Banyak anak-anak remaja sedang mengantri panjang di depan sebuah gerbang sekolah. Music Art School. Sekolah musik dan seni terkenal di Jakarta. Hari ini sekolah itu sedang mengadakan seleksi untuk mendapatkan siswa-siswi yang berbakat dibidang seni.
Beberapa ada yang sudah masuk ke dalam. Masing-masing dari mereka ada yang mengisi formulir, duduk dengan cemas menunggu giliran, dan ada beberapa yang latihan bersama teman-temannya.
Lima orang sedang duduk didepan di ruang aula. Kelima orang itu adalah juri yang akan menilai vokal, gerakan, dan pengetahuan tentang musik seni dari masing-masing peserta seleksi. Mereka berlima adalah guru terbaik Musarts, sebutan untuk Music Art School. Saat ini seorang gadis sedang berdiri dihadapan kelima juri.
"Nasya Quinn Marcella, kamu sudah siap?" tanya seorang juri yang terlihat lebih tua dari keempat juri lainnya.
"Saya siap!" jawab Nasya.
Semua mata juri menatap ke arah Nasya. Nasya pun mulai bernyanyi dan melakukan gerakan yang seirama dengan musik dan lagu yang ia bawakan. Kelima juri tersenyum melihat penampilan Nasya. Beberapa menit kemudian, Nasya telah selesai dengan pertunjukkannya. Dengan napas yang terengah-engah ia menunggu keputusan juri. Dihadapannya saat ini, juri sedang berdiskusi untuk menentukan apakah ia berhasil atau tidak. Selang beberapa menit, juri sudah menentukan keputusannya.
"Nasya, penampilan kamu sangat menarik. Good voice. Good dancer. Dan kamu..." juri menggantung kalimatnya. Jantung Nasya berdetak lebih cepat. Ia berdebar menunggu keputusan juri.
"Kamu lolos." ucap juri kemudian.
"Yesss!" pekik Nasya sambil meloncat kegirangan.-----
Tepukan tangan penonton menandakan berakhirnya penampilan Yuki dan lainnya. Yuki pun segera berjalan ke belakang panggung.
"Yuki, you're awesome. Very... very awesome." ujar seorang wanita yang terlihat anggun dress hitam panjangnya.
"Thank you, Miss Alice. You're awesome too," ujar Yuki sembari tersenyum.
"No...no... You more awesome, Yuki." ujar Miss Alice semangat. Yuki tersenyum senang menerima pujian dari Miss Alice, salah satu guru di sekolahnya.
"I hope I can singing with you," ujar Miss Alice senang.
"Really? Oh, thank you, Miss. I hope it too," ujar Yuki. Miss Alice memeluk Yuki erat.
"I must go now. See you tomorrow, my princess." ujar Miss Alice pelan.
"See you tomorrow, Miss." ujar Yuki seraya membalas pelukan Miss Alice. Miss Alice mencium kedua pipi Yuki sebelum ia pergi berlalu.
Yuki kembali ke ruang ganti pakaian. Ia mengambil tisu untuk membersihkan sisa make up diwajahnya. Ia tersenyum melihat pantulan wajahnya di cermin. Sesaat kemudian terdengar ponselnya berdering. Mami calling... Yuki mengernyitkan keningnya.
"Mami," gumam Yuki pelan seraya mengambil ponselnya dan menerima telepon dari Mami.
"Halo..."
"Yukiiiii..." terdengar jeritan dari suara Maminya.
"Mami..." Kali ini tidak hanya suara jeritan namun tangisan pun terdengar dari Maminya.
"Mami, ada apa?" tanya Yuki mulai panik.
"Yukiiii..." jerit Mami lagi.
"Mami, please...jangan bikin aku khawatir. Ada apa, Mi?" tanya Yuki lagi.
"Daddy kamu..."
Yuki tertegun mendengar perkataan Maminya. Wajahnya seketika memucat. Bibirnya terkatup sementara. Matanya menatap kosong. Tutt...tutt...tutt... Yuki memutuskan komunikasi itu dengan cepat. Ia tidak ingin mendengar lebih banyak lagi.-----
Satu per satu anak-anak yang mengantri di Musarts lolos. Dan beberapa dari mereka tidak ada yang berhasil kembali dengan rasa sedih dan kecewa.
"Kevin, Mama bangga sama kamu." ujar wanita paruh baya seraya mencium kedua pipinya anak laki-lakinya.
Kevin Arka Julio, cowok tinggi dengan penampilannya yang sangat cupu. Kacamata besar menghiasi wajahnya. Ia pun tidak tahu kenapa ia bisa lolos dengan permainan gitar dan seni lukis yang ia tunjukkan.
Terlihat sepasang anak yang sedang meloncat-loncat kegirangan. Keduanya berhasil lolos dalam seleksi tersebut.
"Akhirnya kita berdua lolos," ujar seorang lelaki dengan senangnya.
"Iya, akhirnya kita bisa sekolah disini juga," ujar seorang gadis.
Dua orang yang bersahabat. Mencoba meraih mimpi bersama. Mereka mengikuti seleksi Musarts dengan bakat yang tidak mereka duga. Max Zyer Boutier, cowok berwajah indo dengan lesung pipi diwajahnya. Penampilan permainan drumnya tadi membuat juri terkesima.
Nina Rayns Zatullini, gadis sederhana seorang yatim piatu namun gerakan tubuhnya dalam menari membuat juri kagum dengannya.
Terlihat dari kejauhan, seorang gadis berdiri dengan angkuhnya. Natasha Ryn Willona, gadis berwajah oriental berhasil lolos dengan pesona wajah yang ia miliki. Selain itu kelincahan dalam menari membuat nilai plus untuknya.-----