Satu jam sebelumnya…
Stefan keluar asrama dengan menaiki motornya. Beberapa menit kemudian ia berhenti di depan sebuah restoran. Ia pun masuk ke dalam. Sesaat kemudian, ia keluar sambil menenteng bungkusan putih. Stefan pun melaju motornya kembali ke asrama. Ia melirik jam di pergelangan tangannya. Pukul 8 malam tepat. Stefan langsung berjalan menuju kantin. Meja tempat ia da teman-temannya makan tadi sudah kosong. Sepertinya mereka sudah selesai makan. Tepat waktu. Stefan tersenyum kecil sambil mengeluarkan makanan yang ia pesan di restoran tadi.
Stefan sengaja membelikan makanan yang di restoran. Sebab ia tahu Yuki akan datang terlambat. Makanan yang ia pesan sebelumnya bersama teman-temannya pasti akan dingin kalau Yuki sudah datang. Stefan menata makanannya di atas meja. Kemudian ia pun duduk sambil menunggu Yuki.
-----
Yuki tiba di asrama. Ia pun bergegas lari ke kantin tempat mereka janji makan bersama. Yuki berlari sambil melirik jam di pergelangan tangannya. Ini sudah sangat terlambat. Mereka janji bertemu pukul 7 malam. Sekarang sudah pukul 9 malam. Napas Yuki ngos-ngosan. Ia sudah tiba di depan pintu masuk kantin. Yuki pun berjalan pelan masuk ke dalam.
Langkah Yuki terhenti. Tubuhnya membeku di tempat. Mata Yuki tidak berkedip menatap ke depan. Seketika ia merasa tubuhnya lemas.
“Stefan…” lirih Yuki.
Stefan meletakkan kepalanya ke atas meja. Kedua matanya terpejam. Stefan tertidur. Yuki bergerak perlahan mendekati Stefan. Kini ia berdiri di sebelah Stefan. Memperhatikan Stefan dengan lekat. Lalu pandangan Yuki beralih ke atas meja yang dipenuhi dengan makanan. Mata Yuki menatap nanar Stefan. Apa yang sudah Stefan lakukan? Apakah ia menunggunya selama ini?
Yuki duduk di sebelah Stefan. Ia pun meletakkan kepalanya ke atas meja. Memandang Stefan lekat. Wajah Stefan terlihat begitu sangat lelah. Yuki bodoh! Rutuk batin Yuki. Bagaimana bisa melupakan janjinya bersama Stefan? Ia juga membiarkan Stefan menunggunya selama ini.
Sedetik kemudian, tubuh Stefan menggeliat pelan. Ia menarik napasnya pelan. Yuki masih tetap diposisinya. Ia hanya diam memperhatikan Stefan. Mata Stefan bergerak pelan. Perlahan kedua matanya terbuka. Samar-samar ia melihat ada sosok bayangan di depannya. Yuki tersenyum kecil.
“Hai,” sapa Yuki pelan.
“Apa gue mimpi?” gumam Stefan pelan.
“Ngga. Sorry ya, Fan...” lirih Yuki.
Stefan langsung bangun dari tidurnya. Ia mengucek kedua matanya berulang kali. Memastikan kalau ini bukanlah mimpi. Benar. Ini bukan mimpi. Yuki sekarang duduk di sebelahnya sambil memandang dengan lekat. Stefan tersenyum kecil. Kemudian ia berdecak pelan.
“Kayaknya gue ketiduran ya,” ucap Stefan dengan suara khas orang bangun tidur.
Yuki tidak merespon. Ia hanya menatap Stefan lekat. Stefan menaikkan sebelah alisnya melihat Yuki. Ia pun melirik jam di pergelangan tangannya. Pukul 11 malam. Mata Stefan membulat besar. Ia pikir sudah selarut ini Yuki baru pulang. Apa ia tidak dimarahi Bu Amanda, penjaga asrama ini.
“Lo baru pulang?” tanya Stefan hati-hati. Yuki menggeleng pelan.
“Kenapa?” tanya Yuki pelan.
“Kenapa apanya?” tanya Stefan bingung.
“Kenapa lo tidur di sini? Lo nungguin gue?” tanya Yuki lagi. Stefan tersenyum.
“Gue ngejaga makanan ini supaya ngga diabisin sama anak-anak, ehh…gue malah ketiduran,” ujar Stefan sambil terkekeh pelan.
“Bodoh,” rutuk Yuki. Stefan tersenyum kecil.