Prolog

3.2K 187 22
                                    

Kalau Tuhan bersedia memberikan satu permintaan, gue mau dia menghilang dari bumi ini!

***

Suasana kelas di saat jam istirahat memang sering tidak kondusif, banyak siswa yang berlalu lalang kesana-kemari untuk sekedar mengisi kejenuhan semata. Bahkan ada juga siswa yang mengisi waktu istirahat begini untuk tidur. Biasanya perempuan bernama Yessica Tamara atau yang biasa dipanggil Chika, sering melakukan hal tersebut. Namun, tampaknya sekarang dia tidak bisa berleha-leha karena ada sesuatu hal yang harus dia lakukan.

Gadis berambut panjang itu sibuk berkeliling, menanyai teman kelasnya satu persatu."Eh Indah, lo bawa baju olahraga dobel ga?" sasarannya dilayangkan pada Indah, teman sekelas Chika yang sedang asyik memainkan ponselnya.

Indah menggelengkan kepala, "Engga lah, emang kenapa? Lo lupa lagi ya bawa baju olahraga?" tentu saja Indah tidak membawa baju olahraga dobel. Lebih tepatnya, dia hanya punya satu.

Chika dengan wajahnya yang cemas terus merasa gusar, mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru ruangan. Memastikan jika salah satu dari temannya itu membawa dua baju olahraga.

"Mana Pak Kinan galak banget, Ndah. Gue takut nih..." keluhnya pada wanita itu.

Kebiasaan Chika yang sudah pasti Indah hapal, gadis jangkung yang memiliki mata berwarna cokelat itu akan mengeluh apapun di hadapan Indah jika ada maunya saja. Seperti apa yang terjadi saat ini.

Kemudian, Indah mematikan ponselnya, "Cari aja Chik di ruang ganti biasanya ada." memberikan saran pada Chika dan beralih pergi. Agar gadis jangkung tidak mengganggunya lagi.

Melihat bahwa Indah selalu menghindar darinya, Chika kembali ke meja. Bergantian meminta bantuan teman sebangkunya, "Niel, temenin gue cari baju yuk." tarik Chika pada tangan Oniel berkali-kali, padahal wanita itu sudah akan menyuapkan sendok ke mulutnya.

"Bentar kenapa sih, gue mau makan dulu." gerutu Oniel kesal karena dirinya dari pagi belum sempat sarapan.

Chika masih berdiri di samping Oniel, melipat kedua tangannya dan menunggu wanita itu membereskan bekal. "Ya elah, lu mah makan mulu. Cepetan ayo, keburu bel masuk nih." tarik tangan Chika lagi saat Oniel sudah memasukkan bekalnya ke dalam laci. Mereka berdua berlari kencang menuju ruang ganti. Chika dengan dibantu Oniel mencari baju olahraga bekas atau tak terpakai di sana.

Sudah berlangsung 10 menit, Chika sampai menyeka keringatnya berkali-kali mencari di atas tumpukan kardus atau lemari yang ada di dalam ruang ganti. Sedangkan, Oniel sudah mulai menyerah "Nemu ga? Bentar lagi masuk nih, anak-anak udah pada bawa ganti baju noh."

Pandangan Oniel terfokuskan pada jendela gelap yang mengarah tepat menuju ruang kelasnya. Teman kelas mereka sudah pada berganti baju ke kamar mandi dan sebentar lagi bel masuk akan berbunyi. Menandakan jika jam pelajaran olahraga akan berlangsung di siang hari yang cukup terik ini.

Chika gelisah, badannya seperti cacing yang menggeliat kesana-sini. Menggandoli lengan Oniel yang membuat wanita itu ikut kebingungan bersamanya.

"Aduh ga ada Niel, gue harus gimana dong."

Chika paling malas jika harus dihukum mengelilingi lapangan dengan pakaian seragam. Ditambah cuaca terik yang tidak mendukung ini, dapat membuat kulitnya terbakar. Entah dapat ide dari mana, Oniel tiba-tiba kepikiran sesuatu.

LANGIT [VIKUY] (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang