Part 4

941 83 0
                                    

Yuki telah tiba di tempat tujuannya. Kantor polisi. Dengan langkah pelan ia masuk kedalam. Sesampainya didalam, Yuki harus menunggu sampai petugas mengantarkan orang yang akan ia temui. Tak lama kemudian terdengar suara langkah pelan dari belakang. Yuki menarik napasnya pelan.

"Yuki..." panggil seseorang dengan suara beratnya. Yuki tahu siapa pemilik suara itu. Ia menoleh dan mendapati Daddy-nya sedang berdiri dihadapannya.

Yuki bisa melihat wajah Daddy-nya yang terlihat pucat. Tidak hanya itu, tubuh Daddy-nya pun kurus. Mata Daddy berkaca-kaca menatap putrinya. Ia mendekat. Namun Yuki mundur selangkah. Daddy menghentikan langkahnya.

"Kamu apa kabar, sayang. Kapan tiba di Jakarta?" tanya Daddy dengan suaranya yang bergetar.

"Barusan. Aku langsung pulang ke rumah. Lalu kemari," jawab Yuki dingin.

Daddy hanya tersenyum kecil saat mendengar jawaban putrinya. Kemudian ia duduk. Sejenak keduanya hanya diam. Hening. Tidak ada yang bersuara dari keduanya.

"Rumah udah disita. Aku dan Mami ngga tahu harus kemana. Sedangkan Cio, dia kabur dari rumah." ujar Yuki memecah kesunyian. Daddy menghela napas panjang.

"Maafkan, Daddy. Daddy..."
"Kenapa Daddy ngelakuin ini sama aku. Daddy udah bikin semuanya hancur. Hidup aku. Masa depan aku. Semuanya." ujar Yuki dengan suara keras. Yuki menarik napas pelan. Ia berusaha menahan tangisnya.

"Mereka hampir ambil piano aku. Satu-satunya barang yang aku miliki, bukan dari pemberian Daddy." ucap Yuki dengan tangisnya. Ia sudah tidak bisa menahan tangisannya lagi.

Daddy menangis sesunggukan didepan Yuki. Dengan cepat Yuki menghapus airmatanya. Sesaat ia menatap Daddy-nya tajam.

"Bilang semua ini ngga bener. Daddy ngga korupsi kan?" ujar Yuki pelan. Daddy memandang Yuki sambil menangis. Ia menunduk dalam sambil merapatkan kedua tangannya.

"Maaf... Maafkan, Daddy, Yuki. Daddy...hanya ingin kalian bahagia." ujar Daddy sambil menangis.

Yuki terdiam. Ia berdiri sambil menatap Daddy-nya yang terlihat begitu menyedihkan. Perlahan ia melangkah mundur meninggalkan Daddy-nya. Tanpa berkata apa-apa lagi, Yuki pun pergi meninggalkan Daddy-nya.

Setelah dari kantor polisi, Yuki memilih untuk pulang. Namun ia terkejut saat melihat banyak koper di halaman rumahnya. Yuki berjalan cepat masuk ke dalam. Ia melihat Maminya sedang menyeret koper berukuran besar.

"Mami mau kemana?" tanya Yuki cepat.

"Mami mau pergi. Kamu urus diri kamu sendiri. Mami udah ngga punya apa-apa. Untuk menghidupi diri sendiri saja sulit. Mami ngga bisa menanggung biaya hidup kita berdua. Lebih baik kamu seperti Cio. Mengurus hidupnya sendiri." ujar Mami sambil membawa kopernya. Yuki tercengang mendengar ucapan Maminya barusan. Ternyata selama ini ia adalah beban untuk Maminya.

"Tapi aku harus kemana, Mi. Selain sama Mami, aku ngga tahu..."

"Jangan jadi anak manja. Mami udah capek ngurusin kamu. Kamu tahu selama ini Mami ngga pernah dapat apa-apa dari Daddy kamu. Semua uang yang dia miliki hanya untuk kamu. Anak manja yang egois. Sekarang Mami mau hidup bebas. Tanpa adanya kamu, Daddy, dan Cio." ujar Mami.

Yuki tercekat. Ia tertawa kecil sambil menangis. Yuki menatap Maminya tak percaya. Tak lama kemudian, mobil mewah berhenti di depannya dan Mami. Seorang lelaki paruh baya keluar dari mobil dan disambut oleh Maminya dengan kecupan manis dikedua pipi lelaki itu. Yuki ternganga melihat kejadian didepan matanya.

"Aku malu punya ibu kayak Mami." desis Yuki tajam seraya mengambil kopernya dan menyeretnya meninggalkan rumah.

Mami Yuki hanya memandangi putrinya. Kemudian lelaki itu merangkul Mami. Keduanya pun pergi menaiki mobil mewah. Dijalan, mobil itu lewat begitu saja didepan Yuki. Tak ayal lagi, Yuki langsung menangis sejadi-jadinya. Kenapa hidupnya tiba-tiba menjadi seperti ini. Kehidupannya benar-benar hancur.

-----

Adi memasuki sebuah bar. Dengan napasnya yang terengah-engah ia mengedarkan pandangannya ke sekeliling. Mencari tempat duduk yang pas untuk ia bersembunyi. Ia memilih duduk disudut ruangan yang sedikit gelap. Ia sibuk menyembunyikan wajahnya. Namun seketika ia tercekat karena pandangannya tertuju pada sosok gadis yang sedang memangku gitarnya sambil menyanyikan sebuah lagu.

Spontanitas, Adi berdiri dan berjalan ke arah si gadis. Wajah cantik dengan suara merdu mampu menghipnotis Adi hingga lelaki terpaku dalam diamnya. Saat mata si gadis memandang ke arahnya, degup jantungnya berdetak lebih cepat. Love at first sight ataukah sekedar kagum? Entahlah, hanya Adi tahu bagaimana perasaannya saat ini. Namun keterpanaan itu berubah jadi tatapan ketakutan.

"Ahh... Sial!!!" kesal Adi saat melihat beberapa pasang mata menatapnya tajam. Dengan cepat ia meninggalkan bar itu. Sebelum pergi, ia melihat sekilas gadis itu lagi. Adi tersenyum kecil melihatnya.

Yuki berjalan sambil menyeret kopernya. Ia terus melangkah tanpa arah tujuan. Ia tidak tahu harus pergi kemana. Dari arah yang berbeda seseorang sedang berlari dikejar oleh beberapa orang. Adi berlari sekuat tenaga hingga tidak sadar ada seseorang dihadapannya. Bugghh... Adi menabrak orang yang ada didepannya. Arrgghhh... Erangan kesakitan dari seorang gadis, yang tak lain adalah Yuki. Tas yang dibawa Yuki jatuh ke tanah dan mengeluarkan isinya.

"HEI!?! Lo buta ya???" pekik Yuki kesal.

"Sorry, gue buru-buru." ujar Adi cepat sambil memasukkan barang-barang ke dalam tas Yuki. Yuki menatap Adi kesal.

"Makanya kalo jalan tuh hati-hati," ketus Yuki.

"Iya...iya... Gue kan udah bilang... Sial!" kesal Adi.

"Apa lo bilang?" pekik Yuki.

"Itu dia..." pekik beberapa orang yang mengejar Adi.

Adi melemparkan tas Yuki begitu saja. Ia pun melanjutkan larinya. Tapi apes baginya, ia tersandung batu yang membuatnya jatuh. Saat Adi hendak berdiri, ia mendongak dan melihat beberapa orang sudah berdiri dihadapannya. Adi terkekeh pelan. Tersenyum miris.

Salah seorang dari mereka hendak memukul Adi. Adi sudah pasrah dengan apa yang akan terjadi padanya. Sebab kesalahan ada pada dirinya sendiri. Berurusan dengan lintah darat. Tidak bisa bayar, badan binasa. Adi menelan ludah pelan menahan rasa takutnya akan kepalan tangan besar yang siap menghantamnya.

"Woiii...jangan main keroyokan dong," ujar seseorang dari arah belakang.

-----

SuperstarsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang