Tidak seperti biasanya kantin begitu ramai. Pasalnya ada tontonan gratis bagi mereka. Lagi-lagi Kevin menjadi korban kejahilan anak-anak Musarts yang menganggap Kevin anak super paling cupu di sekolah. Ia dilempari bungkusan snack dan beberapa kertas. Mereka seolah menganggap Kevin seperti tempat sampah. Dari kejauhan, Yuki melihat kejadian itu. Ia pun berlari ke tempat Kevin. Yuki sampai didepan Kevin. Ia berdiri membelakangi Kevin. Yuki menatap tajam satu per satu anak-anak yang menjahili Kevin.
"Kenapa kalian berhenti hanya karena anak koruptor itu?" ujar Natasha yang berjalan dari arah belakang. Ia menatap Yuki sambil tersenyum miring.
"Anak koruptor bantuin anak cupu. Klop banget. Lo hebat cari teman, Ki. Hahaha..." ujar Natasha sambil tertawa mengejek.
Yuki hanya diam saja. Ia menoleh ke belakang dan mendapati Kevin sedang ketakutan. Ia berusaha mencari kacamatanya yang jatuh entah kenapa. Yuki melihat kacamata Kevin yang letaknya tak jauh dari Kevin. Yuki menunduk dan mengambilnya. Saat ia akan berdiri, mereka... anak-anak jahil dan beberapa teman Natasha mulai melempari Yuki dengan kertas. Tidak hanya itu, mereka juga melempari Yuki dengan telur. Yuki masih berdiri tegak, melindungi Kevin yang kini menyembunyikan wajah dan tubuhnya dibelakang Yuki. Natasha pun tak ingin ketinggalan, ia hendak melempar dua telur sekaligus.
Namun ia tercengang saat melihat bukan Yuki yang menerima lemparan telurnya. Melainkan seorang lelaki. Lelaki dengan tubuh tingginya berdiri menghadap Yuki. Ia melindungi tubuh Yuki. Perlahan Yuki mendongakkan kepalanya, kedua manik matanya menatap manik mata lelaki itu. Mata yang berwarna cokelat. Yuki tidak berkedip menatap kedua mata lekat itu. Jarak mereka terlalu dekat, hingga napas dari keduanya begitu terasa satu sama lain. Hampir saja ujung hidung keduanya bersentuhan.
"Stefan," ucap Kevin kaget saat melihat Stefan yang tiba-tiba sudah berdiri di depan Yuki.
Mereka tidak peduli. Mereka semakin gencar melempari telur-telur. Sesekali Stefan meringis, menahan sakit saat telur-telur itu menyerang tubuhnya dalam jumlah banyak dan waktu yang bersamaan. Yuki meremas ujung baju seragamnya, menahan kesal. Ia hendak berpindah posisi, tapi Stefan justru menarik tubuh Yuki kedalam pelukannya. Stefan membenamkan wajah Yuki kedadanya agar gadis itu tidak melihat kesakitannya.
"Heiiii... Berhentiiiii!!!" teriak seseorang.
Mereka semua berhenti dan menoleh ke arah sumber suara. Mereka mendapati Adrian sedang berdiri bersama Adi, Kimberly, Max, dan Nina. Adrian berjalan cepat mendekati mereka. Ia menatap tajam ke arah anak-anak itu.
"Bubar!!! Kalian semua ikut saya!!!" ucap Adrian keras. Kontan mereka semua menghentikan aksi lempar telur, lalu berjalan mengikuti Adrian.
"Kalian ngga pa-pa?" tanya Adi pelan.
"Lo ngga pa-pa kan, Vin?" tanya Nina panik. Kevin menggeleng pelan.
"Nih," ucap Yuki seraya memberikan kacamata pada Kevin.
"Makasih ya, Ki. Lo udah nolongin gue," ujar Kevin pelan.
Yuki hanya diam saja. Ia sibuk membersihkan kulit-kulit telur yang menempel di rambut dan bajunya. Kimberly pun mendekat dan membantu Yuki membersihkannya. Sedangkan Stefan dibantu Adi membersihkan baju bagian punggungnya. Yuki melirik jahil ke arah Kimberly. Begitu juga dengan Stefan. Senyum jahil terukir dibibir keduanya.
"Aaaakkkhh..." pekik Kimberly dan Adi bersamaan.
Yuki dan Stefan terus memberi mereka cairan telur-telur itu. Kimberly berusaha lari, namun Yuki mengejarnya dan menempelkan cairan telur pada wajah Kimberly. Stefan pun tak mau kalah, ia juga melakukan hal yang sama pada Adi. Max, Nina, dan Kevin tercengang melihat aksi mereka berempat. Gila!!! Bukannya sedih atau kesal, kejadian seperti ini malah jadi moment lucu-lucuan bagi mereka. Gelak tawa keempatnya memenuhi sudut kantin. Mata Yuki dan Kimberly tertuju pada Max, Nina, dan Kevin. Mereka pun mendekati ketiganya. Dan hal yang sama pun terjadi pada ketiganya. Yuki dan Kimberly menempeli mereka dengan cairan telur. Dari kejauhan, Kenzo tersenyum melihat apa yang mereka lakukan.