BAB II

2.6K 288 32
                                    

Bumi P.o.V (Point of View a.k.a sudut pandang)

"Bumi Abhicandra, kita pedekate yuk!" kalimat itu terus berputar-putar di otakku sejak kemarin. Kuhembuskan nafas malas. Sejujurnya sedikit terganggu dengan pernyataan itu.

Bukannya benci. Aku tidak semudah itu membenci orang. Hanya saja aku kurang nyaman dengan dirinya yang membawa-bawa rok dan sosok feminimku.

'Because i'm fearless!' aku sedikit terlonjak. Lagu 'Fearless' milik Seventeen yang tiba-tiba terputar membuatku kaget.

"Ya ada apa?" kuangkat panggilan dari wakilku, Amira Isabella.

"Lu gak lupa kan, buat ngadain online meet?"

Kulirik kalender yang ada diatas meja. Ada tinta merah yang melingkari hari ini. Sial, aku hampir lupa dengan agenda penggeledahan yang akan segera diadakan. Tertulis 'RAPAT ONLINE PENYITAAN BARANG ILEGAL' yang sengaja kutulis menggunakan huruf besar.

"Oh sorry, gua baru ingat. Makasih sudah ngingatin. Btw, tolong suruh Joshua bikin link meeting."

Amira mengiyakan setelah mengancam supaya aku tidak membahas soal hal-hal penting terkait penggeledahan seperti waktu pelaksanaan. Kami akan mengumumkan itu ke pengurus OSIS lainnya tepat di hari H.

Sengaja, agar meminimalisir kemungkinan kerja sama diantara para murid OSIS dan siswa-siswi yang membawa barang terlarang.

"Hadeh.." kubuka buku catatan bersampul hitam milikku. Sebagai anggota organisasi, mencatat itu penting.

Begitu mendapat getaran pertanda adanya pesan baru, aku membuka aplikasi chat yang sangat umum digunakan masyarakat Indonesia.

Kubuka laptop, menyalakan benda berlayar 13 inchi itu, serta membuka whatsapp via laptop. Begitu melihat link telah dikirim oleh Joshua, langsung saja kuklik. Tidak lupa login dengan akun email sekolah.

"Jangan lupa ajak teman-teman kalian untuk join. Denda terlambat menghadiri rapat baik online maupun langsung masih dan akan terus berlaku. Kita akan memulainya lima menit lagi, tepatnya pukul 19:30. Yang mau izin, langsung hubungi sekretaris saja. Pastikan alasannya valid. Saya tidak terima alasan 'ingin makan malam'. Kalian bisa makan di depan gadget kalian, asal jangan sampai saya tahu."

"Ngelucu lu ah." balas Alika-bendahara OSIS-, mendadak menyalakan micnya.

"Saya bukan pelawak." kumatikan microfonku. Terkekeh pelan dibalik mic yang mati. Untunglah lawakanku sampai. Meski kupikir tidak ada lucu-lucunya.

3 menit selanjutnya berlanjut dengan keheningan. Kecuali saat tanpa sengaja seorang anak mengaktifkan micnya dan lagu 'cinta satu malam' terputar.

Sialnya, jantungku kagetan. Ingin rasanya kumarahi anak itu. Syukurlah ia buru-buru mematikan micnya.

"Baiklah, kita akan mulai sekarang. Halo semuanya, apa kabar? Jawabnya tidak perlu mengaktifkan mic.

"Jadi tujuan rapat kita hari ini adalah untuk membahas terkait pelaksanaan pemberantasan barang-barang illegal di sekolah. Sebelum saya membahas konsepnya seperti apa, saya ingin mendengar masukan dari kalian terlebih dahulu. Adakah yang punya ide?"

Krik krik krik

"Ada yang punya ide? Kalau semua bisu, saya tunjuk asal saja. Kamu Michael, coba sebutkan idemu untuk penggeledahan besok!"

Rapat berlangsung 1 jam beberapa menit. Sempat ada keheningan 3 kali, namun aku langsung menunjuk asal untuk mewakili para pengurus lainnya.

Sekarang pukul 20:49 perutku mulai berbunyi. Terakhir kali aku makan saat istirahat kedua tadi, berarti sudah sekitar 7 jam yang lalu kali terakhir perutku diisi.

A Femboy I Love | TAMATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang