BAB XV

1.4K 210 90
                                    

Tadinya Manda senang karena bisa lanjut ke tingkat nasional. Tapi setelah mendapat kiriman gambar dari Bumi, emosi gadis itu berubah dengan cepat.

Pertandingan, macet, dan kini ditambah cemburu. Itu semua sudah lebih dari cukup untuk membuat Manda panas luar dalam.

Begitu sampai di depan apartement Bumi, gadis itu terdiam, memikirkan apa yang harus ia lakukan didalam nanti. Marah kah? Atau ia sebaiknya bertingkah seolah tidak ada yang terjadi?

Tidak. Manda mengatakan kepada dirinya sendiri bahwa kali ini ia harus tegas pada Bumi, pada kekasihnya yang bisa-bisanya dicium orang lain.

Manda menekan bel beberapa kali. Bumi tak kunjung muncul membuka pintu atau sekedar merespon dengan teriakan dari dalam.

Akhirnya Manda membuka pintu menggunakan kunci serep. Ia langsung bergegas ke kamar kekasihnya. Begitu membuka pintu, terlihat Bumi yang tertidur dengan selimut.

"Pura-pura tidur hm?" sebisa mungkin Manda menjaga nada suaranya agar tidak meninggi lantaran emosi.

Ia mendekati kasur, menarik selimut Bumi lalu melemparnya ke lantai. Bumi yang kaget sempat menarik kembali selimut itu tapi tenaganya kalah.

"Siapa yang udah berani cium kamu pas aku gak ada?!" meski Manda ingin bicara baik-baik, tapi emosinya langsung memuncak melihat leher si kekasih. "Jawab Bumi!"

Kaget, Bumi refleks menangis. Ia tidak bisa dibentak. Akhirnya ia balas berteriak sambil menyeka air mata yang terus keluar, "Hiks GUA GAK SALAH, LU YANG SALAH!"

Disalahkan seperti itu membut amarah Manda membara. Ia berkacak pinggang, menahan diri untuk tidak membanting cowok yang ia cintai itu.

"Aku gak nyalahin siapa-siapa. Aku nanya, SIAPA ORANG YANG BERANI NYIUM KAMU?! Dan bisa-bisanya kamu biarin leher kamu dicium orang lain?!"

"Hiks.. TERUS KENAPA KALAU GUA DICIUM ORANG LAIN?! LU GAK SUKA?! KALAU LU GAK SUKA PERGI AJA HIKS SAMA TUH COWOK HUAA! Hiks.." tubuh Bumi gemetaran. Sekarang hanya suara isakan dan nafas tersendat Bumi yang mengisi ruangan.

Manda memejamkan matanya. Ia marah sekali melihat Bumi yang seolah menyepelekan hal ini. Tapi ia juga tidak tega dan bingung melihat Bumi menangis parah.

Gadis itu akhirnya ikut naik ke kasur, menarik Bumi dalam pelukannya. Dielusnya rambut si kekasih, mencoba menenangkan Bumi yang sesenggukan.

Manda menghela nafas. Ia lelah sekali sejujurnya. Makanya mungkin lebih baik mereka seperti ini dulu. Saling berpelukan meski sama-sama merasakan amarah.

Setelah merasa Bumi mulai tenang, Manda bertanya dengan suara yang berusaha ia lembutkan. "Kamu kenapa marah? Kan harusnya aku yang marah."

Bumi enggan menjawab. Sekarang ia jadi merasa sangat kekanakan. Ia semakin menenggelamkan wajahnya di dada Manda, takut wajah merahnya terlihat.

"Sayang, aku lagi nahan marah lho sekarang. Aku gak tega marahin kamu makanya aku mencoba tenang. Sekarang sebelum aku beneran marah, tolong jawab yang jujur." Manda menghela nafas. Susah mencoba sabar disaat batin dan fisik kelelahan.

"Siapa orang yang cium kamu?"

Bumi masih diam. Jelas malu jika harus menjawab sejujurnya.

A Femboy I Love | TAMATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang