Hampir satu jam Yuki berkutat didalam kamar mandi. Ia memikirkan gerakan apa yang akan ia tunjukkan pada Gio nanti. Hari ini mereka sepakat untuk menunjukkan gerakan tari masing-masing. Biar tahu genre tari apa yang akan mereka bawakan nanti. Yuki mengetuk-ngetukkan jari telunjuknya ke wastafel. Ia memperhatikan lama pantulan wajahnya dicermin. Apa ia harus menunjukkan gerakan abal-abal yang dibilang Stefan keren waktu itu? Huhh... Yuki mendesah pelan. Ia harus memikirkan hal itu nanti saja. Sebab ia tidak ingin membuat Kimberly menunggunya lama diluar.
Tubuh Yuki membeku ditempat. Ia menatap tajam ke arah tempat tidurnya. Yuki menarik napas tertahan. Wajahnya serasa merah sekarang. Bagaimana tidak, disana, ditempat tidurnya ada seseorang yang berbaring dengan santainya sambil memainkan ponselnya. Seseorang itu seketika ternganga melihat penampilan Yuki yang hanya berbalut handuk selutut serta rambut yang basah dan meneteskan air diujung rambutnya.
"Ngapain lo disini?" tanya Yuki dingin.
"Sorry, Ki. Dia maksa masuk. Begitu masuk dia langsung tiduran disana. Gimana gue bisa ngusir dia," ujar Kimberly pelan yang terdengar seperti bisikan ditelinga Yuki.
Yuki semakin menatap tajam orang itu. Yang ditatap hanya tersenyum kecil sambil melambaikan tangannya. Lalu kembali asyik dengan ponselnya.
"Lo ngapain disini, Gio?" tanya Yuki lagi.
"Cepet ganti baju. Kita harus latihan." jawab Gio santai.
"Gue tahu, tapi kenapa lo ada disini?" tanya Yuki bingung.
"Menurut lo? Yaa, gue sebagai partner yang baik mau jemput lo pergi latihan. Jadi lo ngga bakalan kesal lagi karena nungguin gue, iya kan?" ujar Gio.
"Tapi ngga harus masuk ke kamar kan? Cepat keluar!!!" pekik Yuki kesal.
"Lo ngusir gue?" tanya Gio.
"Iya, gue ngusir lo. Cepat keluar. Atau lo mau gue teriak supaya lo digebukin sama orang, hah!"
"Hei, hei, niat gue baik disini. Kenapa lo jadi marah-marah sama gue?"
"Oh God! Lo itu 'terlalu' baik, Gio. Saking baiknya, gue pengen nonjok lo!" ujar Yuki kesal sambil menunjukkan kepalan tangannya.
Gio dengan cepat beranjak dari tidurannya. Ia perlahan menjauhi Yuki. Namun tatapan matanya tidak lepas dari Yuki. Mata Yuki menatap tajam. Gio bergidik ngeri. Ia harus menghindar sekarang. Kalau tidak nasibnya akan sama seperti kemarin. Terkapar tak berdaya dilantai akibat pukulan dan tendangan dari Yuki. Gio pun keluar dari kamar Yuki. Yuki mendengus kesal.
"Kenapa anak-anak pada takut sama dia sih. Orangnya lucu gitu," ujar Kimberly. Yuki memandang Kimberly tak percaya.
"Lo belum kenal aja sama dia. Tuh orang selalu bikin kesel." gerutu Yuki.
-----
"Stefan," panggil Natasha saat melihat Stefan yang akan masuk ke kelas. Stefan menghentikan langkahnya.
"Ada apa?" tanya Stefan.
"Hari ini bisa latihan kan? Gue tunggu diruang latihan. Sekarang." ujar Natasha seraya berlalu dari hadapan Stefan. Stefan mendesah pelan. Matanya terus memandangi Natasha.
"Pantes aja Yuki gedek banget sama tuh cewek. Ternyata dia emang gedek." gerutu Stefan.
Stefan pun masuk ke dalam kelasnya. Meletakkan tasnya, lalu keluar lagi. Ia akan pergi ke tempat latihan. Didepan kamar Yuki, Gio berdiri sambil menyandarkan punggungnya ke dinding. Ia menunggu Yuki. Tak lama kemudian, Yuki pun muncul. Gio memandang Yuki dengan ekspresi kesal.
"Gimana rasanya menunggu? Ngga enak kan? Sekarang kita impas." ujar Yuki datar.
"Ayo, pergi." ujar Gio.