09

638 96 171
                                    

Chika memasukkan kotak bekal milik Oniel dengan tergesa-gesa ke dalam laci meja saat tiba-tiba saja Bu Umega atau guru sejarah kelas XI MIPA 3, datang memasuki kelas.

Bel istirahat masuk sudah berbunyi lima menit yang lalu, tetapi Chika dari tadi masih memakan dendeng balado yang dibawa Oniel. Chika terkejut ada makanan seenak itu. Sampai-sampai bau dendeng balado mengganggu penciuman warga kelas.

Bu Umega menyapa seluruh murid di kelas Chika dengan derap langkah yang cepat seakan tidak ingin membuang-buang waktunya. Kemudian, membuka buku absen dan segera menghitung murid-murid yang ada di hadapannya.

"Siapa yang ga masuk?" tanya Bu Umega sambil mengedarkan pandangan ke sekeliling.

"Vito Fadrian, bu."

Jawaban itu dilontarkan oleh Oniel. Sebenarnya siapapun bisa menjawab, karena kentara sekali bangku paling belakang itu selalu kosong setiap hari saat memasuki jam keempat. Selebihnya saat jam terakhir, bangku itu kembali diisi oleh pemiliknya.

"Kemana Vito?"

Padahal Bu Umega harusnya tau kemana Vito di saat jam-jam seperti ini. Karena hubungan keduanya antar guru dan murid cukup dekat. Pernah ada rumor jika ibu guru yang kadang dipanggil dengan sebutan Bu Mega itu menyukai Vito. Rumornya sih begitu, tetapi sampai sekarang tak tau kebenarannya bagaimana.

"Dia kan mau ada lomba musik bu, jadi kalo jam pelajaran keempat habis istirahat gini Vito ke ruang musik. Sekalian dapet konseling dari Bu Melody."

Lomba musik dalam waktu sebulan kedepan membuat Vito harus ekstra belajar setiap harinya bersama Melody. Memang Melody merupakan guru BK tetapi dia juga ketua dari eskul musik yang diikuti Vito. Setiap harinya Melody harus memantau perkembangan lelaki itu agar bisa memudahkan Vito saat mengikuti lomba nanti.

"Baik, terimakasih." Bu Mega menutup buku absennya. Kini wanita itu melepaskan kaca mata yang bersarang di kepalanya ke atas meja. Berdiri dari bangku guru dan menepuk tangannya berkali-kali.

Seluruh murid yang memahami kode dari Bu Mega segera menghela napas panjang bahkan ada yang melanjutkan makannya diam-diam seperti Chika. Kode tepukan yang diberikan Bu Mega adalah kode spesial yang hanya dipahami oleh murid XI MIPA 3.

"Anak-anak, kalian tau kan maksud saya?Yak benar hari ini kita ulangan sejarah ya materi yang kemarin ibu udah bahas."

Kode tepukan yang diberikan oleh Bu Mega itu maksudnya adalah kode untuk dilakukannya ulangan. Makanya saat Bu Mega masuk ke dalam kelas, banyak murid yang ingin sekali mengikat kedua tangan wanita itu agar tidak sembrono memberikan tepukan bagai sangkakala yang menakutkan itu.

Lulu mendesah pelan, yang terdengar sangat malas. "Yah bu..."

"Kenapa Lulu?"

Selain Vito, wajah yang paling sering diingat Bu Mega adalah Lulu. Anak paling malas yang ada di kelas, hampir sering balap-balapan mendapat nilai 0 dengan gadis bernama Yessica Tamara. Harusnya dalam pelajaran sejarah, Lulu bisa melampaui banyak teman di kelasnya karena anak itu termasuk salah jurusan. Namun, pada kenyataan, semua nilai Lulu di mata pelajaran apapun sama saja buruknya.

Lulu berdiri dari kusinya, mengangkat satu tangannya naik seperti lagi berdemo. "Ga bisa ditunda dulu gitu ulangannya?"

Mega melipat kedua tangannya ke depan dada, "Mau ditunda sampai kapan?"

"Sampai tahun depan bu." jawab murid yang lain serempak.

Bu Mega menepuk keningnya, "Berarti kalian udah naik kelas dong."

Mendapat respon yang kurang menyenangkan dari murid-muridnya, Mega kembali duduk di kursi guru. Membuka puluhan lembar kertas berisi soal ulangan yang sudah dia print. Kemudian, menghentakkan kertas itu bersamaan ke atas meja sampai berbunyi.

LANGIT [VIKUY] (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang