BAB VIII

1.3K 194 39
                                    

Ditemani oleh secangkir kopi hitam dingin diatas nakas-Manda benci hal panas-, Manda duduk di atas kasurnya yang kini berganti seprai menjadi hitam garis-garis cokelat muda.

Ditangan gadis itu ada pulpen dan buku tulis. Ia jadi berpikir apa yang harus ia lakukan terhadap pujaan hatinya.

"Man, kalau gua mati lu gak perlu ngejar-ngejar bencong kek gua." kalimat itu terus terngiang ditelinga Manda. Mengusik aktifitas gadis itu semenjak beberapa hari yang lalu.

Manda ingin mengatakan banyak hal pada pusat rotasinya meski si pujaan belum menjadi Buminya. Ia ingin meyakinkan cowok itu bahwa Manda akan selalu mencintainya, tidak peduli bagaimana dirinya, bagaimana tanggapan orang tentang mereka.

Faktanya, sekuat apapun si ketua karate disaat menumbangkan lawan-lawannya, ia lemah pada tatapan sendu Bumi. Lemah pada kalimat-kalimat Bumi yang membuatnya sulit tidur.

Tidak ingin larut dalam pikiran, jemari Manda yang sedari tadi mencoret-coret tidak jelas diselebaran kertas yang sudah menghitam berganti memegang HP. Ia membuka sosial media dan mulai menulis twit.

Padahal besok hari pertama ujian, namun gadis itu sibuk menuliskan pemikirannya di sosial media ketimbang membuka buku-buku yang berada di rak.

Seorang Amanda selain menjadi maso, sepertinya sudah menjadi budak cinta makhluk tsundere itu.

"Eh Bumi?" Elang yang baru saja bangun terkejut mendapati sahabatnya berdiri dengan seragam perempuan di depan pintu rumahnya sepagi buta ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Eh Bumi?" Elang yang baru saja bangun terkejut mendapati sahabatnya berdiri dengan seragam perempuan di depan pintu rumahnya sepagi buta ini. "Masuk dulu!" ajaknya tanpa menunggu respon.

"Gua kabur dari rumah." ungkap Bumi setelah ia masuk ke kamar Elang.

"Huh?!"

"Gak bisa gua pakai wig dan seragam normal kalo berangkat sekolah dari rumah. Kaa-san juga pengennya ngantar gua. Gila kali anjir! Yakali gua mau berangkat pake rok sama rambut asli." omel Bumi, mulai membuka kancing seragamnya.

Sesantai itu Bumi dihadapan Elang.

"Um gua mandi dulu ya." Elang mengusap belakang kepalanya, mengambil handuk, bergegas masuk kamar mandi.

"Haduh.." Bumi menhembuskan nafas kasar. Selepas berganti seragam dan memasang rambut palsu pendek berwarna hitam dengan rapi, ia mengeluarkan buku geografi dari ranselnya.

Hari ini ujian matematika wajib dan geografi atau biologi.

Menghapal rumus kelahiran, kematian, dan rumus-rumus lainnya sebenarnya tidak sulit. Hanya saja Bumi harus fokus agar angkanya tidak tertukar dan ia tak terkecoh oleh soal.

A Femboy I Love | TAMATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang