PROOOK... PROOOKK... PROOKK... Suara tepukan tangan tiba- tiba mengagetkan Yuki. Ia pun menoleh ke belakang.
"Elo..."
"Katanya mau ngelakuin bareng-bareng," ujar Stefan sambil tersenyum.
"Tapi gue terluka sendiri," ujar Yuki dengan napas yang terengah-engah.
"Tapi kita bisa nyembuhin luka itu bareng-bareng kan?" tanya Stefan sambil tersenyum manis. Yuki terkekeh pelan.
"Nih..." Stefan memberikan sebotol minuman pada Yuki.
"Pasti punya Adi," ujar Yuki sambil menerima botol tersebut, lalu membukanya dan meneguk isinya perlahan.
"Iya, nanti gue bisa beli lagi." jelas Stefan.
Keduanya pun menikmati minuman yang dibawa Stefan. Mereka duduk sambil menikmati pemandangan dari jauh. Stefan berdehem pelan. Lalu memandang Yuki.
"Jadi, udah bisa nih?" tanya Stefan. Yuki menarik napas panjang.
"Kali ini gue harus kerja lebih keras. Mungkin seratus kali lipat dari yang kemarin." ujar Yuki. Stefan mengerutkan dahinya.
"Tapi tadi itu keren banget lho," puji Stefan. Yuki terkekeh sumbang.
"Tapi, gue takut, Fan." ujar Yuki pelan. Wajah Stefan mulai serius.
"Kenapa?" tanya Stefan pelan.
"Gue takut gagal. Kalo gue gagal itu artinya gue harus keluar dari Musarts. Berarti impian gue akan berhenti dihari itu juga." jelas Yuki pelan.
Stefan menatap Yuki lekat. Gadis itu kini terlihat sangat takut. Stefan menggenggam tangan Yuki erat. Yuki menoleh dan menatap Stefan. Lelaki itu tersenyum.
"Lo pasti bisa. Buktinya kemarin lo berhasil. Lo nunjukin ke semua orang kalo lo emang hebat. Jadi, jangan takut sebelum lo mencobanya." ujar Stefan.
"Lo ngga akan ngebiarin gue ngelakuin ini sendiri kan?" tanya Yuki pelan.
"Tentu. Kita akan berdiri di atas panggung bersama dan membuat mereka terpukau dengan gerakan yang akan kita tampilkan nanti," ujar Stefan. Yuki tersenyum. Entah mengapa ia merasa tenang sekarang.
-----
"Maaf, untuk kali ini saya tidak bisa mengajari kalian. Tapi saya punya nasihat untuk kalian. Menarilah dengan hati. Menyatu dengan musik dan irama. Dan yang paling penting, kerjasama yang baik akan memudahkan kalian mendapatkan segalanya." ujar Adrian dihadapan siswa-siswinya.
"Oke, apa ada yang ingin bertanya?" tanya Adrian. Semuanya menggeleng, kecuali Yuki.
"Yuki, ada yang ingin kamu tanyakan?" tanya Adrian lagi.
"Ehmm... Siapa dancer terbaik di sekolah ini?" tanya Yuki.
Adrian hanya tersenyum. Bukannya menjawab, ia justru mengajak siswa-siswinya untuk keluar kelas. Mereka pun hanya mengikuti Adrian. Namun tiba-tiba Adrian menghentikan langkahnya. Ia berhenti didepan ruang latihan tari. Disana ada seseorang yang sedang berlatih tari.
"Dia... dancer terbaik tahun ini. Karena kepandaiannya itu, dia langsung dimasukkan ke kelas debut." jelas Adrian sambil memandang ke arah orang yang sedang menggerakkan tubuhnya dengan lincah.
Yuki tercekat. Tercengang. Ia memandang tak percaya orang yang ditunjuk oleh Adrian. Yuki mengerutkan dahinya. Ia sulit menerima kenyataan yang ada didepan matanya saat ini.
"Itu kan Gio," ujar Kevin. Yuki mendelik Kevin tajam.
Ia juga tahu kalau orang yang ada didalam sana adalah Gio. Tapi kenapa harus Gio? Best dancer??? Sulit ia percaya... Lelaki yang kurang ajar dan tidak punya sopan santun. Orang yang sering membuat ia kesal setiap kali bertemu. Orang yang tanpa tega dan belas kasih menganiaya orang lain. Orang yang... Yuki menggeram pelan. Ia merasa seakan tidak rela dengan sebutan 'best dancer' untuk lelaki itu, Gio Lyer Abraham.