BAB III

1.9K 260 16
                                    

Silahkan tekan ⭐️ dipojok kiri bawah dan jangan lupa meninggalkan komentar ^^

Hari ini anak OSIS akan melaksanakan salah satu kegiatan yang dibenci hampir seluruh murid, terutama para berandalan dan siswi yang senang berdandan.

Setelah memberi tahu teknis pelaksanaan dan poin-poin penting lainnya dalam rapat dadakan OSIS, Bumi membubarkan para panitia yang akan melaksanakan tugas pukul 9 nanti.

Tentu, setelah mengancam mereka agar menjaga informasi ini.

Bumi akan bertugas di kelas XI IPA 2 berdasarkan hasil lot yang mereka lakukan pagi tadi.

Seharusnya ada satu siswa dan satu siswi yang menggeledah dalam sebuah kelas. Namun kali ini mereka berjumlah ganjil lantaran satu orang izin.

Dalam hati Bumi berdoa semoga saja mantan rivalnya saat pemilihan beberapa bulan lalu sedang sakit. Malas sekali rasanya jika harus bertemu cowok itu.

"Bum, lu gak apa-apa?" Bumi sedikit terlonjak kala Elang berbisik pelan ditelinganya.

Ingin mengumpat sebenarnya, namun cowok itu sadar mereka lagi di kelas.

"Gak kenapa-kenapa. Mending lu fokus ke rumus-rumus geografi didepan. Ogah gua minjamin lu contekan mulu. Heran, lu kok bisa lulus disini ya?" omel Bumi dengan suara sepelan mungkin.

Ah iya, Bumi sedang duduk bersama Elang dibangku belakang, bukan lagi di depan meja guru. Ia dan Cia-teman sebangku Bumi- sengaja bertukar meja dalam pelajaran geografi karena perempuan itu agak kesulitan memahami mata pelajaran. Apalagi hari ini mereka menggunakan rumus.

Kadang Bumi heran, mengapa siswi sesungguh-sungguh Cia mendapat bangku paling belakang.

"Jalur belakang eksis bro." balas Elang dengan muka sombong.

Bumi mengabaikan Elang, melirik arloji biru yang melingkari pergelangannya. 2 menit lagi pukul 9. Ia segera berdiri, menepuk bahu Elang pelan, lalu berjalan ke bangku guru.

"Miss saya permisi izin ke toilet!" Bumi mengedip-ngedipkan mata sebagai kode.

Sang guru yang paham hanya mengangguk.

Bumi bergegas menuju kelas XI IPA 2. Karena ia sendirian, ia tidak perlu menunggu partnernya. Lagipula panitia sudah bersekapakat untuk izin ke toilet pukul sembilan kurang dua menit.

Tok tok!

Bumi melangkah masuk dengan badan tegap dan kepala yang mengarah lurus. Dalam hati lelaki itu meringis mendapati kelas XI IPA 2 sedang jam kosong.

"Halo teman-teman. Saya Bumi Abhicandra perwakilan dari OSIS meminta kesedian kalian untuk meletakkan tas diatas meja masing-masing."

"Siapa lu nyuruh-nyuruh kita?" suara itu datang dari siswa bangku belakang yang menaikkan kakinya diatas meja.

"Saya? Saya Bumi Abhicandra." balas Bumi santai.

"Saya ingatkan sekali lagi bahwa barang-barang terlarang telah diatur dalam buku kesiswaan yang didapatkan setiap tahun ajaran baru. Jadi bila ada yang saya dapati, mohon maaf, barang itu akan disita."

Bumi melangkah ke bagian lelaki terlebih dahulu. Di barisan pertama berjalan lancar. Barisan kedua juga masih baik-baik saja. Ia hanya menyita sebuah komik porno yang entah mengapa dibawa ke sekolah. Ada sedikit perlawanan, namun bisa diatasi. Bumi memasukkannya ke keresek hitam yang sempat ia ambil sebelum masuk kelas ini.

Tapi saat tiba di barisan tengah, disitulah masalah muncul.

"Hai Bumi, lama nih kita gak pernah bicara." Alden Jonathan, 'teman' Bumi sejak SMP memamerkan senyuman. "Oh, atau perlu gua panggil I-"

A Femboy I Love | TAMATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang