Part 17

1.2K 83 0
                                    

"Bukan elo kan yang..."

"Bukan... Bukan gue!!!" potong Stefan cepat.

Yuki melongo. Kenapa Stefan bilang bukan??? Yuki tersenyum geli melihat ekspresi kaget dari Stefan. Senyum itu... Kali pertama Stefan melihatnya tersungging dibibir Yuki. Gadis itu terlihat sedikit berbeda dengan senyuman itu.

"Kenapa lo bilang bukan?" tanya Yuki datar.

Stefan terdiam. Benar, kenapa ia berkata bukan? Memangnya apa yang ingin Yuki katakan. Bodoh!!! Rutuk Stefan pada dirinya sendiri. Berpura-pura tidak ambil pusing, Stefan berjalan ke arah lemari dan mengambil pakaiannya, lalu mengenakannya. Ia pun berjalan ke arah gitar dan mengambilnya.

"Lo mau kita latihan kan? Ayo, cepat. Kita ngga punya banyak waktu lagi. Besok pagi udah penilaian. Dan malam ini, terpaksa kita ngga pulang. Asrama pasti udah ditutup." ujar Stefan sambil duduk di kursi belajarnya.

Stefan memetik senar gitarnya pelan. Yuki melirik jam didinding. Pukul 11 malam tepat. Yuki mendesah pelan. Pada akhirnya ia terkurung juga disarang penyamun ini. Yuki berjalan pelan mendekati Stefan. Menatap lelaki itu lekat. Apa yang membuat dia berubah pikiran?

"Lagu apa yang harus kita bawain besok?" tanya Stefan membuyarkan lamunan Yuki.

"Ehmm... gue ngga sengaja denger lagu ini di rooftop asrama," ujar Yuki.

Yuki pun memutar music player dari ponselnya. Nyanyian mulai terdengar memecah kesunyian kamar. Stefan tercekat. Lagu itu... lagu yang ia sering bawakan bersama Ariel dulu. Ternyata Yuki mengetahui lagu itu saat ia berada di roodtop. Saat sendiri, tanpa sengaja Yuki mendengar lagu itu yang dinyanyikan oleh seseorang. Seseorang itu adalah Stefan. Seketika wajah Stefan berubah. Yuki menyadari perubahan Stefan, ia pun segera mematikan musiknya. Yuki menarik napas pelan. Lalu menatap Stefan.

"Lagu yang lain aja," ujar Stefan dingin.

"Kalo gitu, lo yang pilih lagunya." ujar Yuki datar.

Stefan tampak berpikir. Kemudian ia mulai memetik senarnya memainkan sebuah nada lagu yang lumayan dikenal oleh Yuki. Tak lama kemudian terdengar nyanian dari suara Stefan. Ia bernyanyi sambil memainkan gitarnya. Diseparuh lagu, Yuki bisa mengikuti lagu itu. Setelah lagu berakhir, keduanya saling diam.

Kriiuuukk... Tiba-tiba terdengar suara perut berbunyi. Suara perut kelaparan .yuki meringis kecil sambil mengusap lembut perutnya. Hal itu membuat Stefan tertawa geli. Sepertinya Yuki kelaparan. Maklum saja, ia tidur seharian penuh dan malam harinya baru bangun. Stefan melirik jam didinding. Tempat makan mana yang masih buka tengah malam begini?

-----

Motor Stefan berhenti di sebuah kedai makanan di pinggir jalan. Suasana kedai cukup ramai pada saat pukul 1 malam seperti ini. Yuki turun dari motor Stefan. Sedangkan Stefan memarkirkan motornya dibawah pohon. Yuki mengedarkan pandangannya ke sekeliling. Sebelumnya ia tidak pernah datang ke tempat seperti ini. Selesai memarkir Stefan berjalan ke arah Yuki. Ia mengajak Yuki untuk duduk disebuah meja.

Tak berapa lama kemudian, seorang lelaki paruh baya datang bertanya pada Stefan dan Yuki. Keduanya memesan menu makanan yang sama, nasi goreng dan teh hangat. Yuki masih terasa asing dengan suasana seperti sekarang. Matanya tidak henti-hentinya menatap orang-orang yang menikmati makanan disana.

"Elo sering ke sini ya?" tanya Yuki pelan.

"Iya, sebelum masuk Musarts gue sering ke sini. Elo pasti pertama kali datang ke tempat seperti ini, iya kan?" tanya Stefan. Yuki memandang Stefan dan mengangguk pelan.

"Stefan," panggil seseorang yang kemudian berjalan mendekati meja Stefan dan Yuki.

"Rizky," ucap Stefan seraya berjabat tangan.

SuperstarsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang