"Bisa ngga ketuk pintu dulu," ketus Yuki seraya bangun dari baringnya.
"Ngga ada waktu. Lo harus ikut gue," Gio berjalan masuk ke dalam dan mendekati Yuki.
"Mau kemana?"
"Udah, ikut aja." Gio menarik tangan Yuki dengan paksa.
"Lepasin gue," pekik Yuki sambil meronta.
Bukan Gio namanya kalau peduli dengan teriakan Yuki. Ia terus saja menarik tangan Yuki hingga keluar asrama. Mereka berhenti di depan motor sport berwarna merah. Gio mengambil helm dan memakainya. Lalu ia mengambil satu helm lagi dan mengenakannya ke kepala Yuki. Keduanya pun naik ke atas motor, lalu melesat pergi meninggalkan asrama. Motor Gio terus melaju dan Yuki tidak tahu mereka akan pergi kemana.
Setengah jam kemudian...
Motor Gio berhenti di depan sebuah tempat yang terlihat seperti sebuah club malam. Gio segera memarkir motornya dan berjalan masuk ke dalam. Namun, tiba-tiba ia menghentikan langkahnya. Lalu berbalik ke belakang. Ia melihat Yuki masih berdiri di tempatnya. Berdiri mematung dan menatap datar tulisan besar yang ada di atas pintu masuk. 'SOUL N DANCE' Dahi Yuki mengerut melihatnya. Tempat apa ini? Yuki yakin, ia tidak pernah datang ke tempat ini sebelumnya."Ayo, buruan. Ntar kita telat," ajak Gio seraya menarik tangan Yuki. Yuki menurut saja tanpa melakukan perlawanan. Karena ia pun penasaran dengan tempat itu.
Yuki tercengang saat melihat keadaan di dalam tempat itu. Di sudut ruangan itu ada sebuah panggung dimana ada seorang yang menari dengan lincahnya. Semua orang yang melihatnya menggerakkan setiap anggota tubuhnya bersorak heboh dan bertepuk tangan. Begitu juga dengan Gio. Ia berlari mendekat ke arah panggung. Yuki seperti terhipnotis melihat penampilan dancer yang seorang lelaki itu. Mata Yuki hampir tidak berkedip melihat setiap gerakan yang ditunjukkan oleh dancer itu. Gio menarik tangan Yuki agar lebih dekat melihat penampilan dancer itu.
"Keren kan?" teriak Gio. Yuki menoleh sekilas.
"Biasa aja," ujar Yuki datar. Gio hanya tersenyum kecil.
Dancer itu menari layaknya penari profesional. Dinamis. Energy. Powerful. Dalam hati, Yuki tidak menampik kalau penampilan dancer itu sangatlah keren. Tanpa Yuki sadari, tubuhnya bergoyang mengikuti beat musik yang mengiringi dancer itu. Gio yang melihat itu hanya tersenyum kecil. Beberapa menit kemudian, dancer itu selesai dengan pertunjukannya. Gio pun menggenggam tangan Yuki dan menariknya pergi. Mereka menerobos penonton yang berdesakan di belakang. Kemudian, mereka tiba di pintu belakang panggung. Mereka melihat dancer itu keluar dari sana.
"Fero," panggil Gio dengan suara keras. Dancer itu celingukan mencari sumber suara. Gio berjalan cepat ke arah Fero. Dan Yuki mengikutinya dari belakang.
"Apa kabar, bro?" Gio memeluk Fero.
"Gio, lo yang apa kabar? Kemana aja lo?" tanya Fero. Gio tertawa kecil.
"Gue baik-baik aja. Iya nih, gue sibuk persiapan untuk debut."
"Kalo gitu, bentar lagi lo jadi selebriti dong." ujar Fero yang di ikuti tawa dari Gio.
"I hope. Oh ya, Fer, kenalin ini temen gue, Yuki. Yuki, ini Fero, pemilik tempat ini." Yuki tampak terkejut mendengar perkataan Gio. Namun sedetik kemudian, mengulurkan tangannya.
"Yuki,"
"Fero," ujar Fero sambil tersenyum seraya mengulurkan tangannya. Yuki tercekat sesaat. Ia menatap lekat wajah Fero. Gio yang memahami situasi ini segera bertindak.
"Kebiasaan lo, bro. Nih, tangannya." ucap Gio.
"Hahaha... Sorry, sorry, Fero." ujar Fero yang diiringi gelak tawanya. Yuki menelan ludahnya susah payah. Ia memandang Gio penuh tanya.