo omongin semua barusan. Ayah di akhirat sengsara, lo tau itu kan!"

Mendapat ancaman dari orang yang memakan roti pembeliannya tadi, pria berkaos hitam segera menghentikan langkahnya sebelum tangan kirinya itu akan menggapai knop pintu kamar. Tanpa menoleh sedikitpun, ia mendengarkan setiap kata yang keluar.

"Ayah makin sengsara kak, kalo kita terus-terusan gini."

"Ssshhhtt... Gue ga mau berdebat sama lo."

"Besok pulang sekolah, gue harus udah dapet kabar kalo Indah mati. Gue ga peduli, lo mau nyekik dia kayak Lulu, lo mau nabrak dia kayak Ashel, atau lo potong-potong kayak Gito. Gue ga peduli, yang terpenting, Indah besok mati!"

Pria berkaos hitam terkekeh, "Harusnya, orang yang patut gue bunuh dari awal itu lo."

Lantas, orang yang berdiri dibelakangnya menyentuh bahunya dan memberikan bisikan lembut. Kata-kata ancaman yang lebih menakutkan, hanya pria dengan kaos hitam yang tau. Bahkan saking menakutkannya, pria berkaos hitam itu mengepal tangannya dengan sangat kuat. Hendak ia layangkan, tetapi masih ditahan-tahan.

"Sampe lo berani nyentuh dia, gue yang akan bunuh lo kak."

"Silahkan."

***

Adzan isya' baru saja selesai dikumandangkan, selepas melepas mukenanya Shani berniat untuk pergi ke kamar Chika. Namun, setelah lelah menaiki anak tangga. Shani tidak menemukan adik semata wayangnya ada di kamar. Kamar Chika kosong, di kamar mandi kamarnya juga kosong, padahal AC menyala bahkan ponsel gadis itu tergeletak sempurna di atas bantal bermotif bunga-bunga. Tetapi wujudnya entah kemana.

LANGIT [VIKUY] (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang