Chapter 15

1.3K 185 20
                                    

Mobil Rei masuk kembali ke pekarangan rumah Todoroki setelah 30 menit lalu menghilang dengan dalih nengantar Kei pulang.

Fuyumi keluar dengan setoples kacang almond di tangan kanan,badan bersandar dengan santai menyaksikan gadis muda itu keluar dari mobil.

Baru ingin mengajak Rei pergi keluar,Fuyumi yang awalnya bersender langsung menegakkan badan saat melihat kepala lain menyembuk keluar dari kursi penumpang.

Wajahnya sembab,menangis pastinya. Toples berisi kacang Almond di letakkan sembarangan. Fuyumi menghampiri Kei yang tengah menangis di samping mobil bersama Rei yang membantunya berjalan masuk.

Fuyumi mencoba bertanya,tapi Rei menyuruhnya diam.

“Nanti kuceritakan.”

Fuyumi mengangguk patuh,ikut menuntut Kei masuk.

Di ruang keluarga seluruh keluarga berkumpul. Ny. Rei tergopoh-gopoh saat melihat Kei menangis.

Shoto mundur menghampiri Rei yang berdiri di depan pintu. Menyenggol lengan gadis itu,bertanya ada apa.

Enji juga sama,menatap Rei seolah dia yang sudah bertanggung jawab akan hal ini. Gadis itu mendengus.

“Sakusa ketahuan selingkuh di depannya.”

Semua orang terdiam dengan tangis Kei sebagai iringan. Ia sudah habiskan banyak tisu untuk ingusnya. Kei bungkam seribu bahasa,membiarkan Rei yaang menceritakan.

Enji berdiri dengan wajah kesal,hendak melabrak gerangan yang terhormat Sakusa Kiyoomi yang mungkin sedang kebingungan seperti orang gila mencari istrinya yang tengah hamil besar.

Semua orang di rumah sudah mendengar cerita Rei.

“Menurutku bukan begitu.” Touya buka suara setelah lama terdiam.

Rei ikut mengangguk, “Omi bukan tipe orang yang gampang selingkuh. Akan lebih rasional kalau dia dalam pengaruh obat.”

Touya setuju, “Apa kau tahu kandidat orangnya?.”

Rei mengendikkan bahu, “Hanya ada satu.” Rei melirik Kei sekilas.

“Mantan tunangan Sakusa?.” Shoto menjawab sekembalinya ia dari dapur mengambil minuman.

Rei mengangguk, “Memang sejak gadis itu datang anginnya mulai berubah arah.”

Ny. Rei memeluk Kei menenangkan. Tangannya ia gunakan untuk merangkul dan mengelus kepala Kei sayang.

“Kei lebih baik di sini dlu saja sampai kau merasa tenang. Biar Omi-kun sendiri yang menyusulmu nanti. Tapi dengar nak,jangan langsung memutuskan semuanya sendiri. Dengarkan penjalasam suamimu dulu ya. Karena harga termahal dalam rumah tangga itu adalah kepercayaan.”

Kei mengangguk patuh. Ia mengeratkan pelukannya pada satu-satu nya ibu di rumah itu. Hingga jatuh tertidur tak berapa lama kemudian.

Enji mengambil alih tubuh ramping Kei,menidurkannya di kamar tamu.

“Kalian bisa tidur kalau kalian mau,Ibu keluar sebentar membeli beberapa vitamin untuk Kei-chan.”

Orang-orang di ruangan itu mengangguk.

“Apa aku harus beritahu Omi?.”

Touya yang hendak meninggalkan ruangan berseru, “Beritahu saja,lagi pula dia suaminya kan.”

Rei mengangguk,ia menekan beberapa angka di ponselnya. Sinyal segera menukik keras,menangkan sinyal satelit dan dikembalikan menuju ponsel lain sebagai panggilan.

Kiyoomi yang sedang kalut mencari Kei di sepanjang jalan. Frustasi karena tak kunjung menemukan apa yang ia cari. Ia tidak tahu alamat Todoroki,GPS Kei dan Rei juga di matikan.

Hingga panggilan masuk atas nama teman dekat Kei membuyarkan gundah di hatinya.

“KAU DIMANA?!” Kiyoomi membentak kasar. Demi apapun dia sangat khawatir.

Rei di seberang mendengus kesal, “Aku sudah berbaik hati memberitahumu karena awalnya Kei benar-benar ingin mencekikku kalau aku berani memberitahumu. Dan kau malah memarahiku hah? Intropeksi sana.”

Kiyoomi mengusap kasar wajahnya.

“Baiklah,maaf. Sekarang,dimana istriku?.”

Rei menghela nafas panjang, “Ada bersamaku,di rumah keluarga Todoroki.”

Kiyoomi baru akan menekan tombol Ended jika saja Rei tidak berteriak di seberang.

“JANGAN. Jangan datang kemari. Kei butuh waktu,dia baru saja tidur.”

“Kau waras? Aku sedang khawatir setengah hidup karena istriku kabur dari rumah,dan kau malah melarangku menemui san membawa dia pulang?.”

Rei berdecak, “Yang tidak waras itu kau tahi lalat. Hati istrimu masih sakit dan butuh istirahat. Dan itu semua gara-gara kau. Kau fikir kenapa istrimu pergi jika agar dia tak bisa melihat wajah jelekmu itu hah?.”

Kiyoomi kesal,ia menguspa wajahnya kasar.

“Tapi dia tetap istriku,aku harus membawa nya ke tempat nya yang seharusnya.”

“Kau itu kenapa tidak bisa mengerti sih. Kau fikir manusia mana yang akan tetap diam di rumah setelah melihat suaminya hampir bercinta dengan orang lain hah? Kau harus fahami kondisi istrimu,dia sedang hamil. Kenapa kau memaksa sih?.

-dengar,bagaimanapun kau itu tetap bersalah meski dalam pengaruh obat sekalipun. Dan untuk saat ini kau tidak punya hak untuk membawa Kei pulang. Jika kau bersikeras,Kei akan benar-benar tidak suka padamu karena kau suka memaksa. Jadi Tuan Sakusa yang terhormat,kumohon kau mengerti keadaan istrimu sendiri sekarang.”

Kiyoomi menghela nafas, “Tapi aku harus minta maaf.”

“Jangan jadi egois Omi. Coba bayangkan kau yang sekarang ada di posisi Kei,apa yang akan kau lakukan selain kabur sejauh mungkin agar tidak melihat hal itu terjadi lagi? Hah? Ayolah bung mengertilah,minta maaflah sesukamu jika Kei sudah lebih baik. Aku tak akan menghalangi jalanmu jika memang sudah dirasa cukup.”

Kiyoomi menyerah,baiklah ia akan menurut untuk sekarang. Selama Kei nya aman dan baik-baik saja. Setidaknya itu menjadi alasan untuk batinya beristirahat dengan tenang walau sebentar.

“Baiklah. Jaga dia baik-baik dan terus kabari aku keadaannya.”

“Pasti,kau juga jaga dirimu.”

Panggilan diakhiri. Kiyoomi bersandar pada pintu mobil. Menghirup udara malam dalam-dalam. Ia mendongak memandang langit yang bersih tanpa bintang.

Baiklah,ia akan biarkan Kei beristirahat dengan fikirkannya untuk saat ini.

I'm Here [SakuTsuki] CompleteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang