BAB I

5.3K 376 43
                                        

Teruntuk lelaki manis dengan rok navy kemarin. Apa kabarmu?

Kutebak, ekspresimu saat ini pastilah terkejut dengan alis menukik. Jangan tanya darimana aku tahu. Kau hanya perlu membaca surat ini sampai selesai dan mengikuti keinginanku.

Pastikan surat ini habis kau baca! Yaa kecuali jika kau ingin menyesal. Wkwkwk.

Kau tahu?

Aku sempat khawatir mataku salah melihat. Namun tatto merah di lehermu membuatku yakin.

Kuakui kau amat mempesona dengan hoodie hitam dan rok navy selutut. Sekilas orang akan berpikir kau gadis tomboy. Sayang sekali mereka tidak tahu bahwasanya rambut coklat panjang itu palsu.

Kau mungkin bisa menerka dimana aku melihatmu. Dan aku ingin bertanya padamu. Bagaimana bisa seorang murid teladan kebanggaan guru sekaligus Ketua OSIS berjalan-jalan di mall dengan pakaian seperti itu?

Tidak perlu kau jawab sekarang. Saat ini kau hanya perlu menemuiku di cafe sekolah setelah pelajaran terakhir. Aku akan duduk dibagian paling pojok. Pakaianku juga masih tetap seragam sekolah.

(Note : Jangan berkilah ada rapat OSIS, aku tahu hari ini kosong. Oh ya, jika kau berani kabur, kupastikan masa SMA mu tidak tenang.)

------

Bumi terus mendengus selama membaca surat yang ia temukan dalam laci selepas kembali dari kantin. Ia pikir ini surat-surat biasa yang sering dikirimkan oleh penggemarnya.

Ya, pesona seorang Bumi Abhicandra memang bukan main. Tapi sepertinya tidak terlalu berpengaruh untuk status remaja kelas XI IPS itu. Status single sejak lahirnya masih setia menempel.

Jika bisa Bumi ingin abai, tetapi semua kalimat yang tertera dalam surat benar adanya.

"Ngapain lu masih disini? Mau bantuin gua piket?" tegur seorang siswa dengan bordiran nama Elang Panca Saputra di dada sebelah kanan seragam.

"Bingung." karena dalam kelas hanya tersisa ia dan Elang, Bumi memanyunkan bibir.

Sambil tetap menyapu kelas dengan serius, Elang membalas ucapan sahabat karibnya sejak SMP. "Bingung kenapa lu?"

"Ini tuh gara-gara kemarin lu nyuruh gua nemenin lu beli sepatu, sialan! Ah, mau ditaruh dimana muka gua?!" Bumi memang terkenal galak dan tegas. Terlebih jabatannya sebagai Ketua OSIS membuat banyak murid segan terhadapnya.

Walau tentu tidak sedikit juga yang membencinya karena dinilai sok tegas.

Tapi untuk seorang Elang yang telah lama mengenalnya, Bumi memang galak dari dulu. Bedanya kalau didepan khalayak marahnya berkelas.

"Santai, bosku! Cukup hukuman dari Bu Walas yang bikin gua tertahan dikelas lebih lama. Gak perlu lu tambah dengan umpatan." Elang memang sedang mendapat hukuman piket sepekan karena bolos piket tiga kali.

Meski nakal, ia bertanggung jawab atas konsekuensi yang harus ia terima.

Muka gua.., frustasi Bumi dalam hati. Pokoknya apapun yang akan disampaikan oleh orang sialan itu, gua cuman perlu milih opsi yang paling menguntungkan. Eh tapi- tapi kalau gak ada gimana? Ah bodo amat! Kalau gak bisa baik-baik, kita pakai kekerasan saja.

"Woi tega banget lu ninggalin gua sendiri!" teriakan Elang terdengar saat Bumi beranjak dari bangkunya yang tepat dihadapan meja guru.

"Bacot!"

SMA Bakti Negara atau biasa disingkat SMA BaRa merupakan tempat Bumi menempuh pendidikan saat ini. Berakreditasi A dengan persaingan ketat untuk masuk setiap tahunnya.

A Femboy I Love | TAMATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang