BAB V

1.5K 210 19
                                    

TW! Suicidal though! Pemikiran bunuh diri!

-----

"Telponin Elang..." lirih Bumi.

"Lu ngomong sesuatu?" Manda bertanya, tidak mendengar jelas permintaan pujaan hatinya.

"TELPON ELANG GUA BILANG!" sehabis berteriak, nafas Bumi tersenggal-senggal. Manda bisa mendengar suara 'hah huh hah huh' dari cowok di pelukannya.

"Oke." saat hendak melepaskan pelukan mereka, Bumi menarik lengan baju Manda. Seolah dia melarang Manda untuk melepaskan pelukan mereka, atau menjauh darinya.

Jangan tanya bagaimana kondisi hati dan jantung Manda. Gadis itu hampir teriak saking gemasnya dengan sikap Bumi, namun sadar suasana sekarang tidak mendukung. "Iya, gua cuman pengen ambil hape doang."

"Tut tut tut... Nomor yang anda tuju tidak dapat dihubungi, mohon coba lagi."

"Sialan! Telpon lagi!" Bumi ketakutan saat ini. Dan satu-satunya orang yang memahami ia sejak dulu hanyalah Elang.

Pernyataan operator tetap sama dikali kedua, ketiga, dan keempat. Bumi menahan tangan Manda yang ingin menelpon Elang lagi. "Gak usah. Tuh orang udah mati kali."

"Shut. Jangan ngomong gitu."

DUARR!!*

Suara guntur yang tiba-tiba itu membuat keduanya kaget. Awalnya Manda berdiri di hadapan Bumi, sementara cowok itu duduk di sofa. Namun karena kaget dan takut berlebih disaat yang bersamaan, Bumi reflek menarik Manda kepelukannya.

"Bumi? Tarik nafas pelan-pelan!" Manda mencoba tidak panik saat mendengar nafas Bumi semakin putus-putus yang terdengar jelas ditelinganya.

"Gua benci... hidup... gua gak hahh mau hidup lagi... gua mau mati aja.. hahh Man, kalau gua mati lu gak perlu ngejar cowok bencong kek gua.." Bumi berbicara terputus-putus dikarenakan dadanya sesak. "Gua mau mati aja.. gua benci diri gua sendiri. Kenapa gua terlahir sebagai cowok? Kenapa Tuhan gak ciptain gua sebagai perempuan? Kenapa Manda?" Bumi mendorong Manda kembali ke posisinya semula, menatap mata gadis itu dengan manik berkaca dibantu cahaya senter.

"Gua bakal sedih banget kalo lu mati Bumi.." balas Manda sama lirihnya. Ia telah duduk disamping gebetannya.

"But i don't deserve to life.. How can i stay alive when my life isn't mine?! My life is her.. I'm not Bumi Abhicandra.. That name, i hate it so much..." mendadak Bumi tertawa sampai nafasnya semakin sesak. "Manda.. i'm sure you will hate me. You will hate this pathetic boy who don't deserve his life and just become a doll since he was a kid.." (Tapi gua gak pantas buat hidup. Bagaimana bisa gua tetap hidup ketika hidup gua bukan milik gua. Hidup gua tuh miliknya. Gua bukan Bumi Abhicandra. Nama itu, gua benci banget.) (Gua yakin lu bakal benci gua. Lu bakal benci cowok menyedihkan ini yang tidak pantas dapetin hidupnya dan jadi boneka sejak kecil.)

"You deserve to life.. You don't kill anyone, so why u deserve to rest in peace*?" Manda bingung harus berkata apalagi. (Lu berhak untuk hidup. Lu gak bunuh siapapun, jadi kenapa lu pantas buat meninggal?)

"U don't know.. Everyone hate me.. everybody in my school hate me because i'm feminime. I tried to change, i tried to be manly, but it just, i can't.. When i look at the mirror, i wanna kill that boy who look like a girl. WHY I WAS BORN TO BE A BOY? WHY?? I hate me, i hate God.. And people hate me too. So why i should stay alive? The world will be better without me.. I'm just a trash, a pathetic boy, banci.. HAHAHA..*" (Lu gak tau. Semua orang benci gua. Semua orang di sekolah gua benci gua karena gua feminim. Gua coba buat berubah, gua coba buat jadi jantan, tapi itu hanya, gua gak bisa. Ketika gua liat cermin, gua pengen bunuh cowok yang keliatan kek cewek itu. Jadi kenapa gua harus hidup? Dunia bakal lebih baik tanpa gua.  Gua cuman sampah, cowok menyedihkan, banci.)

A Femboy I Love | TAMATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang